NAYA NABILA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bab 1 (TERDIAM)

Bab 1 (TERDIAM)

BAB 1 ( TERDIAM )

Matahari terbit menyinari sebuah kota yang terkenal dengan sebutan kota santri, menjadi pertanda untuk para penjual di pasar-pasar tradisional untuk segera menyelesaikan persiapannya untuk menyambut calon pembeli, bahkan lebih baik jauh sebelumnya pun para penjual di pasar harus segera menyelesaikan persiapannya karena pembeli terkadang datang lebih awal apalagi bagi seorang pedagang sayuran di kampung-kampung yang membeli sayurannya dari pasar biasanya mereka telah berada di pasar lebih awal bahkan sebelum adzan subuh berkumandang pun mereka telah sampai di sana.Cahaya matahari menyeludup masuk ke dalam sebuah bangunan bernuansa biru dengan desain religinya melewati pentilasi udara yang pastinya bagi seorang pelajar ini adalah waktu dimana ia harus sudah siap untuk pergi ke sekolah. Membuat satu orang gadis di asramanya kesal.

“ya ampuun!” protes Raina

“kenapa?” tanya Sasa sahabatnya

“tadi aku bangun kesiangan, belum mandi, belum beresin tempat tidur lagi kalau telat gimana, ah malesin pokoknya!” jelas Raina dengan nada sewotnya yang bercampur dengan nada khawatir

“yaudah gini aja, kamu sekarang mandi soal yang lainnya biar Sasa yang bantuin.” saran Sasa

“yang bener kamu Sa?” tanya Raina tidak yakin

“iya cepet sono lagian kalo kamu telat kita semua bakal kena!” lanjut Sasa

“yaudah iyh deh.” Jawab Raina dengan langsung menuju kamar mandi dengan membawa perlengkapan mandinya.

*****

Raina Natalia adalah seorang gadis perparas cantik dengan balutan pakaian sederhana yang selalu ia kenakan membuat orang yang melihatnya bisa langsung menebak bahwa dia bukanlah tipe wanita yang tidak suka banyak gaya. Terlahir dari seorang ibu yang sangat luar biasa bernama Ibu Fani dan seorang ayah yang sangat bijaksana bernama Bapak Deni, dilahirkan di sebuah kota yang tidak begitu luas tetapi kota ini selalu menyuguhi penduduknya dengan keindahan alam yang ada didalamnya, iya Cianjur merupakan kota tempat Raina tinggal kini tempat dimana ia tahu bahwa tauco adalah makanan khas kota ini, tempat dimana ia pertama kali menyukai langit, karena menurutnya langit bisa memberikan kedamaian bagi yang melihatnya, bahkan Raina pun menyimpulkan bahwa langit mendung pun dapat mendamaikan hatinya karena dapat di jadikan sebuah tafakur diri, alasannya karena langit mendung pun mempunyai alasan mengapa langit itu harus mendung, karena di balik mendungnya itulah akan tercipta butiran-butiran air yang turun dari langit membasahi semua yang ada di bawahnya, memberikan kenikmatan bagi yang mendapatkan butiran airnya, dan memberikan kesuburan bagi tumbuhan yang terkena butiran airnya, juga memberikan kesejukan dengan udara segar setelahnya, apalagi dengan langit malam Raina sangat menyukainya apalagi dengan dihiasi rembulan dan hamparan bintang-bintang menjadikan sebuah arti bahwa di balik gelap pasti akan menemukan titik terang, sama saja seperti dalam kehidupan, karena ketika kita mendapatkan kegelapan yaitu situasi yang tidak diinginkan pasti setelahnya kita akan mendapatkan sesuatu yang terang atau jalan keluar dari permasalahan itu,karena hidup ini berputar tidak selalu berada dalam posisi yang sama .

*****

“khos-khos,” suara nafas Raina yang baru saja keluar dari kamar mandi

“yaelah baru balik kamar mandi juga ngos-ngosan kek udah dikejar domba,” ucap Tania yang keheranan melihat Raina yang kelihatannya baru saja selesai melakukan pekerjaan berat

“lagian si mandinya buru-buru,” sambung Sasa

“ya, lagian kalo misalkan telat kan tadi kamu sendiri yang bilang Sa kalo kita bisa kena semua”

“uh perdebatan antara Sasa sang ketos dan Raina sahabatnya sekaligus anggota osisnya akan segera dimulai, kayaknya seru nih,” lanjut Tania

“apasi kamu Ta!” protes Raina

“udah-udah jangan ribut segala,” ucap Sasa melerai perdebatan antara keduanya, karena ini adalah kewajibannya segai teman Raina dan Tania

“Na tuh tasnya,” lanjut Sasa

“uuuuu makasi ibu ketos,” rayu Raina

“sama-sama tukang telat,” balas Sasa meledek

Lalu Raina menjawabnya dengan memamerkan muka kesalnya.

Kemudian mereka pun berangkat ke sekolah bersama dengan yang lainnya dengan mengendarai bus sekolah yang selalu mengantar jemput para pelajar dari asramanya setiap hari untuk berangkat ke sekolah, mereka membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai ke sekolah, karena itulah Raina tadi terburu-buru.

*****

Raina merupakan seorang pelajar di sebuah sekolah boarding yaitu SMA ar-rahman kini ia menduduki kelas X MIPA2, ia juga menggarap ilmu akhirat karena memang sekolahnya adalah sekolah boarding dan nama pesantrennya pun sama dengan nama sekolahnya karena yang memiliki yayasan adalah satu orang yang sama

*****

Di perjalanan menuju sekolah dengan bus yang masih melaju melewati permukiman penduduk dengan suasana yang ramai dengan perbincangan orang-orang di dalamnya, mulai dari membicarakan pelajaran hari ini,most wanted di sekolahnya,idola favoritnya atau bahkan ada yang hanya diam sekedar membuka buku pelajaran yang akan di pelajari hari ini seperti Sasa misalnya yang duduk di samping Raina, berlainan dengan Raina yang hanya diam tidak melakukan apapun karena masih kesal kepada Sasa.

“Na” panggil Sasa membuka obrolan

Lalu Raina menoleh dengan wajah dinginnya

“semoga aja bu Mira hari ini ngak masuk ya,” lanjut Sasa

“ya ampun tugasnya ketinggalan” ucap Raina

“yang bener?” tanya Sasa

“iya bener gimana dong Sa? kalo kena hukum gimana iiiiih” jawab raina dengan nada khawatirnya

“ya mau gimana lagi Na orang udah jauh dari asrama bentar lagi juga nyampe,”

“yaudahlah bodo amat, semoga aja bu Mira beneran ngak masuk kelas” harap Raina

“iya semoga aja” ucap Sasa menyetujui.

Bu Mira adalah salah satu guru di sekolah Raina yang kebetulan memegang pelajaran bilogi di kelas X, yap di kelasnya Raina ia juga merupakan salah satu guru yang banyak menggunakan konsep tanya jawab dalam pembelajarannya dan juga termasuk salah satu guru yang sangat tegas,itulah alasannya mengapa tadi Raina dan Sasa berharap bu Mira tidak masuk kelas hari ini.

*****

“pagi Raina,” sapa vina yang kebetulan sudah berada lebih dulu di kelas

“pagi Vin.” Balas Raina dengan memasang mimik muka tidak seperti biasanya

“tumben ngak kayak biasanya?” tanya Vina keheranan melihat mimik muka Raina

“biasa mumet dia,” sambung Sasa yang baru saja datang mendengar percakapan keduanya

“pantesan” lanjut Vina.

Raina tidak menghiraukan apa yang mereka perbincangkan saat itu, ia langsung duduk di tempatnya dan menaruh tas di atas meja lalu memposisikan badannya dengan muka yang ia simpan menempel pada tas.

“Na Na” panggil Sasa yang berada disamping Raina berniat untuk membangunkan Raina yang ketiduran

“apa si,” jawab Raina

“bu Mira udah dateng”

“males ah”

“Raina Natalia!” panggl bu Mira dengan suara menggelegarnya mengejutkan semua yang ada di dalam ruangan itu termasuk Raina sendiri. Sontak Raina pun langsung membenarkan posisi duduknya

“kamu itu ke sini mau sekolah apa hanya numpang tidur?” lanjut bu Mira bertanya

Raina tidak menjawab apapun pandangannya tertunduk ke bawah

“jangan sampai terulang!” lanjut bu Mira

Raina hanya menjawabnya dengan menganggukan kepalanya.

Dan bu Mira pun melanjutkan pembelajaran hari ini, kini hati Raina tidak tenang karena ia takut bu Mira menagih tugasnya dan benar saja ia menagih tugasnya dan meminta muridnya untuk mengumpulkan tugasnya ke depan,sebagai antisipasi semua sudah mengerjakan tugas, bu Mira mengabsen satu persatu muridnya dan kini giliran Raina yang terpanggil

“Raina Natalia, mana tugasmu?” tanya bu Mira

“maaf bu, tugasnya ketinggalan” jawab Raina yang lagi-lagi dengan pandangan tertundukknya

“astagfirullah!, udah dua kali hari ini kamu membuat ibu kesal, untuk menerapkan sikap disiplin maka kamu tidak boleh mengikuti pelajaran ibu hari ini” jelas bu Mira

“maaf bu ijin berbicara, bagaimana jika ibu berikan satu kali lagi kesempatan untuk Raina” bela Sasa dengan mengacungkan tangannya

“ngak usah Sa, makasih” jawab Raina

Kemudian Raina pamit kepada bu Mira dan melangkahkan kakinya menuju ke luar kelas.

*****

Bel pertanda istirahat pun berbunyi dan Raina masih dalam posisi yang sama, duduk dikursi taman sekolahnya dengan pandangan kosong, lalu ia di sadarkan oleh memberitahuan dari pelantang suara bahwa semua anggota osis harus segera berkumpul di ruang osis, ia pun langsung bergegas menuju ruang osis ternyata disana sudah berada beberapa orang termasuk pak Hendra pembina osis nya yang terlihat sedang marah, entah apa yang membuat dirinya marah bahkan semua yang berada di dalam ruangan itu pun tak ada yang mengetahuinya, tidak lama dari itu semua anggota osis pun sudah berkumpul termasuk Sasa yang menghadap langsung kepada pak Hendra, sebelumnya kita yang berada di belakang sasa awalnya tidak mengerti kenapa pak Hendra seperti memarahi Sasa. Tidak lama akhirnya kita semua tahu kenapa Sasa di marahi pak Hendra alasannya karena pak Hendra mendapatkan laporan dari bu Mira tentang Raina, sebelum pergi ia mengingatkan kepada semuanya untuk menerapkan sikap disiplin karena ia bilang osis adalah pionir siswa yang lain. Kini giliran Raina yang harus berbicara karena ia menyadari bahwa ini adalah salahnya, ia pun meminta izin kepada Sasa untuk berbicara di depan dan Sasa menyetujuinya. Raina maju ke depan lalu membukanya dengan salam

“sebelumnya izin berbicara di depan, mohon maaf atas kejadian yang baru saja terjadi karena akibat kelalaian diri pribadi semua terkena marah terutama kepada Sasa yang terkena marah langsung oleh pak Hendra” jelas Raina dilanjutkan dengan menoleh Sasa

“kalem aja Na kita kan keluarga jadi jangan khawatir senang kita rasakan bersama pahit kita telan juga bersama” ucap Bangga jadi belakang

Lalu Raina tersenyum dan berterimakasih kepada semua, ia bersyukur karena memiliki teman yang bisa mengertikannya.

*****

“bruk!” suara tas yang Raina jatuhkan

“Raina tunggu” teriak Sasa yang masih berada di luar mengejar Raina. Dilihatnya Raina yang menjatuhkan badannya ke lantai dengan bercucuran air mata, Sasa menghampiri Raina dan memeluknya erat-erat karena ia tahu alasan mengapa Raina menangis seperti itu

“udah Na ngk papa” ucap sasa

Tetapi Raina terus saja menangis dan entah berapa lama ia menangis sampai ia tidak sadar bahwa dirinya ketiduran

“Raina bangun”

“kita ngaji” ucap Sasa membangunkan Raina

Raina pun bangun dan langsung melihat jam tangan yang ia kenakan dan ternyata memang benar ini adalah waktunya mereka untuk mengaji

“iya iya aku siap-siap dulu” jawab Raina

Raina pun bergegas bersiap-siap untuk mengaji.

Lalu mereka pun bersama dengan yang lainnya berangkat menuju tempat pengajian berlangsung dengan menenteng alat tulis,al-qur’an, dan perlengkapan mengaji lainnya.

*****

Kini pengajian sedang berlangsung dan entah apa yang berada dalam pikiran Raina saat itu yang membuat dirinya tidak konsentrasi pada pelajaran yang di kajinya saat itu

“Raina” panggil ustadzah yang dari tadi memperhatikan Raina

Sontak Raina pun menoleh karena merasa dirinya terpanggil

“iya ustadzah” jawab raina

“ustadzah lihat dari tadi kamu seperti tidak memperhatikan apa yang ustadzah jelaskan”

“maaf ustadzah, saya merasa kurang sehat” jawab Raina

“yaudah sekarang kamu kembali saja ke asrama dan istirahat tapi ingat istirahat jangan lakukan hal-hal lain agar keadaan mu membaik” saran ustadzah

“baik ustadzah terimakasih” balas Raina

ia kemudian melangkah kan kaki menuju asrama.

Sebenarnya bukan karena Raina kurang sehat melainkan karena banyak sekali pikiran yang berada di kepalanya yang membuat dirinya tidak konsentrasi pada mata pengajian tadi, ia pikir ia harus beristirahat untuk mengistirahatkan pikirannya setelah melalui hari yang melelahkan baginya.

*****

Langit yang semula terang berganti dengan langit malam yang dihiasi dengan hamparan bintang di dalamnya. Sasa mengajak Raina untuk pergi keluar menuju danau yang terletak tidak jauh dari asramanya.

“buruan Na,” ajak Sasa dengan menarik lengan Raina

“iya bentar, kalo jatoh gimana?” balas Raina

Sesampainya di tepi danau Sasa meminta Raina untuk mendongkakakan kepalanya ke atas lalu Raina menurutinya, dan tersenyum ketika pandangannya telah mendarat ke lagit, karena Sasa tahu Raina sangat menyukai langit apalagi dengan pemandangan yang seperti ini karena ia merupakan sahabat Raina dari SMP.

“aku ngak suka hari ini Sa.” Ucap Raina

“hari ini?” jawab Sasa heran

“bagaimana dengan hari-hari mu sebelumnya Na? bagaimana dengan hari-hari mu yang selalu di temani langit?”

“hari-hari sebelumnya?” balas Raina

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post