Among the Four Feet (2)
Bab 2 : Tragedi Pukul Tiga Pagi.
Alea sedang dukuk di sofa dan menonton siaran televisi. Saat itu sudah pukul sembilan malam.
“Alea, kok kamu belum tidur? Ini kan sudah malam. Besok kamu sekolah, lho,” ucap Mama.
Alea menepuk kening. “Oh, iya, lupa. Kukira besok hari libur.”
“Kamu ini pikirannya libur terus,”
“Hehehe… iya dong, Ma. Libur kan menyenangkan.”
Mama tertawa kecil. “Ada-ada saja kamu. Ya sudah, sekarang kamu tidur, ya,”
“Siap Mama!” koor Alea dan Papa.
“Oh iya, Pa. ayo tidur.” Ucap Mama.
“Sebentar ya, Ma. Papa mau nganter Alea dulu ke kamarnya.” Ucap Papa.
“Terima kasih, Pa,” ucap Alea yang akan memasuki kamarnya.
“Sama-sama. Mimpi indah, ya,”
“Iya. Semoga Papa juga mimpi indah. Dadah, Pa….” Alea melambaikan tangan. “Good night,”
“Too,” jawab Papa.
Alea pun menutup pintu kamar dan mematikan lampu.
***
“Ihh… kok gak bisa tidur? Emang udah jam berapa, sih?” keluh Alea. Dia melihat jam.
Hah, udah jam tiga? Gimana dong? Kalo aku gak tidur, besok ngantuk lagi, batin Alea.
Dia pun memaksakan diri untuk tidur, tapi tidak bisa. Tiba-tiba, pintu kamar mandi di dalam kamar Alea terbuka dengan sendirinya.
Aneh. Kenapa pintu kamar mandinya kebuka? Kayaknya tadi udah aku tutup dengan benar, batin Alea yang sedikit merinding.
Alea berusaha tidak berpikir aneh-aneh, tapi rasanya sulit sekali. Setelah itu pun terdengar suara seperti meminta tolong.
“Suara itu… kedengarannya seperti dari bawah ranjang.” Gumam Alea ketakutan. Suara itu kemudian terdengar lagi. Kali ini lebih jelas dan panjang.
“Tolong…. Tolong aku…,”
Alea memberanikan diri bertanya, “Siapa di bawah?”
Tapi kata-kata yang didengar Alea tetap sama. Kini dia semakin takut dan panik. Tiba-tiba selimut Alea terjatuh, jaraknya hanya satu jengkal dari bawah ranjang. Alea tidak berani mengambilnya kembali.
Malam semakin larut, hawa semakin dingin. Alea berbaring memeluk lutut. Karena merasa tidak tahan, Alea pun menarik selimutnya kembali ke atas kasur. Saat hendak mengenakannya, Alea melihat bercak darah di selimut yang habis terjatuh.
“Ini darah siapa?” tanya Alea terkejut.
Suara itu pun berbicara lagi, “Tolong aku. Maaf mengganggu, tapi ini sangat darurat.”
Rasa takut dan panik Alea sekarang berubah menjadi bingung. Keberaniannya datang. Dia berkata, “Siapa pun kamu, tolong keluar dulu dari bawah situ. Beritahu aku ada apa.”
Setelah itu, cahaya hijau bersinar dari bawah ranjang Alea. Dan keluarlah sosok bersayap, berwajah cantik, dengan tubuh terluka.
“Ka-kamu peri?” tanya Alea gugup, menatap sosok itu tak berkedip.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar