Navigasi Web
Menepis Rindu dengan Belajar Daring

Menepis Rindu dengan Belajar Daring

Tak terasa sejak Maret 2020 pandemi Covid-19 melanda bumi ini. Semua masyarakat harus menerapkan protokoler kesehatan. Seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun cair, menggunakan hand sanitizer, dan menjaga jarak.

Kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama atau kerumuman dibatasi. Seperti pada acara keramaian, pasar, kantor, maupun sekolah. Bahkan yang paling menyedihkan kegiatan ibadah. Sehingga bulan Ramadan yang lalu pelaksanaan shalat berjamaah 5 waktu dan tarawih di rumah saja. Tak terkecuali kami sekeluarga.

Jika sebelum covid-19, kami bersama Bapak dan Ibu Guru serta teman-teman melaksanakan pembelajaran di sekolah. Upacara, senam, kerja bakti, jajan di kantin sekolah, dan bermain di halaman sekolah bersama teman-teman merupakan hal yang membuat bahagia. Kini telah setahun hanyalah tinggal kenangan. Semuanya meninggalkan rindu yang tiada tara.

Tak ada lagi suara Bapak dan Ibu Guru yang menyapa, mengajar, menasehati, dan membujuk kami di saat sedih. Karena kami hanya berhubungan melalui grup whatsapp. Di mana Ibu Guru memberikan pelajaran untuk kami selesaikan. Itu pun hanya guru kelas, guru agama, dan guru olah raga saja. Tidak ada percakapan di antara teman-teman. Kami seakan tidak akrab lagi. Padahal sebelum covid-19 begitu indahnya. Kami tertawa, bercanda, dan bernyanyi dengan suka cita. Tak lagi terdengar suara berdoa dan mengaji bersama di dalam kelas. Semua kini berubah.

Setahun belajar daring atau BDR (Belajar Dari Rumah). Entah bagaimana keadaan kelas saat ini. Dulu kami membersihkan dan menatanya bersama Ibu Guru. Tetapi sekarang siapa yang melakukannya? Apakah sekarang tidak kotor dan berdebu? Dulu saat lonceng istirahat, kami jajan dan bertukar makanan. Kini tak ada lagi uang jajan. Uang tabunganku pun kian menipis. Karena selama BDR Ibu jarang memberiku uang. Jika ditanya, apakah aku rindu dengan sekolah? Tentu saja jawabannya, iya. Karena walau bagaimana pun rinduku tak kan menghilang. Rasanya seperti burung di dalam sangkar. Akan tetapi, apa yang ingin kukatakan? Semua untuk kebaikan bersama. Karena penderita Covid-19 di mana-mana. Tak mengenal usia siapa pun bisa terkena virus itu.

Kerinduan dan rasa sedihku terobati. Karena meskipun di rumah saja, banyak nilai positifnya. Adanya pembatasan sosial dengan BDR, akhirnya saya bisa menggunakan WA, FB, zoom, video pembelajaran, dan google classroom dapat kupelajari. Meskipun awalnya dibantu Ayah, Ibu, dan kakak. Di samping itu waktu untuk membaca buku lebih banyak. Sehingga pengetahuanku bertambah. Ibu selalu membelikan buku bacaan secara online atau meminjamkanku buku di sekolahnya.

Hasil dari membaca itu, membuatku dapat berlatih menulis. Aku sudah dua kali mengikuti pelatihan menulis buku, Sasisabu (Satu Siswa Satu Buku). Yaitu sasisabu 6 dan sasisabu 8. Buku yang kutulis sudah ada dua. Pertama sudah ber-ISBN “Bingkisan Buat Mama”. Kedua masih dalam proses melengkapi tulisan “Andaikan Aku Bisa Terbang”. Di samping itu aku juga bakal memiliki buku antologi “Anak Indonesia Cinta Buku”. Buku ini merupakan lomba menulis siswa dalam rangka Hari Guru Nasional 2020.

Awalnya, aku tertarik melihat kegiatan Ibu menulis dan pelatihan secara daring. Aku suka membaca buku-bukunya. Sehingga aku ingin sepertinya. Jika dulu aku menulis di kertas bekas yang dijilid. Sejak ikut sasisabu, Ibu melatihku menulis di laptop. Akhirnya, setiap hari aku menulis selama 15 menit setelah melaksanakan tugas sekolah.

Mau tahu sekarang perasaanku bagaimana? Pandemi Covid-19, tak lagi merupakan sesuatu yang perlu disedihkan. Karena sambil menikmati kue buatan Ibu atau buah yang dibawa Ayah, aku akan asyik menulis cerita. Jika sekolah nanti, guru dan teman-temanku akan membaca buku yang kutulis.

Nah! Sekarang aku semakin semangat untuk melanjutkan menulis bukunya. Aku tak hanya memiliki guru di sekolah, di rumah yaitu Ayah, Ibu, dan kakak. Tapi juga ada Kak Syaiful dan Kak April. Keduanya adalah guruku dalam menulis. Ingin mengenalnya? Boleh. Ikutlah sasisabu sepertiku.

Foto Pendukung

Biodata Penulis

Nisrina Arij Hisana Suhardi, biasa dipanggil Rina. Lahir di

Enrekang pada tanggal 12 November 2012. Saat ini Penulis

adalah siswi kelas 2 SDN 172 Enrekang.

Hobbi Penulis adalah membaca, menulis, dan bersepeda.

Cita-cita ingin menjadi Guru dan Penulis. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected] dan WA 085242571812

Penulis telah menerbitkan buku perdana berjudul “Bingkisan Buat Mama” hasil pelatihan sasisabu 6 yang diadakan oleh MediaGuru Indonesia. Juga memiliki buku antologi “Anak Indonesia Cinta Buku”. Kini sedang melanjutkan buku ketiga berjudul “Andaikan Aku Bisa Terbang” hasil pelatihan sasisabu 8.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren,Rina... ^_~

10 Mar
Balas

Makasih Kakak Syahida

10 Mar



search

New Post