Bab 1: Tidak Normal
Saat kecil, Karin sering mendengar bahwa buku adalah jendela dunia. Hanya dengan membaca buku saja kamu bisa mengetahui begitu banyak hal. Mulai dari tempat-tempat bersejarah di dunia, planet-planet di luar angkasa, hingga hal sederhana seperti bagaimana mengatasi sakit kepala. “Buku itu adalah sumber pengetahuan, jadi rajin-rajinlah membaca buku!” itu kata mereka.
Namun bagi Karin buku tidak hanya sumber pengetahuan saja. Buku juga merupakan kunci menuju dunia lain. Yang Karin perlukan hanya duduk manis, membaca buku, dan secara otomatis ia akan berada di dunia tersebut. Sebuah dunia yang berbeda dari dunia kita. Dunia fiksi.
Seperti namanya, dunia fiksi itu tidak nyata. Dunia fiksi adalah imajinasi penulisnya, dan Karin suka sekali membiarkan dirinya hanyut di dalam dunia khayalan tersebut. Ia senang membayangkan dirinya sebagai tokoh dari buku fiksi yang ia baca. Tidak bisa dipungkiri lagi, Karin memang gadis yang suka berimajinasi. Mungkin terlalu suka malah.
Kemarin ibu Karin menyampaikan pesan dari wali kelasnya di sekolah. Pesan gurunya itu membuat Karin tertegun.
“Saya mendapat laporan dari teman Karin kalau dia bermain sendiri di kelas kemarin. Karin suka sekali berimajinasi ya?”
Parahnya, ibu Karin berkata bahwa tidak hanya wali kelasnya yang mengetahui hal tersebut. Ada beberapa guru lain yang juga mengetahuinya dan memberitahu wali kelas Karin tentang itu. Berarti pesan ini merupakan akibat dari banyak orang yang mengetahui kebiasaan berimajinasinya. Karin jadi malu sendiri mengetahui hal itu.
Baiklah, Karin mengaku. Waktu itu ia sedang bosan dan tidak tertarik bermain dengan teman sekelasnya, jadi ia bermain sendiri. Ia membayangkan pulpen dan pensilnya hidup, lalu berbisik pada dirinya sendiri agar pulpen dan pensilnya dapat berbicara. Karin akui, hal yang ia lakukan itu aneh. Bahkan mungkin menyebutnya tidak normal lebih tepat.
Mungkin Karin masih kecil, tapi ia tahu kalau yang ia lakukan itu tidak wajar. Mengapa ia mengetahui hal itu? Karena ini bukan pertama kalinya ia berkhayal sambil berbicara pada dirinya sendiri. Beberapa hari yang lalu saja, ia tanpa sadar berbicara pada dirinya sendiri di restoran. Ia tahu kalau keluarganya dan pengunjung restoran yang lain dapat mendengarnya, tapi ia masih saja berbicara sendiri. Ia begitu sibuk dengan imajinasinya hingga lupa akan dunia nyatanya sendiri. Hal seperti itu sama sekali tidak normal, bukan?
Namun Karin tidak mengerti. Karin tidak tahu penyebab dari kesukaannya pada dunia khayalan yang mungkin berlebihan itu. Tiba-tiba saja ia menyukai membaca buku fiksi. Tiba-tiba saja ia senang membayangkan hal-hal yang tidak nyata. Padahal kehidupan Karin tidak bermasalah. Ia hidup berkecukupan dan memiliki orang tua serta saudara yang menyayanginya. Lalu untuk apa ia pergi ke dunia khayalan itu? Mengapa ia merasa kalau ia hidup di dua dunia, yaitu di dunia mimpi dan dunia nyata?
Sayangnya pertanyaan seperti itu terlalu jauh untuk pemikiran gadis kecil seperti Karin. Jadi sebagai gadis kecil yang baik, ia mulai berhati-hati agar tidak berbicara pada dirinya sendiri. Ia tidak mau dimarahi orang tuanya karena berbeda. Ia tidak mau dijauhi orang-orang di sekitarnya karena tidak wajar.
Tanpa sadar, Karin sedikit demi sedikit menyembunyikan jati dirinya. Ia berpura-pura menjadi normal. Ia berpura-pura menjadi gadis yang baik, rajin, dan pintar. Gadis yang sempurna tanpa ketidakwajaran apapun.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar