0001
0001
Seusai sekolah aku dan kawan-kawanku kembali ke rumah masing-masing, sebagian ada yang naik kapsul yang sama, ada juga yang berbeda. Aku menaiki kapsul yang sama dengan sahabatku yang tadi pagi terlambat datang ke sekolah.
“tadi kenapa kau terlambat Rey?” tanyaku membuka topik pembicaraan agar tidak sepi.
“ketiduran setelah sarapan,” jawabnya pendek.
“eh serius? Hanya gara-gara ketiduran?” Tanyaku lagi memastikan seraya membuka roti yang baru saja aku beli di kantin.
“aku serius E*(baca menggunakan aksen inggris)… hanya sebatas ketiduran setelah sarapan...” ketusnya dengan kesal sambil mencomot asal roti yang baru saja aku buka bungkusnya, ya dia memang seperti itu.
“ooh... ya sudahlah terserah. Ngg… sore ini kau mau main ‘petak umpet’ di taman seperti biasa tidak?” ujarku polos seraya memakan roti yang tinggal setengah lagi.
“ah, aku tidak mau, aku selalu kalah dalam permainan super konyol itu...” tukasnya seraya menggelengkan kepalanya.
“ayolah... setidaknya kau tak terus-terusan bergeming di depan layar leptop hologrammu itu,” ajakku lagi sambil menyikut perutnya, tapi Rey terus menggeleng keras.
“hah... ya sudahlah lebih baik aku belajar untuk ulangan besok,” ketusku kesal.
“jangan sok-sok-an belajar deh, lagi pula memangnya besok ada ulangan?” tukas Rey sambil melahap potongan roti terakhirnya.
Aku terkekeh mendengar ucapan sahabatku. Benar. Ia menyadari bahwa aku tak mungkin belajar sedangkan hampir mayoritas teman-temanku pada main atau berkeliaran di dunia maya-nya masing-masing. Jika itu terjadi, maka akan ada keajaiban dunia ke-8 dengan fenomena yang sebenarnya nggak terlalau amazing, bahkan bisa dibilang Un-faedah.
Langit siang yang berwarna biru disertai arak-arak awan yang berwarna putih bersih, tak lupa dengan kawanan burung-burung (kalau itu benar-benar burung, masalahnya dari dulu aku selalu tak yakin bahwa itu benar-benar burung) yang membentuk formasi berbentuk ‘V’. Aku pun menyeringai senang melihat kawanan burung serta background langit cerah tersebut.
Aku pun menengok ke kanan dan ke kiri, semua orang yang berada di dalam kapsul sibuk dengan kotak elektronik kecilnya masing-masing, atau bisa disebut HP. Sedangkan sahabatku itu sudah terlelap dalam tidurnya, dengan sangat terpaksa aku ikut mengeluarkan HP hologramku dan memasang wireless earphone di telinga, lalu menghibur diri dengan cara mendengarkan lagu-lagu kesukaanku sambil menatap kosong ke arah langit nan biru.
Hahh... ayah dan kakak akan pulang hari ini kan? Tanyaku pada diriku sendiri dalam hati.
= # =
Oranye menghias langit di bumi, terdapat sedikit sisa aurora dari peristiwa The Great Aurora bertahun-tahun yang lalu yang kadang-kadang muncul entah kenapa. Indah. Pemandangan itu sangatlah indah dan menyejukkan mata serta batin. Seindah hidup yang sedangku jalani sampai saat ini.
Sore yang indah. Dimana masih ada kicauan burung yang masih sahut menyahut menyambut datangnya malam. Sore itu aku duduk di teras rumah menikmati pemandangan langit kota yang luar biasa. Seperti biasa, aku sendiri.
“Ether...! ayo kita kelapangan,” panggil seseorang dari luar pagar.
“eh... umm...” tatapan kosongku dibuyarkan oleh orang tersebut, aku pun menoleh ke sumber suara tersebut.
“kita main survivel lagi,” ujar yang di sebelah kanan.
“kalau kau nggak mau kami tinggal ya...”tambah yang di kiri.
“baiklah, tunggu ya!” tukasku dan langsung beranjak masuk rumah mengambil sebuah barang.
“dasar... jangan membuat kami menunggu dong...” hardik temanku yang lain dengan gusar. Setelah selesai mengambil barang yang dibutuhkan, aku pun bergegas keluar. Pintu pun otomatis terkunci. Dengan bergegas aku pun langsung mengikuti teman-temannya menuju lapangan dengan agak berlari diiringi suara canda tawa dari teman-temanku.
Semuanya berawal dari sini, dari seorang bocah polos berambut tosca yang tinggal disalah satu kota di selatan, Neoz. Sebuah kota sederhana di Vermilion Kingdom. Awal kehidupanku bagai kanvas raksasa berwarna cerah. Setiap hari aku melakukan apa yang teman-temanku lakukan, mecoba menjadi orang senormal mungkin, menjalani hidup seolah-olah aku adalah orang yang normal.
Di rumah aku memang sendiri, tapi aku selalu punya teman, khususnya Reyzora sahabat terbaikku. Aku bertemu dengannya sekitar tujuh tahun yang lalu, pertemuan itu pun jika diingat-ingat selalu membuatku malu dikarenakan pada saat itu aku bagai bocah ingusan dan tidak tau apa-apa, bahkan tak bisa berbuat apa-apa. Terlalu polos dan lemah.
Kejadian itu terjadi saat aku sedang menaiki batu besar di sekitar danau dan dikarenakan kecerobohanku, aku terjatuh dari atas batu yang setinggi empat meter. Tapi bagiku yang Ketika itu masih kecil, itu bagaikan jatuh dari gedung pencakar langit ke laut nan dalam.
“Aaaaaaahh…! Aku belum mau mati!” teriakku dengan keras dan pasrah.
Saat menyentuh danau diriku sudah pasrah, dan bodohnya lagi waktu itu aku sama sekali belum bisa berenang. Kesimpulannya aku akan mati disini. Beruntungnya, ternyata di sekitar danau tersebut masih ada seseorang. Orang yang tak sengaja masih berada di sana itu mendengar teriakanku dan langsung terjun menyelamatkan diriku yang sudah akan mati.
Saat itu aku hanya bisa melihat gembung-gelembung udara dan tanganku yang berusaha menggapai orang yang baru terjun ke danau itu, dan berhasil. Seketika tubuhku dicengkram kuat oleh orang tersebut dan ditarik ke permukaan air.
“Tenang kau belum mati, tenanglah.” kata orang itu berusaha menenangkan diriku yang sedikit syok, sambil membopong tubuhku ke tepi danau.
“akh… ha~h… aku masih hidup, ha~ terima kasih ya…” kataku saat sudah sampai ke tepi danau dengan nafas sesak.
Lalu ia hanya menanggapinya dengan senyum yang polos.
“ugh… siapa namamu? Tanpa nama tak mungkin aku bisa berterima kasih kepadamu.” ujarku dengan nada yang sangat berterima kasih.
“ngg... namaku Reyzora” jawabnya pendek.
Aku ber-oh pelan dan melihatnya dari atas kepala sampai ujung kaki, ia tidak jauh beda tingginya. Rambut putih ke silver-silverannya basah dan acak-acakan. Matanya tajam berwarna oranye kemerah-merahan, membuat penampilannya sangat mencolok dan sedikit menakutkan.
“ooohh… kenalkan namaku Etherias Xenos, kau bisa memanggilku Ether, terima kasih ya, tadi kau sudah menyelamat hidupku yang berharga,” ucap disertai senyum riang lalu menyodorkan tangan untuk bersalaman.
“suatu hari nanti pasti akan aku balas kebaikanmu, Re-Rey...?” tambahku dengan serius disertai nada yang gagap, orang itu pun mengangguk pelan dan tersenyum lalu menyambar tanganku. Kami pun bersalaman.
“mmm… kayaknya jika kutebak kamu sudah bisa sihir dengan elemen angin.” spontan aku menebak.
“bisa dibilang sih begitu, kalau dirimu sendiri bagaimana?” jawab Rey dengan singkat dan jelas, akhirnya ia buka mulut.
Ugh aku paling tidak suka ditanya begini... gumamku dalam hati.
“mmm... a-air!” jawabku seadanya dan sebisanya, padahal aku sama sekali belum bisa mengeluarkan sihir apapun.
“oooh... seharusnya kau tidak usah panik, kau `kan pengendali air, nah sekarang coba kendalikan air yang ada di sana,” ujar Rey sambil menunjuk ke arah danau.
Jleb, Etherias pun merasa bagai tertusuk pedang excalibur raksasa dari langit.
“a-aku belum menguasai pengedalian elemen,” jawabku sambil menahan malu, mukaku memerah.
“aah... kau ini payah sekali sih, pantas saat jatuh tadi kau panik, begitu saja masa tidak bisa apalagi melakukan hal yang lain,” kata Rey sadis, kata-kata itu begitu pedas dan tajam sampai-sampai menusuk hatiku.
“aarghh... aku bukannya tidak bisa tapi belum biasaaa!” belaku dengan sangat defensive.
“belum bisa! Artinya AKAN!” bentakku.
Hening. Ia tak merasa terganggu dengan apa yang kukatakan.
“hey, apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan cara mengendalikan elemen?” Tanya Rey dengan polos.
“ngg… ibuku pengendali elemen air yang kuat, tapi ibuku sudah meninggal saat aku masih kecil, sedangkan ayahku pengendali sihir creators, tapi ayahku jarang ada di rumah. Sekitar setahun sekali beliau pulang, dan beliau juga tak bisa berlama-lama di rumah, sedangkan kakakku pengendali air dan angin yang baik tapi dia sering pergi-pergi mengikuti ayahku bekerja,” jelasku panjang kali lebar kali tinggi kali alas bagi dua (hayo rumus apa?).
“oohh....baru tahu aku kalau hidupmu semenyedihkan itu, lalu kamu di rumah bersama siapa ?” tanya Rey polos.
“nggg... itu sih kamu tak perlu tahu, itu masalah pribadi jadi jangan ditanyakan!! Oke?!?!!” ucapku dengan agak gusar.
“tenang saja sih, lagi pula aku juga di rumah tinggal sendiri” balas Rey dengan santai.
Kami pun memulai percakapan lain yang lebih menarik, waktu berlalu dengan cepat tak terasa kami sudah seperti kawan yang sudah bertahun–tahun tidak berjumpa. Kami pun mengobrol sambil jalan pulang ke rumah masing-masing, setelah mengobrol panjang dengan Rey, aku mengetahui satu hal, bahwa Rey adalah anak sulung Pak Zyn Arch yang merupakan teman seangkatan dan juga teman sepekerja dengan ayahku.
Setelah obrolan yang lama bersama teman baruku, aku berjanji bahwa akan selalu mengajak Rey bermain. Karena menurutku Rey adalah makhluk yang kesepian, dan sedikit menakutkan. Padahal ia sama sekali tidak seperti itu, kalau sudah dekat dengannya, dia pasti akan mengeluarkan sifat aslinya.
Sejak hari itu aku dan Rey selalu bermain bersama, makan bersama di tempat yang sama, belajar bersama, dan melakukan hal-hal logis bersama, termasuk belajar sihir kami pasti melakukannya bersama. Meski pun pada akhirnya aku tetap saja tidak bisa melakukan sesuatu dengan sangat baik.
Berbagai kehebatan sihir yang Rey miliki diperlihatkan satu persatu kepadaku dan teman-temanku yang lain. Teman-temanku juga menunjukkan sihir yang sudah mereka kuasai. Tapi berbeda denganku, aku sama sekali belum bisa menunjukkan bakat sihirku. Aku hanya bisa dibilang hebat dalam bidang teori mengenai sihir.
Contohnya seperti di suatu hari saat kami sedang berlatih sihir di tempat latihan akademi sihir tingkat SD.
“Etherias, elemen lava itu gabungan dari elemen apa aja sih?” tanya salah satu temanku dengan wajah yang memelas beserta polosnya.
“hmm... kalau tidak salah elemen lava itu merupakan campuran dari elemen api dan tanah...” jawabku dengan sedikit ragu.
“setelah kejadian The Great Aurora para ilmuan menemukan fakta bahwa terdapat berbagai jenis elemen yang ada dan bisa dikendalukan yaitu 5 atribut dasar api, air, angin, tanah, dan petir,”
“namun setelah penelitian dilanjutkan para peneliti menemukan fakta lain bahwa atribut tersebut dapat dicampur dengan atribut lain yang kemudian melahirkan atribut baru yang sekarang biasa disebut atribut gabungan. Dan juga terdapat atribut yang hanya bisa dipakai oleh beberapa orang saja. Para ilmuan menamakannya dengan nama atribut unik atau unique skill,” jelasku panjang.
“ooh...begitu...” ucap temanku dengan nada polos.
“oke let’s try!” tambahnya lagi sambil mengeluarkan elemen api dari kedua tangannya.
“mari aku bantu” ucap temannya yang lain seraya mengeluarkan elemen tanah dari kedua tangannya.
“eeh tunggu!” teriakku mencoba menghentikan mereka berdua.
Mereka pun langsung mencampurkan kedua elemen tersebut, tanpa mendegar ucapanku lebih lanjut.
“DUAAARRR…” ledakan kecil pun terjadi. Kedua temanku tadi terhempas dua meter dari tempat berpijak sebelumnya.
“ T _ T”
“-_-“
“ohok...ohok, heemm kok gak berhasil ya?” ucap yang tadi mengeluarkan api dengan nada polos.
“jangan-jangan kamu bohong ya...Ether...?!”
“iya lah, elemen lava itu tidak sembarang orang bisa, lagi pula berapa umur kita sekarang, haah?! delapan tahun, delapan tahun woi! untuk menguasai atribut gabungan biasanya orang bisa harus berlatih bertahun-tahun,” hardikku kesal sambil mencoba membantunya untuk berdiri.
“kenapa kamu tadi gak bilang sih?” tanya yang barusan mengeluarkan elemen tanah.
“kamu saja tadi tidak sabar mendengar penjelesan E, sekarang lihat apa yang kamu lakukan pada kami.” Kini Rey memuntahkan kata-katanya yang sedikit tajam, sambil memperlihatan wajahnya yang hitam penuh abu karena ledakan tadi.
“hehe… maaf,” ucap keduanya bebarengan.
Reyzora, selama berteman dengannya aku hanya mengenalnya sebagai orang yang bersifat dingin tapi menurutku ia adalah orang yang hebat, karena ia bisa mengendalikan elemen lebih baik dariku.
Walaupun kadang-kadang aku merasakan hawa yang tidak bagus darinya, atau ada sebuah benang merah yang disembunyikan diantara kami berdua. Tapi aku sih tidak begitu peduli, aku main dan belajar. Mencoba hidup layaknya orang normal itulah kehidupanku sehari-hari. Hingga kejadian itu terjadi, saat dimana aku kehilangan sebagian kehidupanku.
Kehilangan warna cerah di atas kanvasku akibat terciprat tinta hitam.
= # =
Sore itu, oranye menghias langit di bumi, terdapat sedikit sisa aurora dari peristiwa The Great Aurora bertahun-tahun yang lalu yang kadang-kadang muncul entah kenapa. Tawa canda masih menghiasi hidupku, sore itu aku akan bermain survival game yang mirip petak umpet-itulah mengapa aku lebih suka menamakannya game ‘petak umpet’-bersama kawan-kawanku di lapangan yang tak begitu jauh dari rumahku.
”hompimpa alaium gambreng” seruku dan teman-temanku untuk menentukan siapa yang jaga.
“Rey jadi! Rey jadii!” kataku beserta teman-temanku yang lain dengan senang karena aku selalu tertawa melihat ketidakberuntungan temanku itu dalam berbagai hal permainan yang membutuhkan keberuntungan (terutama dalam permainan ini). Yap, semenolak apapun dia kalau aku yang memintanya pastinya akan diterima.
“oke, aku mulai menghitung ya!” ucap Rey dengan gusar serta kesal.
“satu! Dua! Tiga! Empat!” Rey pun mulai menghitung dengan nada agak kesal.
Kami pun langsung mencari tempat persembunyiaan yang paling bagus di lapangan tersebut.
Hmm…. Di mana ya aku sembunyi? Aku mencoba terus berpikir sembari mencari tempat yang paling save untuk sembunyi.
Aahhh…. Di atas pohon ini saja ah, lagi pula Rey`kan takut dengan serangga... tanpa berpikir ulang aku bergegas memanjat pohon tersebut.
“dua puluh!” pekik Rey Ketika selesai menghitung. Sembari membawa pistol peluru BB bercatnya, ia mencari teman-temannya yang bersembunyi.
Belum sempat Rey menemukan teman-temannya, tiba-tiba sebuah cahaya berwarna ungu kehitam-hitaman menaungi gedung-gedung yang tinggi di sebelah barat sana, di sektor perkotaan. Spontan aku menoleh ke arah cahaya tersebut. Sebuah lingkaran sihir dengan rangkaian yang rumit terbentuk di sana.
Sihir teleportasi? Siapa? Kenapa? Ada apa?! Tanyaku dalam hati menerka apa yang sedang terjadi, semua bayangan kejadian buruk seperti perang melintas di benakku.
Buru-buru ku usir bayangan ngawur tersebut dan langsung kembali fokus melanjutkan permainan petak umpet. Setelah selang beberapa detik terdengarlah sayup-sayup lengkingan kuda. Lengkingan itu semakin membuatku penasaran, lagi-lagi aku menoleh ke sumber suara tersebut yang sekiranya berasal dari lingkaran sihir raksasa tersebut.
Pegasus? Unicorn? Itulah kesimpulan sekilas, mendengar suara lengkingan kuda yang tak berhenti bersahutan karena hanya dua hewan tersebut yang memenuhi kriteria lengkingan kuda serta terbang di atas langit.
Akan tetapi kesimpulan semacam itu malah membuatku semakin bingung, karena jarang sekali ada kumpulan pegasus ataupun unicorn di tengah-tengah kota, terlebih lagi hewan itu biasanya dipakai untuk perang, terkadang dipakai untuk memeriahkan festival atau hari-hari besar, dan Neoz bukan kota militer dan hari ini juga bukan hari besar atau hari dimana ada sebuah perayaan, ini hanya hari biasa.
Dari balik bayang-bayang matahari yang tenggelam terlihatlah ratusan unicorn dan pegasus berlapis besi titanium metal beserta perlengakapan sihir dan persenjataan sihir yang lengkap. Di atas unicorn dan pegasus tersebut terlihatlah bayangan manusia menungganginya, mereka memakai baju titanium dan dengan persenjataan sihir yang lengkap juga.
Selang semenit para prajurit tersebut menyebar ke seluruh penjuru kota, beberapa menit kemudian sebuah benda besar dan hitam keluar juga dari lingkaran tersebut, dan tentu saja kalau diawalnya pasukan pasti di belakangnya kapal induk raksasa dari pasukan tersebut.
Sesaat armada tersebut sudah berada di atas gedung-gedung kota, pasukan yang sudah menyebar itu langsung menghancurka barrier sihir kota ini. Dampaknya beberapa bangunan di kota hancur. Pertempuran pun pecah! Peluru suhir melesat kesana kemari menghancurkan segala yang dilewati. Kebakaran terjadi dimana-mana. Gedung-gedung hancur satu demi satu. Asap melambung tinggi di langit sore nan oranye hari ini.
Semua ini di luar yang diharapkan, hidupku yang indah dan damai berubah drastis seketika, semuanya seakan-akan ditelan habis oleh kengerian yang kulihat sekarang. Aku tak bisa apa-apa, hancur sudah…
Menit-menit yang mengerikan dan sadis itu terus berkelanjutan, banyak yang tewas ditangan prajurit-prajurit berzirah tersebut. Sekejap kota ini berkesimbah dengan darah dari penduduknya sendiri.
Entah masalah apa yang terjadi, tetapi para tentara dari kemiliteran sihir Vermilion Kingdom tak kunjung datang, maka terpaksa orang-orang biasa melawan mereka dengan seadanya dan sebisanya, tak ada satu pun dari prajurit berzirah tersebut mati, apalagi tergores. Polisi saja tidak dapat berkutik sedikit pun di hadapan prajurit tersebut.
Kejadian bengis itu membuatku tak bisa menggerakan satu pun anggota badanku, saking takutnya melihat pemandangan yang mengerikan tepat di depan mataku. Anak-anak dibawa dengan paksa oleh pasukan tersebut, sedangkan orang dewasa yang berusaha merebut kembali anaknya mati secara menggenaskan.
Dari semua kejadian yang kulihat, ada satu yang membuatku sangat terpukul, yaitu ketika melihat sahabatku ditangkap oleh salah satu prajurit. Tidak hanya itu, semua teman-teman yang sedang bermain bersama dirinya dibawa paksa oleh mereka.
“argggh, lepaskan aku dasar makhluk biadab!!!”
“dasar bar-bar!!!!” teriak Rey berusaha melawan, tapi ia sama sekali tak berdaya di hadapan prajurit itu, aku yang hanya melihat dari atas pohon merasa kagum dengan keberanian Reyzora, ia selalu berani menghadapi apapun dan siapa pun.
“tenanglah, kau akan berada di tangan yang aman lagi pula kami tidak akan pernah menyakitimu hanya sekedar memberimu kekuatan tambahan saja...” kata prajurit itu dengan suaranya yang berat dan dengan nada yang sangat santai, terlihat senyum sinis diwajahnya jika tidak memakai penutup wajah.
Setelah mendengar itu entah kenapa Rey mendadak diam seribu bahasa, berhenti berusaha melepaskan diri dari prajurit tersebut. Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Terpaku tak bergeming, gemetar ketakutan.
Hanya dengan waktu kurang lebuh tiga puluh menit kota Neoz ini hampir rata bersama dengan gelimpangan mayat yang berada di mana-mana dan entah karena keberuntungan atau apa tapi aku sekarang masih belum tertangkap dan juga pohon ini tidak terkena serangan sihir dari armada tersebut.
Kayaknya sekarang aku masih beruntung, tapi aku tidak bisa diam di sini saja, hanya masalah waktu aku akan ketahuan oleh mereka... gumamku sambil menenangkan diri yang sedari tadi tegang dan sangat ketakutan.
Namun, pikiran negatif itu sangatlah kuat, hampir-hampir sudah menelan semua asaku yang awalnya setinggi langit. Aku berpikir keras, mencari cara agar keluar dari tempat ini. Tiba-tiba mulutku tersungkap dan tubuhku ditarik dari belakang.
“ti-hmph... mph..!” aku panik dan langsung meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari orang yang menyekapku.
“diamlah, shhh~ jangan berisik ini, aku,” ucap orang yang menarikku ke belakang dengan lirih.
“ka-kakak?!” ucapku bahagia melihat orang yang sangat dibutuhkan disaat-saat yang tepat.
“apa yang terjadi? Kenapa tidak tentara Vermilion?.....”
“nanti kakak ceritakan tapi bukan di sini, ayo ikut kakak ke tempat rahasia keluarga Xenos terlebih dahulu,” potongnya dengan nada serius.
Dengan cepat kami pun menerjang keluar daerah kota yang sedang terjadi kudeta yang sangat besar. Aku pun langsung diam seribu bahasa walaupun masih mempunyai ribuan pertanyaan yang berada di benakku.
Namun aku ingin sekali mengucapkan ‘untunglah kakak datang diwaktu yang tepat...’ akan tetapi kata-kata itu tersendat di tenggorokan akibat pikiran yang terlalu banyak. Aku sama sekali tidak tahu mereka ingin apa, namun selain menghancurkan kota mereka juga menculik hampir sebagian besar anak yang ada di kota entah untuk apa.
Irigami Xenos itulah nama kakakku. Seorang kakak yang berpenampilan tidak rapi. Rambut hitamnya selalu acak-acak. Matanya yang berwarna hitam juga terlihat sangat tajam. Bahkan lebih tajam dari pada sebuah pedang. Ia merupakan kakak yang hebat dalam beberapa hal walaupun ia lebih sering membuatku kesal dibandingkan unjuk diri.
Walaupun sifatnya itu seperti orang yang kurang perhatian dan penggila petarung ia juga pemalas serta terlalu santai dalam berbagai hal selain yang berkaitan tentang bertarung. Ia merupakan kakak yang hebat, umurnya sekarang sudah 16 tahun. Sebagai penerus kepala keluarga Xenos ia mempunyai pekerjaan sebesar gunung, makanya ia jarang ada di rumah. Dan kalian tau, ia sudah menyelesaikan jenjang SMA sejak berumur 13 tahun! Itu umurku sekarang. Dia jenius, tapi menyebalkan.
“Etherias naik ke punggung kakak, kita harus pergi sebelum mereka menyadari keberadaan kita,” bisiknya pelan. Tanpa basa-basi lagi aku mengangguk dan melakukan apa yang kakakku minta.
“sebelum kita pergi [Aura Remover][Superior Invisible]”
Setelah kakakku mengucapkan mantra tersebut, secara alamiah tubuh kami menghilang dari pendangan orang-orang di sekitar, meski aku ragu masih ada yang bertahan hidup.
“semoga sihir ini cukup untuk menyembunyikan keberadaan kita,” ucap kakakku, aku pun mengangguk semoga terjadi seperti yang diharapkan.
Setelah itu kakakku berlari dengan sangat cepat membelah puing-puing bangunan kota. Aku hanya bisa meringkuk di atas punggung kakakku sambil melirik ke sekitar yang kami lewati, mulai dari pemandangan mengenasakan berupa puing-puing bangunan hingga masuk ke hutan yang dekat dekat dengan kota.
Setelah perjalanan cukup jauh, naik turun serta jalan setapak yang sepi dan tanpa penerangan sedikit pun. Aku tiba di sebuah tebing yang tidak terlalu tinggi, yang di bawahnya banyak sekali ditumbuhi semak belukar dan pohon, dibalik pohon-pohon dan semak belukar tersebut ada sebuah batu yang cukup besar.
Kakakku langsung mendekat ke batu tersebut lalu menyentuh batu besar tersebut, ia pun mengalirkan mana-nya ke dalam batu tersebut. Hening, lenggang. Suara hewan-hewan di hutan terdengar samar, hutan ini sepi. Namun tiba-tiba sebuah suara mendesing terdengar pelan.
“ Mana Irigami terdeteksi...” setelah suara itu kakakku melepaskan tagannya, dan seketika batu tersebut terbelah, membuka sebuah ruangan yang ada di dalamnya. Akhirnya kami sampai di salah satu tempat persembunyian keluarga.
Hanya sedikit orang yang tahu bahwa disini ada sebuah tempat yang amat sangat aman dan tersembunyi, aku saja baru tahu. Walaupun dari luar terlihat seperti tebing tanpa ruangan tetapi di dalamnya merupakan tempat persembunyian yang sangat modern.
Tanpa ragu kami pun masuk kedalam, pintu pun kembali tertutup secara otomatis. Sihir kakakku pun hilang secara alamiah. Timing penggunaan sihirnya sudah selesai, hilang disaat yang tepat.
“uwah... capek sekali...” ujar kakakku sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
“nah kakak, sekarang bisa jelaskan apa yang terjadi..?” tanyaku dengan nada dan wajah serius, seriusan aku butuh informasi ini, apa yang sebenarnya terjadi? Jawaban itu sangat kubutuhkan.
“haaah~” Serapah kakakku sambil mencoba duduk di atas kasur yang ia rebahkan.
“bisa dibilang proyek baru yang ayah lakukan mendekati kata ‘sukses’, bahkan mungkin 0,05% kemungkinan kegagalannya ….”jawab kakakku dengan nada malasnya.
“tapi hasil dari proyek ini baru diketahui memiliki kesalahan sebelum di-lauching ke publik. Kesalahan yang tidak sepele, yaitu terdapat kesalahan dalam bentuk gangguan psikologis pada orang yang menerima hasil eksperimen Xenos Alpha”
“seluruh orang di laboratorium langsung panik, ayah dan segenap ilmuan handal pun berusaha mencari titik kesalahan ekperimen tersebut, tapi ternyata itu bukan karena kesalahan ayah tapi salah satu anak buah ayah entah siapa – indetitas aslinya belum diketahui - dan mengapa telah memasuki zat aneh ke dalam eksperimen tersebut yang membuat hasil eksperimen ayah menjadi kaki tangan seseorang yang mengaku bernama Arc Destroyer,”
“ayah dan bawahan-bawahannya sekarang sedang bertahan di laboratarium pusat bertahan dari serangan makhluk psikopat yang sebenarnya adalah hasil dari eksperimen ayah sendiri,” jelas kakakku panjang.
Aku hanyalah bocah lemah, mendengar hal tersebut membuatku kaget setengah mati mendengar bahwa ayahku – satu-satunya orang tuaku - sedang mempertaruhkan hidup atau matinya. Kekhawatiranku langsung melesat ke langit, entah sampai langit berapa. Semua pikiran buruk menjalar keseluruh sudut ruangan di otaknya. Rasa ingin bunuh diri menghantui jiwaku yang semakin goyah, ‘aku sama sekali tak ingin hidup lagi’ pikirku singkat.
“tapi kak, kenapa anak-anak diculik oleh mereka?” tanyaku lagi berharap bahwa ada sepercik harapan yang bisa kutemukan dijawaban selanjutnya.
“menurut informasi yang kakak dapat orang tersebut akan melakukan percobaan penyempurnaan evolusi manusia kepada anak-anak tersebut dan menurut informasi itu juga ia merupakan mad scientist yang ingin membuat manusia menjadi sempurna,” jelasnya dengan dingin.
Mendengar kata ‘percobaan’ membuatku merinding, aku langsung teringat akan sahabatku yang ditangkap tepat di depan mataku. Segala-galanya sudah berakhir… pikirku. Tidak ada alasan untuk hidup, pikiranku semakin terdoktrin oleh pikiran negatif.
“hiks…hiks…hiks..” tangisanku pecah, kehilangan orang-orang terbaik di sampingku adalah mimpi terburuk dalam sejarah hidup yang tak ingin kurasakan.
“shut! Tenanglah, ayah pasti masih hidup, beliau pasti akan kembali kepada kita,” hibur kakakku dengan nada yang sangat tenang.
“lagi pula ayahkan orangnya kuat, mana mungkin beliau mati begitu saja... beliau pasti akan melakukan yang terbaik untuk kembali ke tengah-tengah kita...” hiburnya lagi sambil mengelus-ngelus rambutku yang acak-acakan.
Mata biruku berlinang air mata, dan air mata itu terus mengalir deras membashi wajah hingga bajuku pun ikut basah. Perasaan sedih bercampur aduk dengan khawatir sudah menyelubungi hati dan pikiranku. Memikirkan apa yang akan terjadi jika mereka berdua sudah tiada, benar-benar membuatku sters.
“mulai hari ini kakak tidak akan pernah meninggalkanmu, makanya jangan menangis lagi,” hibur kakakku, sambil terus membelai rambutku.
“kuatlah Ether, kau adalah Etherias Xenos. Anak yang bisa menerima segala kenyataan pahit, kau hanya butuh sedikit gula untuk membuat semua kenyataan ini seperti kopi. Semangatlah! Aku akan selalu di sampingmu…”
Setelah kata-kata itu aku mengusap-usap wajahku yang basah karena air mata dan disaat yang sama aku mengangguk pelan. Tubuhku terasa sangat lelah, aku pun memutuskan untuk segera tidur, berharap bahwa kejadian hari ini hanyalah mimpi belaka, jika ini kenyataan aku berharap bahwa aku bisa bertemu ayahku dan Rey lagi di kemudian hari. Rasa kantuk, lelah, dan putus asa membawaku hanyut ke dalam dunia mimpi tanpa batas.
= # =
Matahari naik ke langit mengusir kegelapan yang menyeliputi bumi tapi tidak bisa mengusir kegelapan di hatiku yang sedang diliputi oleh rasa gundah dan sedih serta khawatir.
Hancur luluh kotaku hampir sama dengan semua harapan yang sudah pernah kubangun, awalnya kota yang indah sekarang telah berubah menjadi reruntuhan puing-puing bangunan yang rata. Aku melihat kakak yang baru bangun tidur, dengan santainya membuka pintu banker dan keluar dari tempat kami bersembunyi.
“ka-kakak mau kemana?” tanyaku gelisah serta dengan suara yang serak.
“hanya melihat keadaan di luar,” jawab kakakku santai walaupun gestur wajahnya mengungkapkan wajah waspada. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang penting terlihat dari kebiasaannya mengetuk lantai dengan kakinya.
“apa yang sedang kakak pikirkan?” tanyaku.
“ha~ Ether,” panggilnya pelan.
“a-apa?” tanyaku spontan.
“kita harus pergi ke Marz Empire” jawab kakakku singkat.
“ha? Sekarang kak?” ia pun mengangguk.
“kenapa?”
“karena kita harus mencari tempat perlindungan yang baru, karena tak lama lagi mereka akan menemukan tempat ini, selain itu ayah telah membuat rencana jika terjadi hal seperti ini, diantara perintahnya di data tersebut yaitu kita harus pergi ke Marz Empire lebih tepatnya ke Guardian city yang merupakan salah satu tempat paling aman,” jawab kakakku sambil memperhatikan keadaan di luar tempat persembunyiaan.
“emmm… kenapa kita harus pergi ke Guardian city di Marz Empire? Kenapa tidak ke Phoboz saja, itukan ibu kota negeri kita.”
“entah, itu perintah ayah, mungkin karena Marz Empire mempunyai benteng terkuat dalam sejarah... mungkin? Atau... entahlah... lagi pula ibu kota sedang kacau balau, mereka sedang mempersiapkan pasukan untuk merebut kembali kota ini. Jika kita kesana ada dua kemungkinan,”
“apa itu?”
“pertama, kita dianggap mata-mata dan bisa saja dibunuh seketika. Kedua, kita berhasil sampai di kota, mendapat perlindungan, tapi apakah pasukan Phoboz dapat menghalau kekuatan para mutan berzirah itu? Kecil kemungkinannya, bisa-bisa ikut terlibat perang di ibu kota nantinya, lalu semakin kecil pula peluang kita untuk bisa keluar dari kota yang dilanda kacau balau itu,”
Mendegar itu aku merasa bahwa kakak tau kenapa harus ke sana (terlihat dari wajah liciknya), tapi entah kenapa, sepertinya masih ada hal yang disembunyikan dibalik wajah liciknya.
“dua puluh menit lagi kita akan pergi, bersiaplah!” perintah kakakku, aku pun mengangguk tanda siap.
Kami pun langsung mempersiapkan barang-barang untuk perjalanan, karena jarak dari tempat persembunyian dengan Marz Empire sangat jauh, jika menggunakan Xineas (alat terbang yang biasa dipakai pada masa kini) kami hanya membutuhkan waktu lima jam perjalanan udara, apalagi menggunakan teleport capsul hanya memakan waktu kurang lebih lima detik. Akan tetapi karena kami memakai kaki dan di perjalanan pasti ada monster kemungkinan satu bulan kami akan sampai ke sana.
“Etherias kita akan melewati jalan memutar.”
“kenapa?!?! Lebih cepat, lebih baik,” bantahku tidak terima.
“cepat tapi tidak selamat sama saja,” bantah kakakku sambil memasang wajah serius.
“Etherias percayalah pada kakak,” tambahnya sambil meremas bahuku dengan pelan.
“umm… ya udah, tapi jauh nggak muternya....?” tanyaku memastikan seraya menggaruk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Kakakku pun mengambil sebuah benda berbentuk piramida dari laci, lalu menyalakannya, ternyata itu adalah proyeksi hologram peta dunia.
“umm… lumayan jauh, cuman dari sini muter kesini terus kesini, jalan terus kesini, dan akhirnya sampai di Marz Empire,” jawabnya sambil menunjuk-nunjuk kesana kemari tidak jelas. Bagiku itu sangatlah tidak jelas, karena ia hanya menunjuk-nunjuk tanpa penjelasan yang detail.
“Etherias, karena kita akan memutar mungkin waktu kita kurang lebih sebulan, bahkan bisa lebih. Jadi siap-siap saja, jangan lupa bawa kaki cadangan ya...” ucap kakakku dengan nada yang santai seperti biasanya. Dan aku hanya bisa mengangguk pelan seperti biasanya.
“ jika ada sesuatu yang aneh atau bergerak di sekitar kita beri tahu kakak,” tambahnya sambil mengancungkan jempol tangan kirinya sembari tersenyum riang. Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk pelan, meski pun masih saja ada yang mengganjal dipikiranku. Kemudian kami pun mengemas berbagai alat bermanfaat, bahan pangan dan bahan logistic yang lainnya
“a-anu...” ucapku malu-malu.
“ada apa...? jangan membuatku pusing deh... kau mau apa?” serapah kakakku dengan malas.
“a-anu... yang kemarin itu makhluk apa?” tanyaku penasaran.
“oh, yang kemarin menyerang?” jawabnya memastikan. Aku pun mengangguk pelan, meng `iya’ kan kata-katanya.
“awalnya itu adalah robot dengan kecerdasan manusia hasil eksperimen ayah, tapi Arc Destroyer mengambil alih kendali pikiran mereka dan memberi nama M.Z,” ucapnya dengan nada yang sedikit serius.
“M.Z itu apa?” tanyaku belum paham.
“mutan, itu adalah singkatan dari `Metter Zero’. Singkatnya mereka adalah mutan yang menjadi mesin pembunuh, kau paham`kan?” jawabnya sambil memastikan kata-katanya lagi.
“eng...sepertinya...” jawabku ragu-ragu, meski sudah hampir sepenuhnya paham, namun masih ada yang tak bisa ia pahami.
“baiklah, mari kita mulai perjalanannya!” ucapnya sambil melangkah pergi yang diikuti oleh diriku. Dengan segera kami pun beranjak pergi ke tempat yang ditunjuk oleh kakakku yang ada di peta (meski aku sama sekali tak mengingatnya dimana letaknya)
Perjalanannya yang pertama kali pun dimulai. Perjalanan yang mempertaruhkan hidupku selanjutnya.
~~~~~
ok, silakan menunggu bab selanjutnya... :)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar