Neilson Al Maliki Nakiva

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengalaman Baru di Tengah Pandemi

Pengalaman Baru di Tengah Pandemi

Pagi hari aku mulai membuka mata, terlihat sinar matahari pagi telah menembus kaca jendela. Aku beranjak dari tempat tidur dan mengawali aktivitas pertama seperti biasa. Setelah itu, aku langsung membuka layar handphone, dengan mata yang segar. Aku kaget sekaligus bahagia, sekolah mulai diliburkan. Tapi, kebahagiaanku hanya berlangsung sesaat, karena itu adalah awal dari bencana. Hari pertama di masa pandemi, Aku dan teman teman memulai pengalaman baru, pengalaman yang tidak akan mungkin terulang kembali. Sekolah daring sudah dimulai. Cara belajar baru, mulai diterapkan. Semua orang mulai ricuh, ingin kembali sekolah dan belajar bersama kawan. Pengalaman baru, membuat diri tersiksa, tugas dari guru, membuat pikiran terlena. Itu yang mereka katakan saat sekolah terpaksa ditutup demi keselamatan. Tugas mulai mengambil alih pikiran, materi tidak ada satupun yang paham,apalagi jika guru tiba tiba mengumumkan ujian. Kita dituntut belajar mandiri, tapi kita butuh seseorang untuk mengajari. Materi materi yang sulit dipahami, tugas tugas yang menumpuk karena urusan pribadi, menjadi rintangan sehari hari. Itu aku lakukan sendiri, memang tidak mudah, tapi mau bagaimana lagi.

Beberapa bulan kemudian, aku mulai merasakan bangku kelas 9. Kelas 9 yang selalu mengurung diri. Ramadhan juga ku lewati, yang biasanya ramai orang berkeliaran, menjadi sepi seperti desa mati. Biasanya banyak anak kecil mampir ke rumah, niatnya ingin meminta uang, tapi berkedok ingin bersalaman, semua itu mulai hilang, pandemi memang kejam. Seiring waktu berlalu, aku sudah terbiasa dengan keadaan, sekolah daring mulai bisa ku kendalikan. Rintangan dan halangan selama pembelajaran, telah kulewati. Layar handphone sudah biasa kutatap dari pagi, bukan karena ingin melihat hiburan, tapi melihat tugas baru yang selanjutnya akan menjadi tanggungan.

Ujian menjadi raja terakhir selama pembelajaran. Dia sangat kuat, pikiranku diacak-acak olehnya. Memang gampang jika memanfaatkan teknologi, tapi itu jika jawabannya ada. Jika tidak, aku akan berpikir keras, mencari dari berbagai sumber. Buku-buku ku keluarkan, aplikasi belajar mulai kuinstal. Mungkin kebanyakan orang jika sudah tidak menemukan jawaban, akan menjawab asal-asalan. Tapi, aku berbeda. Aku akan berpikir dan berusaha mencari di berbagai sumber, sampai jawaban kudapatkan. Terlebih lagi jika matematika, pelajaran yang paling aku suka, tapi tidak pernah kuikutkan lomba. Alasannya bukan karena aku takut, tapi memang skill menghitungku jauh dari kata sempurna dan tidak pernah dipilih mewakili sekolah. Selama pandemi aku juga sering mengikuti lomba mengarang puisi. Berawal dari ajakan teman, kompetisi itu mulai kuhadapi. Aku mengakui belum handal seperti orang di luar sana, tapi aku terus berusaha sekuat tenaga. Aku juga terkadang membantu ekonomi orang tua, matahari terbit aku langsung berangkat ke sawah. Aku mengayuh sepeda selama beberapa menit, banyak orang yang menyapa atau kusapa. Sesampainya di sawah, terompet kukeluarkan, aku tiup sekuat mungkin agar burung pergi dan tidak lagi memakan padi. Sepulang dari sawah, ibu menyiapkan makanan di rumah, kita makan bersama sambil bercanda.

Pandemi rasanya sudah kulupakan. Aku bisa lebih dekat dengan orang tua, belajar banyak hal, dan merasakan pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan. Kesedihan melewati Ramadhan dan berkuasa saat kelas 9 sudah ku ikhlaskan. Tidak ada lagi yang perlu disesali, waktu akan berlalu, kita cukup berdoa agar pandemi hilang dari alam semesta. Sekarang sekolah mulai kembali dibuka, meskipun hanya beberapa siswa, tapi sudah membuatku kembali bahagia. Semua memang berbeda, tapi kita tidak bisa berbuat apa apa. Patuhi protokol kesehatan,ingat 3M (Memakai masker,mencuci tangan, menjaga jarak). Situasi tidak mungkin bisa kita kendalikan, kita harus tetap berjalan, tidak ada yang abadi, pandemi ini pasti bisa kita lewati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waw keren Baca punyaku juga bosss

08 Mar
Balas

Anjass

08 Mar
Balas

Kasik paham mas aak

08 Mar

Wawww sangat sangat melambangkan penerus bangsa yang sangat agung ya gess yaa..... Karena kita... Kita apaaa??? Harapan bangsa yang paling agung ya gaess yaa. -LORD BKENT-

20 Mar
Balas

Mantap jiwa

20 Mar

Ga jelas lo

20 Mar
Balas

Bedeghhh udah ganteng,pinter,suka nulis lagi keren lahh

08 Mar
Balas

Sepertinya terlalu berlebihan (lebih keren u)

08 Mar



search

New Post