Lifia's Dream Tower
Pada suatu hari, hiduplah seorang anak perempuan yang bernama Lifia. Lifia tinggal bersama orang tuanya. Ia adalah anak tunggal dari pasangan yang kaya. Tidak seperti anak-anak lainnya, Lifia adalah anak yang cerdas dan pandai melukis. Walau pun sebenarnya dia agak sedikit manja.
Lifia adalah anak yang suka membaca buku. Hingga tak ada hari-hari yang ia lewatkan tanpa membaca buku. Hingga pada suatu hari di malam hari, Lifia membaca sebuah buku yang berjudul Rapunzel. Di buku tersebut dikisahkan bahwa ada seorang putri yang tinggal di menara. Kisah dalam buku tersebut membuat Lifia berpikir bahwa dia juga ingin mempunyai menara seperti Rapunzel.
Ia pun mulai melukis bentuk menara yang dia inginkan. Setelah selesai, Lifia pun melihat hasil lukisannya. Ia tersenyum puas sambil berkata, "Wah, aku udah gak sabar untuk menunjukkannya pada ayah." Lifia pun berlari menuju ruang kerja ayahnya dengan wajah yang gembira. Melihat wajah Lifia yang terlihat bahagia, ayah pun tersenyum dan berkata, "Ada apa Lifia? Kamu seperti terlihat bahagia."
Lifia pun membalas senyuman ayahnya dan memberikan kertas yang berisi lukisan menara. Ia berkata, "Ayah, aku mau menara seperti ini." Setelah melihat lukisan yang ada di kertas dan juga mendengar kata Lifia, ayah pun tersenyum lalu bertanya kepadanya. "Baiklah, ayah akan membuatkannya untukmu. Tapi dimana lokasinya?" Lifia yang sedari tadi sudah memikirkannya pun menjawab, "Di taman ayah. Disana cocok untuk lokasi menaraku." Ayah pun berpikir sejenak lalu berkata, "Baiklah, besok ayah akan mendiskusikan ini dengan ibu." Lifia pun lalu berterima kasih kepada ayahnya.
Keesokan harinya, di meja makan ayah dan ibu berkata pada Lifia bahwa mereka sepakat untuk membuatkan Lifia menara seperti yang diinginkannya. Mendengar apa yang dikatakan oleh ibu dan ayah, Lifia sangat bahagia. Ia pun tidak sabar untuk melihat menaranya.
Sepulang dari sekolah, Lifia tidak langsung masuk ke dalam rumah. Ia terlebih dahulu pergi ke taman untuk melihat progres pembangunan menaranya. "Wah, ternyata sudah hampir selesai. Aku udah gak sabar mau melihatnya dan menunjukkannya kepada teman-teman ku," kata Lifia dengan tersenyum bangga.
Ia pun pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian dan makan siang. Setelah makan, ia lalu tidur siang.
Setelah beberapa jam tertidur, Lifia pun terbangun. Dan ternyata sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore, saatnya untuk mandi sore.
Setelah mandi, ia lalu berlari menuju taman dengan wajah yang penuh harapan semoga saja menaranya sudah selesai. Ternyata benar, sesampainya Lifia di taman, ia melihat ayah dan ibu sudah ada di depan menara. Mereka menatap Lifia dengan tersenyum sambil berkata, "Bagaimana Lifia? Apakah kamu suka?." Melihat menara yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, ia pun sangat senang. Dengan wajah yang tersenyum bahagia, ia berkata, "Wah, sangat bagus. Terima kasih ayah, ibu." Lifia pun berlari menuju ayah dan ibunya serta langsung memeluk mereka.
Menara Lifia tidak terlalu tinggi, hampir sejajar dengan atap rumahnya. Melihat Lifia yang sangat bahagia, ayah dan ibu nya pun ikut bahagia. "Lifia, barang-barang kamu ayah dan ibu sudah meletakkan dan merapikannya juga. Coba kamu lihat! Kalau ada yang kurang, kamu bilang yah," kata ibu.
Lifia pun naik ke atas menara dan melihat ruangan yang sudah tertata rapi. Terdapat 2 rak buku di salah satu sudut ruangan di lengkapi dengan karpet, hingga terlihat seperti perpustakaan kecil. Terdapat juga tempat tidur, lemari pakaian, meja belajar, dan tidak lupa juga terdapat lemari untuk menyimpan berbagai macam camilan. Selain hobi membaca, Lifia juga hobi ngemil. Di ruang menara juga terdapat jendela, pintu, dan juga banyak ventilasi udara. Hampir sama dengan menara Rapunzel.
Setelah mengamati setiap sudut ruangan tersebut, Lifia merasa ada yang kurang. Ia pun turun dari menara dan berlari menuju kamarnya untuk mengambil alat melukisnya. Setelah itu, ia kembali ke menara dan mulai melukis. Setelah selesai, ia pun memasang lukisannya di dinding. Tidak lupa ia membingkai lukisannya terlebih dahulu.
Lifia melukis menara rapunzel, karena ia terinspirasi dari kisah rapunzel. "Nah, sekarang sudah sempurna," kata Lifia melihat lukisannya.
Lifia berjalan menuju jendela sambil memandang matahari yang sudah mulai terbenam. Ia lalu berpikir bahwa ia akan mengundang sahabat-sahabat nya untuk datang ke menaranya sekaligus mengadakan pesta kecil-kecil lan. Ia pun mengambil handphone yang ada di dalam saku celananya. Ia mulai mengirimkan pesan kepada sahabat-sahabat nya untuk datang ke rumahnya malam ini.
Teman-teman malam ini adalah malam minggu. Aku ingin mengajak kalian untuk datang ke rumahku. Kita akan mengadakan pesta seperti biasanya. Aku juga mempunyai sebuah hadiah untuk kalian. Kalian datang yah, see you guys.
Lifia mengundang Indah dan Tria. Mereka berdua adalah sahabat Lifia. Setelah makan malam, ia pun mempersiapkan diri dan tidak lupa ia juga menghias kamar menaranya. Setelah selesai, ia pun pergi menuju halaman depan rumahnya menunggu kedatangan sahabat-sahabat nya. Tak lama kemudian, Indah dan Tria pun datang. "Hai Lifia!," kata Indah dan Tria menyapa. "Hai teman-teman," kata Lifia membalas sapaan mereka. "Ooh iya, aku ingin menutup mata kalian. Karena akan ada surprise buat kalian semua," kata Lifia sambil tersenyum.
"Wah, aku udah gak sabar untuk melihatnya," kata Tria sambil tertawa bahagia. Lifia pun mulai menutup mata mereka dengan kain dan berjalan menuju taman belakang rumahnya. Setelah sampai, ia pun membuka kain penutup mata sambil berkata, "Ini dia surprise nya." Indah dan Tria yang melihat bangunan indah di depan mata mereka pun sangat terkejut. "Wah, indah sekali. Apakah ini milik kita bertiga?," tanya Indah. "Iya, ini akan menjadi tempat favorit kita bertiga. Ayo naik!," kata Lifia mengajak sahabat-sahabatnya.
Lifia pun naik ke menara yang diikuti dengan Indah dan Tria. Setelah sampai, Indah dan Tria pun langsung berjalan-jalan mengamati setiap sudut ruangan tersebut. "Wah, indah sekali," kata Tria. Melihat lukisan menara rapunzel, Indah pun bertanya kepada Lifia, "Lifia, apa ini?." Ia pun menjawab, "Itu adalah lukisan menara rapunzel, aku membuat menara ini karena terinspirasi dari kisah rapunzel." Indah dan Tria yang mendengar itu pun terlihat kagum. "Wah, kamu keren Lifia," kata Indah sambil mengacungkan jempolnya. Lifia pun tersenyum.
"Yuk pesta!," berkata Lifia dengan penuh semangat. "Ayo! Ayo! Ayo!," kata Indah dan Tria bersamaan, mereka tidak mau kalah semangat. Indah dan Tria pun mulai mengeluarkan beberapa camilan yang mereka bawa dari rumah. Lifia juga mengeluarkan semua camilan yang ada di dalam lemari camilannya. Mereka bertiga pun makan sambil bercerita dan tertawa bahagia. Setelah kenyang, mereka bertiga berbaring di depan jendela sambil melihat bintang-bintang dan bulan yang tampak bersinar di langit. Sambil melihat langit, Lifia pun berkata,
Langit yang hitam di malam hari, menjadi indah dan nampak bersinar karena adanya bulan dan bintang. Begitu pun dengan persahabatan, tanpa ada satu sama lain masing-masing akan menjadi seperti langit, yang tidak akan bersinar tanpa bulan dan bintang
Setelah mendengar perkataan Lifia, mereka bertiga pun saling berpelukan bahagia.
- The end -
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah