Kehilangan Sahabat Kecil (Bab 2)
Kehilangan Sahabat Kecil
Pertengahan Maret corona masuk di Indonesia. Malam itu aku masih berkirim pesan melalui whatsApp dengan sahabatku yang bernama Ayu Wahyuni. Ayuk mengirim pesan yang bertulis "La tugas Matematika yang dikerjakan halaman berapa?" Aku membalas pesannya. "Matematika yang dikerjakan itu file yang dikirim pak guru di grup Yuk." "Huuu aku gak tau kabar, akhir-akhir ini badanku gak enak jadi gak buka handphone aku, yaudah aku ngerjakan sekarang." "Okee," jawabku. Tak terasa sudah malam hari dan akhirnya aku dan sahabatku mengakhiri berkirim pesan. Beberapa hari kemudian Ayuk dikabarkan sakit dan dirawat di Puskesmas Sepanjang. Aku, Devina, Dena, Tita, Intan, Naela dan Agista sebagai sahabatnya tidak bisa menjenguk Ayuk karena pada saat itu masih ada wabah covid 19, pihak Puskesmas melarang orang untuk menjenguk kecuali keluarganya. Saat di grup Ayu mengirimkan gambar infus. "Kenapa kamu Yuk?," kata Naela. "Aku sakit sekarang dirawat di Puskesmas, pusing terus panas badanku," kata Ayuk. "Gett Well Soon Yuk!" kataku. "GWS Ayuk!" Kata Agis. "Cepat sembuh ya Yuk," kata Tita. "Maaf ya Yuk gak bisa jenguk, aku kirim doa Yuk supaya cepat sembuh." Kata Devina. "Semoga Ayuk cepat sembuh ya Allah aamiin," batinku. Pagi harinya aku mengerjakan tugas online dari guruku. Bay the way cerita ini waktu aku masih SMP kelas 9. Hari demi hari berlalu Ayuk sudah tidak ada kabar lagi. Saat aku buka grup Dena memulai percakapan. "Ayuk kok gak ada kabar lagi ya? "Iya ya biasanya kan kalau ada apa-apa bilang di grup," kata Naela. "Coba aja chat Ayuk," kata Dena. "Cling" bunyi handphoneku berbunyi. Teryata yang mengirim pesan itu Jihan teman estraku. "La aku mau bilang sesuatu, tapi jangan marah ya La. "Mau bilang apa Ji? Aku gak bakalan marah kok." "Aku kata tetanggaku ya katanya teman kita itu ada yang meninggal." "Haaa meninggal? Tapi kok masih belum ada kabar apa-apa ya, biasanya kan kalau ada yang meninggal ada kabar dari sekolah." "Nahh itu yang menjadi masalahnya, kata tetanggaku itu gini di SMPmu ada anak yang meninggal perempuan. Gitu katanya." "Tetanggamu tau dari mana?" Setelah aku mengirim pesan kepada temanku Jihan tiba-tiba...
Innalillahi wa innailaihi raji'un telah meninggal dunia Ananda Ayu Wahyuni kelas 9H di Puskesmas Sepanjang tadi jam 22.00 wib. Tiba-tiba aku terkejut dan hatiku berdetak kencang mendengar berita tersebut dari grup wathsaap. Ibuuuu!!! teriakku. "Ada apa nak? Apa karena kamu salah edit?" Kata ibuku kaget karena aku teriak. "Bukan bu... Ayu...Ayu... hiks... hikss..." "Ayuk kenapa?" tanya ibuku. "Ayuk meninggal bu di Puskesmas barusan," kataku sambil menangis. "Innalilahi wa innailaihi raji'un." Karena ibukku tidak percaya kalau Ayuk meninggal ibuku menyuruh ayahku untu melihat di rumahnya Ayuk. Kebetulan rumahku dengan rumah Ayuk dekat sehingga bisa dilihat tanpa masuk ke rumahnya Ayuk. Dan tiba-tiba... '? "Nguing Nguing Nguing." "Itu pasti ambulance yang mengantar Ayuk," kataku. "Coba Yah keluar ambulance itu ke rumah Ayuk apa bukan," kata ibuku. Ayahku pun keluar dan melihat rumah Ayuk dari jarak jauh. "Iya ambulance yang tadi lewat mengantar jenazahnya Ayuk," kata ayahku. "Ayuk waktu itu masuk puskesmas soalnya sakit." "Ibu merasa berhutang Budi sama Ayuk, kalau gak ada Ayuk mungkin kamu selalu sendirian di rumah. Kalau ada apa-apa kamu selalu sama Ayuk dan selalu diantar Ayuk." Lalu aku memberitahu Jihan bahwa teman kita ada yang meninggal itu yang dimaksud tetangganya Ayuk. "Ji teryata Ayuk yang meninggal." "Iya La tadi aku juga buka grup kelasku, padahal Ayuk pernah bilang ke aku kalau aku mau dilatih menari tapi Ayuk malah sudah tiada." "Iya Ji umur manusia gak ada yang tahu, manusia memang hanya bisa berencana tapi allahlah yang mentakdirkan," jawabku. "Bener-bener gak nyangka banget akutuh kalau Ayuk meninggal, padahal baru bukan kemarin ini Ayuk berlatih teater bareng kita." "Ya begitulah," kataku membalas pesan Jihan sambil menangis. Kemudian aku membuka grup Separuh Aku Lemak yang ramainya minta ampun. Grup Separuh Aku Lemak merupakan grupup persahabatan Aku, Ayuk, Naela, Intan, Vina, Agista, Dena dan Tita." "Ayo besok pagi kita ke rumahnya Ayuk," kata Devina. "Jam berapa besok,?" kata Dena. "Ya pagi jam 8 kita udah harus kesana," kata Agis. "Gaskeunlah kita besok ke rumah Ayuk jam 08.00," kata Dena. "Kamu gimana Tan?" tanya Devina. "Aku kayaknya agak siangan dikit deh, kalian kalau mau duluan gak papa," kata Intan. "Okedah Tan," kata Devina. "Kalian gak usah kumpul di rumahku soalnya aku takziah sama ibu jam 05.30," kataku. Karena sudah malam akhirnya aku memutuskan untuk tidur entah kenapa aku tidak seperti biasanya. Biasanya aku kalau ada orang yang meninggal langsung bisa tidur entah itu yang meninggal tetanggaku, budheku yang di Klaten, atau nenekku yang di Klaten. Bahkan waktu itu sebelum Ayuk meninggal temanku dari kelas 9G juga ada yang meninggal aku bisa tidur. Tetapi saat Ayuk dikabarkan meninggal entah kenapa aku sulit sekali untuk tidur. Padahal aku sudah membaca doa tetapi hasilnya tetap saja. Aku terus menangis saat di kamar tak menyangka bahwa sahabatku sejak kecil telah di ambil oleh Allah. Bukannya aku tak bisa tidur takut digentayangi tetapi di otakku selalu berpikir bagaimana jika nanti pagi aku yang diambil oleh Allah? Bagaimana jika aku boleh siap tetapi sudah dipanggil oleh Allah? Bagaimana dengan dosaku? Pikiran seperti itu selalu ada di otakku. Hingga jam menunjukkan pukul 02.00 tetapi aku masih belum tidur juga, aku terus berdoa dan akhirnya aku bisa tidur. Jam menunjukkan pukul 04.30 wib. Aku sholat shubuh dan lanjut menyiapkan mukenah untuk sholat jenazah bersama ibuku. Disana sudah banyak orang, orang-orang menyiapkan kain kafan, bunga, patokan dan lain-lain. Aku melihat ibunya Ayuk menangis hingga tak sadar aku juga ikut menangis. Bagaimana ibunya Ayuk tak menangis apalagi Ayuk anak sepata wayangnya. Aku terus saja menangis saat menyolati Ayuk. Saat jenazah Ayuk mau dibawa ke makam, ibunya Ayuk menangis begitu kencang sampai ayahnya Ayuk tak kuasa melihat istrinya yang menagis. Tiba-tiba temanku, Naela menghampiriku. "Ayo ke makamnya Ayuk!" "Eggak aku gak mau." "Kenapa?" tanya temanku. "Aku gak tega lihat Ayuk, hiks... hiks...." jawabku. "Ayo mengantar Ayuk terakhir kalinya, setelah itu kita tidak akan bertemu Ayuk lagi." "Yaudah ayo aku ijin ke ibuku dulu." "Bu aku boleh ikut ke makamnya Ayuk?" tanyaku. "Sama siapa?" ibuku bertanya. "Sama temanku, Naela." "Ohh yaudah gak papa." Akhirnya aku, Naela, Agista dan Dena ke makamnya Ayuk naik sepeda motor. Berhubung jenazahnya Ayuk jalan kaki dan kita menggunakan sepeda motor jadi kita cerita sedikit di pinggir jalan. "Guys jujur aku gak tau apa-apa tentang Ayuk semalam, aku tahu Ayuk meninggal itu saat dibangunin sama ibuku saat tidur kalau Ayuk meninggal. Disitu aku syok banget dan aku kira ibuku bercanda," kata Naela. "Aku semalam gak bisa tidur sampai jam 02.00 padahal biasanya kalau ada orang yang meninggal aku gak pernah kaya gini," kataku. "Sama aku juga sampai aku mendengar musik murotal tapi tetap gak bisa tidur, kamu lihat kan yang aku buat story wa," kata Agis. " "Lo Tita sama Intan mana? tanyaku. "Kata ibuku kalau pingin memandikan, menyolati sama mengantar jenazahnya itu harus pagi kalau jam 08.00 sudah dibawa ke makam gitu, maka dari itu kita dadakan rencannainnya," kata Naela. "Ohh gitu," kataku. "Tapi tadi itu ya La kita udah ngasih tau ke grup cuman mereka itu off, mungkin karena mereka pikir kita jadi jam 08.00 berangkatnya," kata Devina menjelaskan. "Terus kamu ngebut Den? Kan rumahmu jauh dari sini." "Iya aku ngebut, akumah udah biasa kalau naik sepeda motor ngebut," kata Dena. Maklum guys temanku Dena agak tomboy. Akhirnya orang-orang yang membawa jenazah Ayuk datang. Setelah mengantarkan jenazah Ayuk aku dan teman-temanku lanjut ke rumaku. Tidak lupa kita cuci tangan terlebih dahulu, ibuku menyediakan teh hangat dengan roti coklat. Kita makan bersama-sama.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar