Clara dan Mimpinya
Di sebuah desa terdapat dua anak yang masih bersaudara, walaupun rumahnya berdekatan keduanya masih sangatlah asing satu sama lain.
Kedua anak tersebut bernama Clara dan Rea, yang saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka merupakan siswi berprestasi SDN 1 Sinar Muda. Terhitung ada 13 penghargaan yang diraih Clara dalam bidang keagamaan. Sedangkan Rea adalah siswi yang sangat menjagoni bidang olahraga, tak jarang Rea menyumbangkan medali untuk SDN 1 Sinar Muda.
Enam tahun pun berlalu, kini keduanya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua Clara dan Rea sepakat ingin menyekolahkan keduanya ke SMP favorit di kotanya. Mendengar keputusan tersebut raut muka Clara sontak berubah, menunjukkan bahwa ia tidak setuju dengan keputusan yang diambil orang tuanya. Dihatinya masih terbayang kan keindahan pondok pesantren yang selama ini ia idam idamkan, ia hanya bisa berdoa agar keinginannya untuk mondok bisa terwujud.
Di suatu malam orang tua Clara yang sedang duduk di ruang keluarga memanggil Clara lalu mereka berbincang-bincang mengenai kelulusan Clara. " Cla keputusan papa dan mama sudah bulat ingin menyekolahkan kamu ke SMP favorit di kota ini" ucap papa Clara. " Tapi Clara kan pinginnya mondok pa.." jawab Clara. " Tidak bisa Clara ini adalah keputusan bulat papa dan mama!" Ucap papa Clara dengan nada tegas.
Clara pun bimbang dan sedih di satu sisi dia ingin mondok tapi di sisi lain dia tahu bahwa orang tuanya sangat ingin menyekolahkan dia ke SMP favorit di kotanya. Tak jarang ia menangis hingga larut malam. Mamanya yang mendengar tangisan Clara, masuk ke kamar Clara dan mencoba menenangkan Clara. "Kenapa kamu menangis Cla?" tanya mama Clara. " Ma aku pengennya mondok, aku tidak mau sekolah ke SMP pilihan papa dan mama" jawab Clara sembari menangis tersedu-sedu. "Percayalah Cla pilihan papa dan mama, itu pilihan yang terbaik untukmu, ingat mondok itu tidak semudah yang kamu bayangkan" Ucap Mama Clara."Tapi ma..."
Clara hanya bisa pasrah dengan keputusan yang diambil orang tuanya. Tahun ajaran baru pun dimulai, Clara berangkat ke sekolah diantar papanya menggunakan mobil. Setibanya di sekolah, Clara langsung masuk ke kelasnya. Tidak disangka ternyata ia satu kelas dengan Rea. Di kelas Clara tampak tidak semangat, sering mengelamun, dan sering menyendiri. Nilai tugas-tugas yang diberikan Bu guru pun menurun. Padahal dulunya dia adalah anak yang berprestasi dan aktif dalam berbagai kegiatan. Berbeda dengan Clara, Rea semakin menunjukkan kemampuan nya, yaitu dibuktikan dengan terpilihnya sebagai ketua OSIS.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar