Aku dan Berlian (Hari ke 14-15)
Namaku Taza, aku terlahir sebatang kara. Aku tidak tau keberadaan Ayah dan Ibuku. Sejak saat itu aku tinggal bersama Kakek angkatku. Kata Kakek, aku ditemukan di pinggir Sungai saat dia mencari kayu. Dia merawatku dengan baik dan menganggapku sebagai cucunya sendiri.
Beberapa Tahun kemudian
“Taza, Kakek mau pergi ke hutan dulu mau mencari kayu.”
“Biar aku saja Kek, Kakek istirahat saja kan kakek lagi sakit.”
“Kakek baik-baik saja lagi pula di Hutan kan bahaya banyak binatang buas.”
“Pokoknya aku saja, nanti kalau ada apa-apa gimana?”
“Ya udah terserah kamu, hati-hati ya nak.”
Aku pun segera pergi ke Hutan untuk mencari kayu.
Sesaat kemudian
Hari pun mulai gelap tapi aku belum menemukan jalan keluar.
“Jalan keluarnya tadi yang mana ya, aku belum dapat kayu lagi.”
Setelah aku keliling mencari jalan keluar tiba-tiba ada pancaran cahaya.
Cling cling
“Apa itu kok bersinar-sinar apakah ada bintang jatuh?”
Secara perlahan aku mendekati pancaran cahaya tersebut.
“Loh ini kan berlian kok bisa ada di sini!”
Sementara itu di Rumah Kakek
“Taza kok belum pulang-pulang ya apakah ada sesuatu yang terjadi, aku harus mencari dia ke Hutan.”
Kakek pun sampai di Hutan
“Taza kamu dimana?.”
“Tazaa!!”
“Seperti suara Kakek. Kakekk!”
Aku pun bertemu dengan Kakekku.
“Kamu gapapa kan?”
“Gapapa kek, maaf ya kek udah membuat Kakek merasa cemas.”
“Iya gapapa, ayo pulang.”
Aku dan Kakek pun sampai di Rumah.
Eesokan harinya.
Aku pun menemui teman-temanku untuk memperlihatkan berlian tersebut.
“Lihat ini bagus kan berliannya.”
“HAAA!! Kamu dapat dari mana berlian itu?”
“Kemarin aku menemukannya Di Hutan.”
“Habat sekali kamu!”
“Tentu saja Taza gitu loh.”
Kakek pun mendengar percakapan kami.
“Taza!! Kamu diajarin siapa kayak gitu?”
“Apaasih sih Kek!”
Kakek pun menampar ku.
Plakk
“Haduhh.”
“Asal kamu tau berlian itu palsu.”
“Apaa!!”
“Iya berlian nya imitasi.”
“Gak, gak mungkin.”
“Kalau kamu tidak percaya, ayo kita pergi ke suatu tempat!”
“Baiklah.”
Aku dan Kakek pun pergi ke suatu tempat.
Tok tok tok
“Loh Karno? Ada apa kamu datang ke sini?”
“Tolong kamu periksa berlian ini!”
“Baiklah.”
Selesai memeriksa berlian tersebut .
“Gimana?”
“Berlian ini ternyata palsu.”
“Terimakasih infonya.”
Aku berlari dengan kencang keluar dari rumah teman kakekku dan menuju ke rumah. Aku pun merasa malu.
Pesan moral dari cerpen diatas:
Kita tidak boleh merasa sombong dan tidak boleh durhaka kepada orang tua.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren dan sangat menarik ceritanya.sukses selalu