Navigasi Web
Kumpulan Kertas Buram Menjadi Buku

Kumpulan Kertas Buram Menjadi Buku

Sejak di bangku Taman Kanak-Kanak aku sudah gemar membaca buku bergambar. Aku juga sangat senang jika Mama membacakan buku dan menceritakan dongeng. Setelah berusia 5 tahun aku mulai belajar mengeja dan dapat membaca sendiri buku yang kuminati, walaupun sering meminta bantuan Papa dan Mama untuk menjelaskan kata yang belum kumengerti. Pada usia 6 tahun, ketika di kelas satu Sekolah Dasar aku sudah lancar membaca. Tanda baca mulai kupahami. Kata-kata yang kurang kupahami kucatat dan kutanyakan kepada Papa, Mama, Kakak, ataupun Ibu Guru. Karena dengan begitu kosa kataku semakin kaya. Semakin banyak kosa kata yang dimiliki, maka isi buku yang dibaca semakin mudah dipahami. Aku semakin gemar membaca buku. Di rumah kami memiliki sudut baca yang terdiri dari dua rak buku yang besar. Isinya berupa kumpulan buku yang dibelikan Mama sebagai hadiah ulang tahun kami berlima (saya memiliki empat saudara), hadiah kenaikan kelas, keberhasilan mengikuti lomba, atau penyemangat ketika kami sakit. Di samping itu banyak buku hasil karya Mama. Aku suka membaca buku-buku tersebut.

Saat mulai lancar membaca, buku pertama yang dibelikan Mama adalah dua belas Keteladanan Rasulullah di samping buku-buku dongeng. Aku sangat senang membacanya. Saking senangnya, sudah kubaca berulang-ulang. Ke mana pun, buku itu kubawa. Ketika bermain bersama adik di kolom rumah, menemani kakak menjemur pakaian, ketika wisata ke tempat rekreasi, atau sekedar jalan-jalan ke rumah nenek.

Ketika pulang sekolah, aku seringkali hanya berdua dengan adikkku yang masih berusia 4 tahun. Papa, Mama, dan kakak-kakakku di sekolah sampai sore. Sehingga untuk mengisi waktu agar tidak bosan menunggu di rumah, aku membaca buku. Adikku yang belum pandai membaca sering memintaku untuk membacakan buku. Aku melakukannya dengan senang hati. Kasihan adik jika dibiarkan menangis. Untuk membujuknya, aku menceritakan buku dongeng yang sering kubaca. Dia juga senang menggambar. Aku dengan sabar akan membantunya. Aku sangat sayang dengan adikku. Papa dan Mama juga sayang kepada kami.

Setelah membaca buku, aku mengambil kertas buram yang diberikan Mama. Aku membaginya dengan adik. Adik menggambar sedangkan aku menulis. Mama menyediakan kertas buram yang diambil dari ruang kerja dan sekolahnya. Karena kami pernah ketahuan mencoret dinding. Mama memperingatiku dan meminta untuk menggunakan kertas yang diberikan untuk mencoret-coret.

Sejak saat itu, aku mulai menulis pengalaman-pengalamanku sehari-hari di rumah saat ditinggal berdua. Ketika mendengarkan bunyi kendaraan yang menandakan Mama dan Papa pulang, aku menyimpan tulisanku di dalam lemari pakaianku. Aku tidak ingin orang lain melihatnya. Aku malu jika semua membacanya. Kertas-kertas yang telah kutulisi kusimpan di bawa pakaianku. Begitu kulakukan setiap hari sepulang sekolah. Papa, Mama, dan kakak hanya mengetahui aku gemar membaca. Mereka hanya dapat melihat gambar yang kubuat bersama adik.

Suatu ketika, Mama mengajakku mengikuti webinar Anak Indonesia Cinta Buku. Aku mulai memiliki keberanian untuk menyampaikan kepada Mama aku suka menulis. Mama senang dan selalu memberikan motivasi dan semangat padaku.

Pada hari libur kenaikan kelas, kami kerja bakti membersihkan rumah. Mama merapikan semua pakaian dalam lemari. Saat itulah Mama menemukan kumpulan kertas buram di selah- selah pakaianku. Mama membaca semua tulisanku dengan terharu. Saat ada pendaftaran sasisabu (satu siswa satu buku), aku ikut didaftrakan. Mama kemudian memintaku untuk mengetik tulisanku di laptop. Aku mulai diajari mengetik, menyimpan tulisan, menghapus tulisan, dan lainnya berkaitan dengan ilmu kepenulisan.

Hasil pelatihan sasisabu aku berhasil menulis buku perdanaku yang berjudul “Bingkisan Buat Mama”. Cover dan layoutnya sudah ada. Tinggal revisi untuk memndapatkan ISBN. Aku sangat berbahagia dan semakin bersemangat untuk menulis. Kini aku mulai menulis untuk buku keduaku. Setiap selesai mengerjakan tugas daring yang diberikan Ibu Guru kuluangkan waktu untuk menulis. Aku juga masih terus membaca buku. Mama banyak memimjamkan buku bacaan di perpustakaan sekolahnya. Mama juga berjanji jika covid-19 berakhir akan mengajakku mengunjungi toko buku.

Biodata Penulis

Nisrina Arij Hisana Suhardi, biasa dipanggil Rina. Lahir di Enrekang pada

tanggal 12 November 2012. Saat ini Penulis adalah siswi kelas 2 SDN 172 Enrekang.

Hobbi Penulis adalah membaca, menulis, dan mewarnai. Cita-cita ingin menjadi Guru dan Penulis.

Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected] dan WA 085242571812 (informasi masih menggunakan email dan WA Mama).

Penulis telah menerbitkan buku perdana berjudul “Bingkisan Buat Mama” hasil pelatihan sasisabu 6 yang diadakan oleh MediaGuru Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post