Ia, Raga yang Teguh
Ia, Raga yang Teguh
Desis memori lama yang sebagian telah terkubur dalam bayang bayang. Album kecilku yang sebagiannya telah usang kembali mengingatkan kisah perjuangan lelah dan letih dari sosoknya yang menyayangiku sepenuh hati dari aku dalam alam rahim hingga detik ini. Kutuliskan dalam tulisan ini bahwa aku sangat sangat menyangi dan sangat mencintainya. Dalam sepanjang hidupku, kehadirannya menjadi salah satu hal yang sangat aku syukuri. Memiliki kepribadian yang sederhana. Lembut dan penyayang namun tak lemah yang menjadi identitasnya. Masakannya yang memanjakan lidahku, menjadi salah satu hal yang selalu melekat dalam hatiku. Sebut saja ibu. Panggilan keseharianku padas yang akan senantiasa mendukung dan membersamai putrinya dalam suka maupun duka. Bagiku, ibu bukan hanya sekedar ibu. Ibu juga adalah temanku. Teman yang sejati. Karena, akan selalu ada di situasi apapun.
Aku berkata ibuku adalah wanita yang sangat kuat bagiku. Ketika ibu sakit, beliau selalu berusaha sembuh dengan cepat. Pernah suatu ketika, ibu mengeluh merasa pusing dan sesak nafas di malam harinya. Berbagai cara ia lakukan agar esok pagi sudah dapat beraktivitas kembali. Benar saja. Keesokan harinya ibu sudah memasak untuk kami bahkan ibu tak ingin meninggalkan kewajibannya menjadi seorang guru hanya karena merasa pusing. Setelah melakukan tugasnya di pagi hari, beliau langsung berangkat kerja dalam keadaan kurang enak badan. Walaupun aku dan ayah mencegahnya untuk tidak kerja, ibu tetap memaksa dan selalu mengatakan sudah tidak pusing lagi agar kami tidak merasa khawatir.
Teguhnya selalu memenuhi kami. Ibu sosok yang paling dapat menguatkan hati saat diri ini jatuh. Ibu, sosok yang dapat kembali meneggakan raga yang tumbang agar kembali tegak berjalan. Saat aku di ambang ke putus asaan, ibulah yang paling menguatkanku. Saat aku butuh tempat menderai air mata, ibulah tempatku menghapus air mata. Pelukannya adalah paling hangat dan paling menenangkan jiwa ini. Hanya saja, aku yang selalu dibantu berdiri tegak olehnya, justru masih sering kali membuatnya bersedih. Aku yang selalu mendapat semangat darinya masih sering tak peka untuk lebih menghargai keberadaannya. Pernah dalam tengah perbincangan suatu hal, aku bertanya pada ibuku. “Ibu, apa nggak capek ngerawat aku?”dengan nada gurau. “Kalau ibuk capek, gimana terus nasib anak-anaknya ibu. Capek pastilah ada. Tapi kalau lihat anak-anaknya rajin, patuh, wuuh ibu sudah cukup seneng. Ibu nggak perlu di kasih apa-apa. Cukup anak-anak ibu patuh sama orang tua itu sudah lebih dari cukup”sahutnya sambil meletakkan beberapa baju dalam almari. Dalam perbincangan itu, aku terdiam dan menyadari masih belum sepenuhnya dapat menghapus lelahnya. Aku merasa aku belum sepenuhnya menjadi anak yang patuh. Aku masih sering menghiraukan perintah ibu. Oooh ibu, maafkan aku karena belum sepenuhnya dapat membahagiakanmu. Teruntuk ibuku, semoga tulisan yang kutulis dengan sepenuh hatiku, mampu membuat hatimu merasa bahagia. Engkau sosok yang sangat kuat,penyang lembut dan penuh keteduhan. Akhir kata ku ucapkan terima kasih untuk segala yang engkau berikan padaku.
Biodata:
Nama saya Nity Mazidah Ilma, lahir di kota Jember kelas 9 di MTsN 2 JEMBER
Email: [email protected]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren kak
Terimakasih
salam kenal ya