Perjuangan Feira | Bab 5: Ikut Les
***************************************************************************************************************************************
Bab 5
Pukul 14.15, Feira dan Salwa pulang bersama ke rumah mereka masing-masing, seperti biasa. Sesampainya di rumah, Feira langsung disuruh mengganti baju menjadi baju pergi oleh bundanya. Karena mereka akan pergi ke tempat les dan melakukan tes masuk kelas. Saat perjalanan di mobil, Feira di whatsapp oleh Salwa.
“Ra, kamu dimana? Lagi pergi ya? Aku mau ngajak main, nih!”
“Iya, Lagi pergi, mau ke tempat les, masih lama pulangnya, kata bunda aku, soalnya kan tes dulu..”
“Maaf ya, nggak bisa main sekarang. Besok aja ya, atau nanti kalau aku pulangnya nggak terlalu sore..”
“Oh, ok! Nggak apa-apa kok, Ra,”
“Makasih..”
“Sama-sama.”
____
Yah, begitulah chat-an mereka, hanya seperti itu saja, karena Salwa tahu bahwa sahabatnya itu sebentar lagi akan sibuk, ia tak mau menyusahkan Feira hanya karena chat. Sementara Feira malah memainkan Handphone-nya, walau ia memainkannya sebentar. Karena ia sudah setengah jalan menuju tempat les, kata bundanya sih. Ia membereskan tas kecilnya dan membenarkan jilbabnya. Suara notivikasi handphone-nya berbunyi, ia mengambilnya, lalu menatapnya sejenak. Mematikan suara notivikasi, lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela dekatnya duduk. Melihat sekawanan burung yang terbang membentuk lingkaran. Indah sekali. Pikirnya. Itu hanya terjadi sebentar. Ia memalingkan pandangan ke jendela seberangnya.
Ini kan jalan dekat sekolah. Batinnya dalam hati.
Seketika ia tahu bahwa tempat les yang akan ia ikuti tak jauh dari sekolahnya.
***
Sekarang Feira sudah selesai tes, hasilnya lumayan, tapi ia harus masuk ke kelas 3. Bundanya sih biasa saja, tapi Feira tampak sedih dan kecewa dengan hasil ini. Feira pulang dan sampai di rumah pada pukul 16.53, masih ada waktu sebentar untuk bermain dengan Salwa. Namun ia sedang merasa sedih, tak ada nafsu untuk bermain. Ia pun bilang kepada Salwa bahwa ia tidak bisa bermain. Salwa pun menjawab “Iya”.
Malam hari pun tiba, malam ini turun hujan deras. Hawa dingin menyelimuti rumah Feira. Ayah Feira juga baru saja pulang, dan kini sudah waktunya makan malam. Feira masih saja murung. Semuanya berkumpul di meja makan untuk makan. Malam ini menunya adalah menu kesukaan Feira, spaghetti carbonara. Semuanya terdiam ketika makan. Memang seharusnya begitu bukan? Memang seharusnya begitu, tapi di keluarga Feira? Tidak!
“Gimana hasil tesnya, Ra? Masuk kelas berapa?” Tanya ayah.
“Mas..” Belum selesai berbicara, omongan Feira sudah dipotong oleh bunda. Feira pun terdiam dan kembali mengalihkan perhatian ke piring makan malamnya.
“Masuk kelas 3, lumayan laah… Dikira bunda masuk kelas satu lho!”
Semuanya pun tertawa oleh candaan bunda tersebut, terkecuali Feira, ia tetap terdiam murung. Cepat-cepat ia menghabiskan makan malamnya. Tak seperti biasanya, biasanya ia makan dengan pelan. Apa lagi makanan kesukaannya. Selesai makan, Feira langsung mencuci piringnya dan cepat-cepat naik ke atas untuk masuk ke kamarnya. Kamarnya sudah berantakan kembali. Ia mengunci pintu kamar, lalu ia mengambil selembar kertas HVS dan krayonnya. Lalu berusaha duduk di kursi meja belajarnya. Setelah bisa duduk, ia menaruh krayon dan selembar kertas HVS tersebut di kasurnya yang sama berantakannya. Lalu ia menyingkirkan barang-barangnya yang ada di meja dengan cara mendorongnya ke samping meja hingga jatuh. Ia pun menggambar dengan krayon.
30 menit berlalu, ia menatap jam dinding kamarnya yang menunjukkan sekarang sudah pukul 20.00. Ia berjalan meninggalkan kamarnya, menuruni tangga, dan mengambil botol minumnya yang tadi telah dicucinya. Di bawah sudah sepi, satu lampu sudah dimatikan, tak seperti biasanya. Biasanya satu lampu dimatikan ketika semua sudah masuk kamar. Ya.. memang sudah masuk kamar semua sih… tapi biasanya semua sudah masuk kamar ketika sudah pukul 22.00 lebih. Ia pun berjalan ke kamarnya lagi. Tapi sebelum masuk kamar, ia mengisi botol minumnya terlebih dahulu di dekat kamarnya. Di antara kedua kamar kakak-beradik itu memang terdapat dispenser. Ia pun masuk ke kamanya dan kembali menggambar.
Keesokan harinya, sepulang sekolah…
“Ra, sebelum pulang, main dulu yuk bentar!” Tanya Salwa dan beberapa temannya.
“Nggak dulu, ya,”
“Lho, kenapa? Biasanya kan kamu ikut kita main?”
“Aku kan harus les…”
“Oh iya ya, yaudah deh, nggak apa-apa kok! Nanti kalau sudah pulang, mampir ke rumahku, ya! Kalau belum terlalu sore…”
“Ok, Insyaallah!”
Feira pun pergi ke tempat lesnya. Saat sudah selesai les...
Pak guru disana yang tadi mengajar kelas Feira yang bernama Pak Reza keluar kelas sejenak. Entah untuk apa. Tak berapa lama, ia memasuki kelas kembali sembari membawa dua tumpuk buku tebal. Feira tak terlalu memerhatikan, ia sedang memainkan pulpen yang baru dibelinya dua hari yang lalu. Bahkan ketika Pak Reza berbicara pun Ia tak mendengar. Masih sibuk dengan pulpennya. Hingga akhirnya ia tersadar ketika Pak Reza membagikan buku tebal tersebut. Ia pun kaget dan langsung melihat sekeliling. Entah mengapa. ia segera mengalihkan pandangan kepada buku yang baru saja dibagikan tersebut. Itu adalah buku berwarna biru dengan sedikit garis-garis merah dan kuning. “LEBIH DARI 100 SOAL! INILAH BUKU LATIHAN SOAL KELAS 3 SD” Itulah judul dari buku itu. Tertera di cover buku depan, ukurannya cukup untuk dibilang besar.
Ya! Sesuai dengan judul buku itu. Buku tersebut berisikan banyak sekali soal. Lebih dari 100 soal. Feira membuka buku itu. Badannya lemas seketika. Dikarenakan mellihat isi buku itu. Soal semua! Tak ada yang berisi pelajaran.
“Ouh… Ini dia salah satu buku yang aku tak suka.” Gumamnya pelan.
Sampai di rumah…
Feira sudah bilang kepada Salwa tadi. Ia tak bisa bermain. Badannya masih lemas. Mengingat ia mempunyai PR les dua halaman, juga PR sekolah yang mungkin lebih sedikit dibanding PR lesnya tersebut. Ia mengeluh sampai malam hanya karena PR-nya tersebut.
“Banyak banget PR-nya. Soal kelas 3, lagi!” Itu kalimat terakhir yang ia ucapkan untuk mengeluh karena PR.
“Sabar… Jalani aja dulu. Memang kalau mau bisa itu harus berlatih sering-sering. Bukannya sekali belajar langsung bisa… Nanti kalau Feira sudah terbiasa juga tidak akan merasa berat kok.” Jawab ayahnya.
Feira langsung semangat karena kata-kata motivasi dari ayahnya. “Iya yah…” Feira cepat-cepat mencuci piringnya yang telah kosong itu. Dengan segera, ia menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Ia langsung merapikan kembali kamarnya yang sedari tadi beratakan.
Setelah rapih, Feira langsung duduk di meja belajarnya, dan mengerjakan PR-nya. Pertama-tama, ia mengerjakan PR dari sekolahnya terlebih dahulu, setelahnya, baru ia mengerjakan PR dari tempat lesnya. Waktu pun berjalan. Feira sudah selesai mengerjakan PR sekolahnya dan sekarang ia sedang mengerjakan PR dari tempat lesnya. Ia terkejut kembali ketika melihat isi dari buku soal tersebut. Satu halaman 10 soal! Ia harus mengerjakan dua halaman yang berarti ia harus mengerjaka 20 soal! Seharusnya, ia membuka terlebih dahulu ketika masih di tempat les. Agar tidak shock saat mau mengerjakan PR-nya.
____________
Maaf udh lama nggak post Perjuangan Feira.
Kasih saran dan koreksi di komoentar yaaa
Eh yh, itu thumbnail nya aku ganti soalnya... ya, pgn ganti aja! kalau g cocok bilang yaa... biar nanti aku ganti.
Bhay~
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ntaps!
sip! tunggu Bab 6!
bagusnyaa!!
Makasih Kak Khansa (・∀・)