The Adventure in The Magic Library-BAB 1: SEKOLAH BARU
BAB 1
Sekolah Baru
Fatiha adalah murid kelas 3 SD. Di sekolahnya ia dikenal sebagai murid yang sangat suka ke perpustakaan, baik perpustakaan kota maupun perpustakaan sekolah. Fatiha adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak Fatiha bernama Nisa dan adik Fatiha bernama Syifa. Kak Nisa bersekolah kelas 1 SMP dan Syifa kelas 1 SD. Pada saat SD, Kakak Fatiha selalu terpilih sebagai penjaga perpustakaan cilik. Makanya Fatiha suka sekali ke perpustakaan, agar bisa dipilih sebagai penjaga perpustakaan cilik seperti kakaknya.
Suatu hari ayah Fatiha harus pindah kerja keluar kota, sehingga keluarga Fatiha harus ikut pindah keluar kota. Awalnya Fatiha tidak mau pindah rumah, tetapi akhirnya Fatiha mau.
“Ya sudahlah daripada diomelin bunda terus” begitu pikirnya.
Dua hari kemudian Fatiha pun pindah rumah.
“Nah ini rumah baru kita, lebih besar daripada rumah sebelumnya kan?” kata bunda.
“Iya bun, makasih ya udah pilihin rumah baru yang lebih besar.” kata Fatiha.
“Wah rumah kita besar ya.” kata Syifa.
“Jadi kalian punya kamar masing masing.” kata bunda. “Yey!” kata syifa.
“Untung saja aku bilang mau pindah jadi punya kamar sendiri deh.” kata Fatiha dalam hati.
Keesokan harinya, jam 05.00 Fatiha, kak Nisa, dan Syifa dibangunkan oleh ayah mereka.
“Nisa bangun sudah azan subuh.” kata ayah.
“Iya yah.” jawab kak Nisa sambil beranjak untuk turun.
Lalu ayah menghampiri kamar Fatiha. “Fatiha ayo bangun.”
Fatiha pun bangun. “Iya ayah.”
Ayah pun kembali menghampiri kamar Syifa. “Syifa ayo bangun.”
Syifa pun membuka matanya. Mereka semua pun turun ke lantai bawah untuk shalat berjamaah.
Setelah selesai shalat berjamaah kak Nisa, Fatiha, dan Syifa mandi secara bergantian. Seragam baru Fatiha yaitu kemeja putih, rok berwarna merah hati, rompi warna merah hati dengan lambang sekolahnya, kerudung warna putih, dasi, dan sabuk.
Setelah selesai memakai baju, Fatiha turun ke bawah untuk sarapan. Sesampainya di bawah,
“Wah, Masyaallah Fatiha cantik sekali memakai seragam baru itu!” puji bunda.
“Makasih bunda.” kata Fatiha.
Fatiha dan keluarga pun sarapan nasi goreng buatan ayah, “Wah enak sekali nasi goreng ayah!” kata Syifa.
“Ayah gitu loh!” canda bunda. Setelah itu Fatiha menyiapkan peralatan sekolah untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah itu Fatiha membaca buku sebentar sambil menunggu ayah siap mengantar ke sekolah. Sebenarnya semua sudah siap dari tadi, tetapi kata ayah kami berangkat jam 06.30 saja, sedangkan sekarang masih jam 06.00. Tiga puluh menit kemudian Fatiha, Syifa, dan Kak Nisa pun berangkat ke sekolah.
Lima belas menit kemudian Fatiha dan Syifa sampai di sekolah. Kenapa kak Nisa tidak? Karena sekolah Fatiha dan Syifa berbeda dengan kak Nisa, kan kak Nisa sudah SMP sedangkan Fatiha dan Syifa masih SD.
Fatiha dan Syifa pun berpamitan dengan ayahnya.
“Ayah kami sekolah dulu, ya. Assalamualaikum.” pamit mereka.
“Waalaikumussalam.” kata ayah.
Mereka berdua pun berjalan ke dalam sekolah. Di depan pagar sekolah sudah ada ibu guru yang menyapa mereka berdua.
“Assalamualaikum, kalian pasti Fatiha dan Syifa. Benar, kan? Perkenalkan nama saya bu Elaine.”
“Waalaikumsalam, iya nama saya Fatiha dan ini adik saya Syifa.” jawab Fatiha.
“Oh iya, kalau Fatiha itu di kelas 3 ya? Sedangkan Syifa itu kelas 1 ya?” tanya bu Elaine.
“Iya bu.” jawab mereka berdua.
“Mari ibu antar.” kata bu Elaine. Pertama-tama Syifa dulu yang diantar ke ruang kelasnya di lantai satu . Setelah itu Fatiha yang diantar ke kelasnya yang berada di lantai tiga.
”Nah, ini ruangan kelasmu, Fatiha.“ kata bu Elaine.
“Terimakasih bu.” kata Fatiha
“sama sama.”
Bel pun berbunyi, “Kriiiiiiiiiiiiiiiiiing”, semua siswa pun mulai berkumpul di kelas masing-masing termasuk Fatiha dan Syifa.
Di dalam kelas, bu guru memperkenalkan Fatiha pada teman-teman. “Anak anak, hari ini kalian kedatangan teman baru. Ayo sini, Fatiha.” kata bu guru.
Fatiha pun maju ke depan kelas “Assalamualaikum, nama saya Fatiha Azzahra. Kalian bisa memanggilku Fatiha. Semoga kita semua bisa berteman dengan baik.” kata Fatiha percaya diri.
“Nah, Fatiha, kamu bisa duduk dimana ya? Oh iya, itu di sebelah Syerli dan Tifany masih kosong. Kamu duduk disitu saja, ya. Oh iya, perkenalkan nama saya bu Ellies.”
Fatiha pun menuju ke kursi sebelah Syerli. Fatiha berkata di dalam hatinya, “semoga Syerli dan Tifany bisa menjadi sahabatku, kelihatannya mereka baik.”
Meja Syerli merupakan meja panjang dengan tiga kursi, tetapi baru terisi oleh Syerli dan Tifany. Saat Fatiha menuju ke meja tersebut, ia melihat meja lain yang ada tulisannya GENG ANAK CANTIK. Meja tersebut ditempati oleh tiga anak dan mereka bertiga berbisik-bisik sambil menatap Fatiha, “Eh, liat tuh si anak baru mau duduk sama anak baru lagi.“
Syerli sebetulnya juga baru pindah ke sekolah mereka kemarin. Mereka bertiga menganggap Syerli aneh. Walaupun mereka bertiga berbisik tapi mereka bicaranya agak keras, jadi Fatiha masih bisa mendengarnya. Lalu mereka bertiga tertawa begitu saja.
Saat sampai di meja Syerli, Fatiha menyapa sambil bertanya, “Hai namaku Fatiha. Kalian juga anak baru ya?”
Lalu Tifany menjawab duluan, “Hai juga, namaku Tifany. Kalau aku bukan, tapi kalau Syerli memang baru pindah kemarin.”
Syerli pun menjawab, “Hai Fatiha, iya kalau aku baru pindah kemarin.”
Fatiha kembali bertanya, “Kalian mau jadi sahabat aku nggak?”
Syerli dan Tifany tersenyum lalu menjawab bersamaan, “Mau dong!”
“Sekarang kita mulai pelajaran matematika, buka buku paket halaman 75, anak-anak.” kata bu Ellies tiba-tiba.
Setelah melewati 2 pelajaran, yaitu matematika dan Bahasa Indonesia, bel istirahat pun berdering tanda waktu jam istirahat, “Kriiiiiiiiiing!” Fatiha diajak Syerli dan Tifany ke kantin yang berada di lantai satu.
Sesampainya di kantin, mereka bertemu lagi dengan Putri, Celicia, dan Kartika. Mereka bertiga adalah anak-anak yang duduk di meja bertuliskan GENG ANAK CANTIK.
”Eh, ada anak baru. Hai anak baru!” kata mereka dengan nada agak mengejek. Lalu mereka kembali tertawa.
“Eh nama mereka itu Fatiha dan Syerli, bukan anak baru! Walaupun Fatiha dan Syerli anak baru, tapi jangan panggil mereka anak baru dengan nada mengejek, dong!” kata Tifany agak tegas.
“Ya udah kalau gitu.” kata Kartika.
Tiffany dan ketiga anak dari geng cantik itu saling menatap dengan pandangan marah. “Jadi, mau marahan?” kata Kartika.
Tifany lalu kembali menghampiri Fatiha dan Syerli dengan masih menyimpan rasa marah di hatinya.
“Ya udah, sekarang kita marahan!” kata Kartika agak berteriak.
“Iya sekarang kita bertiga dan kalian bertiga marahan!” kata Putri.
“Hah?! Kok aku sama Fatiha ikut marahan juga sih? Kita kan nggak ngapa-ngapain, ya kan, Fat?” kata Syerli ke Fatiha yang bengong dan terkejut melihat Tifany dan geng anak cantik bertengkar seperti itu.
“Ya Allah Fat, nggak sampe kayak gitu juga kalii..” canda Syerli.
“Hahaha iya aku udah jarang ngeliat orang bertengkar kayak gitu.” jawab Fatiha.
“Hahaha ya udah, sekarang kita jajan yuk!” ajak Syerli.
“Yuk!” kata Fatiha dan Tifany yang rasa marahnya sudah berkurang. Mereka pun berpencar untuk mencari jajanan dan berkumpul lagi di dekat pintu kantin.
Setelah selesai mencari jajanan mereka berkumpul di dekat pintu kantin lalu mencari meja yang masih kosong.
“Untung saja hari ini kantin sedang sepi jadi kita bisa dapat meja yang kosong. Eh, kalian jajan apa?” tanya Tifany
“Kalau aku jajan mc and cheese, waffle, sama ice lemon tea.” jawab Fatiha.
“Kalau aku jajan batagor, cokelat, sama green tea.” kata Syerli.
“Ooh kalau aku donat mini, keripik, sama teh kotak dingin.” kata Tifany.
“Ooh, kalau gitu yuk makan!” kata Fatiha.
“Yuk!” jawab Syerli dan Tifany bersamaan.
Setelah selesai makan, Tifany mengajak bermain. “Eh, kita main kartu uno yuk!” ajak Tifany.
“Memang disini boleh bawa mainan ke sekolah ya? Kok kamu bawa kartu uno?” tanya Fatiha
“Aku nggak bawa mainan kok, kan di kelas kita ada permainan, misalnya kartu uno, ular tangga, puzzle,sama wayang wayangan.” jawab Tifany.
“Ooh gitu ya.” kata Fatiha.
“Iya ya, aku juga baru tahu.” kata Syerli.
Mereka bertiga pun pergi ke kelas. Ketika berjalan menuju kelas, Fatiha bertemu dengan Syifa.
Fatiha bertanya “dek, kamu sudah makan?”
“Sudah, kak.” jawab Syifa dengan cepat.
“Ya udah, ya kak, adek mau main dulu sama temen-temen.”
“Oke.” jawab Fatiha.
Fatiha, Syerli, dan Tifany pun kembali ke kelas mereka di lantai tiga.
Setelah Tifany mengambil kartu, mereka pun bermain bersama di dalam kelas. “Ayo hompimpa!” kata Fatiha.
“Hom-pim-pa!” kata mereka bertiga.
“Yey aku duluan.” kata Syerli.
Beberapa menit setelah mereka bermain,
“Uno!” kata Syerli ketika kartu miliknya tinggal satu.
“Yah, kalah nih.” kata Fatiha.
“Gapapa, kan aku belum tentu menang.” kata Syerli menenangkan.
“Iya Fat, aku aja kartunya masih lebih banyak dari kamu.” kata Tifany.
Akhirnya Syerli yang menang.
“Syerli, aku ingin tahu perpustakaan di sekolah ini. Tolong antar aku ke perpustakaan, ya!” kata Fatiha.
“Boleh sih, tapi dalemnya lagi renovasi loh. Jadi kamu nggak bisa baca buku.” jawab Tifany.
“Iya, aku cuma pengen liat bagian luar perpustakaan.” kata Fatiha.
“Tapi aku nganterinnya gak lama-lama ya, soalnya aku ada janji.” kata Tifany.
“Siap, bu bos!” canda Fatiha sambil hormat ke Tifany.
“Hahaha… kamu memang bisa diajak bercanda, Fat!” kata Tifany dan Syerli.
“Kalau nggak, aku saja yang menemani Fatiha.” kata Syerli.
“Boleh juga!” jawab Fatiha.
“Kalau begitu Syerli kan yang menemani Fatiha?” tanya Tifany.
“Iya, aku saja.” jawab Syerli sambil mengedipkan sebelah matanya ke Fatiha.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
makasih kak
Ceritanya bagus, aku suka. Semangat!!!!