Oleh: Nisrina Naifah Ghina Mu’afa

Kesucian hati merupakan syarat penting dalam mencari ilmu. Alasannya, ilmu tidak hanya sebagai pengetahuan tentang fakta-fakta atau konsep-konsep, tetapi juga mencakup pemahaman tentang bagaimana kita memproses informasi tersebut. Dengan ilmu, perilaku dan tindakan setiap manuslia  dapat terpengaruh. Ketika hati kita kotor, ilmu yang didapat akan berdampak buruk bagi perilaku dan tindakan sehari-hari. Jika hati kita bersih, ilmu yang didapat akan menjadi berkah dan akan nampak perkembangan yang baik dalam perilaku dan tindakan kita. 

Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Syekh Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (w. 1111 M) atau yang lebih dikenal dengan Imam al-Ghazali menjelaskan dalam menuntut ilmu hendaknya hati dibersihkan dari sifat-sifat tercela. Ini salah satu syarat utama bagi penuntut ilmu. “Syarat yang pertama dalam menuntut ilmu adalah mensucikan hati dari akhlak-akhlak buruk dan sifat-sifat tercela. Pada hakikatnya, mencari ilmu merupakan ibadah, shalat yang bersifat rahasia, dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala secara batin.” Dengan demikian, kesucian hati dapat menjauhkan diri dari akhlak yang tercela. Hal yang terpenting, kita juga harus memperbaiki ibadah lalu senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena sesungguhnya yang mendekat bukan hanya kebutuhan kita saja, keinginan kita untuk mendapatkan prestasi juga, insyaAllah akan dipermudah.

Untuk meraih prestasi dibutuhkan juga ikhtiar yang maksimal, kita tidak boleh hanya mengandalkan hati yang suci dan ibadah saja. Keduanya harus seimbang antara usaha dan ibadah kita untuk mencapai prestasi yang kita inginkan. Usaha untuk mendapatkan sebuah prestasi memang membutuhkan usaha yang besar. Untuk meraih prestasi, niat dan usaha harus saling berdampingan. Langkah-langkah pengembangan potensi yang tepat atau aksi dibutuhkan sehingga tidak hanya diucapkan saja. 

Potensi potensi dalam diri yang dimiliki harus di kembangkan. Pengembangan potensi harus dilakukan dengan cara belajar, berlatih, dan mempraktikkan secara teratur, berkesinambungan, tekun. Untuk menjadi pelajar yang berprestasi, para siswa membutuhkan kesungguhan dalam belajar, namun dengan tetap mengingat Allah swt. Hasil itu tergantung seberapa besar usaha kita, apabila kita menginginkan hasil yang luar biasa, namun usaha belajar dan ibadah kita kecil maka hasilnya juga akan mengikuti usaha kita.

 Setelah proses usaha dan berdo’a, hasil tersebut kita serahkan saja kepada Allah SWT. Segala ikhtiar atau usaha sudah kita lakukan yang utama dan tidak boleh dilupakan adalah kewajiban melaksanakan perintah Allah. Karena semakin sering kita mendekatkan diri kita pada Allah SWT, semakin pula Allah memberi kemudahan kepada kita. Percayalah akan kuasa Allah SWT karena segala hal yang tidak mudah jika Allah SWT berkehendak maka semua bisa terjadi. Hal ini sering ditemukan pada para siswa yang akademiknya biasa saja, atas kuasa Allah SWT siswa tersebut diberi kemudahan untuk meraih prestasi atau menggapai cita-citanya. Oleh karena itu, marilah tanamkan niat, usaha, dan menjadi generasi muda yang bermutu dalam artian berakhlak demi menjadi siswa yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.

Biodata penulis: 

 Annyeonghaseyo!! Kenalan sama aku yuk!! Oke, kenalin namaku Nisrina Naifah Ghina Mu’afa, biasanya  dipanggil Anggin, aku duduk di bangku kelas 9 di MTsN 1 Jember, aku lahir di madiun tanggal 10 November 2008. Untuk mengenalku lebih dekat kalian bisa temukan aku di instagramku yaitu @ghinnnnnnnn. Dan emailku [email protected] Dan No WA ku: 081515750017. Segitu dulu ya kapan kapan lagi.