Naghita Puteri Fashihah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

-7.Konspirasi Perceraian-

7. Konspirasi Perceraian

Ajeng sudah paham a;pa yang harus ia lakukan hari ini. Ia meminta cuti kepada Ali untuk beberapa hari kedepan. Meski tidak memberi alasan yang sebenarnya, namun Ali percaya dengan alasan yang dibuat Ajeng. hal ini disebabkan karena menjadi seorang Agen Rahasia, Ajeng benar – benar tidak bisa membeberkan apapun tentang identitasnya kepada orang lain.

Untuk berkomunikasi secara rahasia, Ajeng menggunakan alat Earpiece yang berfungsi untuk berkomunikasi dan letaknya dibelakang daun telinga. di pagi buta ini Ia tiba di sebuah kantor pengadilan pusat disana dan segera me nekan tombol di telinganya.

“Fey, aku sudah sampai.”

“Bagus. Sekarang gunakan tali cakram mu untuk memanjat ke lantai paling atas gedung itu. “ jawab Fey.

“Hah!? Aku harus memanjat ke lantai 5?! Kenapa?!”

“Dengar. Ruangan ketua nya ada di lantai paling atas dan malam ini ia lembur. Aku mendengarnya dari salah satu karyawan hukum di kantor. Jadi kamu harus tiba di atap. Dan setelahnya pikirkan apa yang harus kau lakukan.” Fey langsung menutup suaranya.

“Hei! apa yang harus kulakukan?! Hei!!” tidak habis piker, Ajeng langsung mengikuti ucapan Fey dan segera memanjat gedung itu dengan menggunakan tali yang ditembakan ke atas dan langsung mencakram pada dinding atap.

Ia langsung memanjat bagian belakang gedung itu. Dan untungnya, bagian belakang gedung sangat sepi bahkan tidak terlihat satupun orang. Sehingga Ajeng dapat dengan lancer menjalankan misinya. Ketika ia sudah hampir sampai di tingkat 5, tiba tiba saja cangkraman tali itu lepas dan ia hampir saja jatuh ke ketinggian 25+ meter itu. Namun, tangannya langsung disambut oleh Xin yang tanpa sepengetahuan Ajeng juga ada disana.

“ARKH!” teriaknya.

“Hei diamlah. Kau tidak jatuh!” jawab Xin .

“Apa yang kau lakukan disini Xin? Bukannya kamu tidak ditugaskan disni?” ucap Ajeng sambil berusaha naik .

“Tentu saja karenamu. Aku khawatir, kamu masih Agen baru dan kamu pasti akan gegabah dalam misi pertama mu. Dengar Elen, jika kamu sudah sampai di tujuan kamu tidak boleh berpegangan ke tali itu! Tapi berpeganglah ke tembok!”

“Iya iya. Gausah ngegas juga kalek. Btw, makasih ya Xin udah nyelamatin aku.”

“Iya gak papa. Jangan gegabah terus, kalau kamu celaka kamu tidak akan bisa menyelesaikan misi orang tuamu.”

“Iya. Kamu benar!”

Tiba – tiba Ajeng melihat sebuah mobil merah datang ke pengadilan di pagi buta ini. Walaupun hanya karyawan ,tentu saja ia merasa heran dengan mobil itu karena siapa yang mau pergi bekerja di jam setengah lima subuh ini. Kemudian keheranan Ajeng berubah menjadi kaget karena ia melihat Yura keluar dari mobil merah itu. Tentu saja ia langsung berpikir bahwa Yura akan menemui ketua pengadilan itu. Karena, hanya ada ketua di pengadilan itu yang lembur.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya Xin.

“Ruangan ketua berada pas di bawah lantai yang sekarang kita pijak. Gedung ini sangat canggih sehingga setiap ruangan memiliki jendela kaca yang besar.” Jelas Ajeng.

“Lalu?” Tanya Xin dengan tampang herannya.

“Hei wajahmu biasa aja kali. Kita akan menggunakan tali cakram ini. Aku akan mengikatkannya pada kamera tersembunyi yang kecil. Lalu, kita akan turun kan talinya sedikit demi sedikit hingga kamera itu dapat merekam dengan jelas dan rekamannya langsung tersambung ke hp ku.”

Nice idea!”

Ajeng langsung mengikat kamera tersembunyi dan sebuah tali cakram yang tipis namun kuat. Xin sedikit demi sedikit menurunkan tali tersebut sedangkan Ajeng mengecek rekaman melalui ponsel pintarnya.

“Berhenti disana. Ini sudah pas!” pinta Ajeng. Xin langsung menahan tali itu dan melihat ke ponsel pintar Ajeng yang tertera jelas rekamannya sekarang.

Disana terlihat Yura yang baru masuk ke ruangan ketua pengadilan itu. Ia memperlihatkan sebuah surat kepada ketua itu.

“Hei Adi! Apa maksudnya ini?! Kau bilang kau tidak mencetak surat apapun tentang kejadian 8 tahun lalu. Tapi kenapa suruhanku menemukan ini di gudangmu hah?! Apakah bayaranku tidak cukup bagimu?!” bentak Yura.

“Tenanglah Ibu Yura. Surat itu adalah satu – satunya yang saya cetak untuk memalsukan identitasmu. Jika surat itu tidak ada, aku tidak akan bisa memalsukan bahwa kau sebenarnya mempunyai suami sebelum Reno dan belum diceraikan. Tenang saja, surat itu tidak akan bisa tersebar jika bukan karena kehendakku.”

“Baiklah kalau begitu. Waktuku hanya sedikit sebelum orang melihat kita. Aku pergi dulu, terimakasih.”

“Baiklah aku akan mengantarmu ke bawah.” Adi dan Yura pergi ke bawah dan membuat ruangan itu kosong.

“Ajeng ini kesempatan emas! Kita harus mengendap ke ruangan itu leeway jendela ini dan memindahkan file itu ke ponselmu!” ajak Xin.

“Hei apa kau gila? Bagaimana jika ketahuan?!” jawab Ajeng cemas.

“Sudahlah kita tidak punya banyak waktu! Ini adalah kesempatanmu untuk memenjarakan wanita itu!”

Xin dan Ajeng segera masuk ke jendela itu menggunakan tali dan langsung membuaka ponsel Adi. Ia langsun gmembuka pesan dari Yura dan mengirim file surat itu kepada ponsel Ajeng.

“Yatuhan. Apakah harus selama ini prosespemindahannya?!” keluh Ajeng kesal.

“Sabarlah,sedikit lagi selesai!” jawab Xin.

Di sudah menaiki lift dan tiba di lantai 5. Sedangkan Ajeng dan Xin masih sibuk dengan proses pemindahan file itu. Adi sudah sampai di depan pintu ruangannya dan hendak menggeser gagang pintu, tiba - tiba ia dikejutkan.

“Pagi Pak.” Ucap seorang Cleaning Service di pengadilan itu.

‘Eh iya Pagi. Apa yang kamu lakukan pagi – pagi disini? Saya belum pernah melihat kamu sebelumnya.” Tanya Adi heran.

“Oh, pekerjaan saya kemarin ada yang belum selesai pak. Anu, saya pegawai baru disini Pak. Perkenalkan nama saya Adrian Ikrar Pak.”

“Oh, begitu ya. Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu.”

Ya. Tentu saja itu pegawai itu adalah Ben. Ia datang kesini karena disuruh El. Setelah rekaman CCTV pengadilan yang berhasil dibobol Xin, ia berfirasat bahwa keadaan disana tidak akan aman jika Ben tidak datang kesana.

Ketika Adi masuk ke dalam ruangannya, tidak terjadi apa – apa. Ruangan itu terlihat seperti awalnya dan tidak ada perubahan apapun. Tentu saja Ajeng dan Xin akan berhasil melakukan itu dan juga batas bantuan Ben walaupun mereka tidak mengetahuinya.

Ajeng dan Xin kemudian pergi dari atap itu dan segera turun menggunakan tali cakram ke bawah. Disana mereka langsung menemuykan Ben dengan mobil hitam sportnya.

“Cepat naik!” tukasnya.

Mereka berdua langsung naik ke dalam mobil Ben dan segera menuju ke markas yang akan memakan waktu sekitar setengah jam.

“Apa yang kalian dapatkan disana?” Tanya Ben.

“Kami mendapatkan surat yang sangat penting. Aku akan membacakannya.” Ucap Ajeng.

“Di surat ini tertulis bahwa ketika Yura menikah dengan Papaku, dia belum menceraikan seuami lamanya. Dan kebenaran ini ditutup oleh ketua pengadilan karena ia telah menerima uang suap dari Yura dan suaminya.” Jelas Ajeng.

“Astagaa.apakah Yura udah punya anak dengan Papamu?” Tanya Xin.

“Udah. Namanya Lina. Dia juga ketua di perusahaan Garuda.”

“Hah? Di usia mudanya dia udah jadi ketua disana?! Masak?!” tukas Ben kaget.

“Aku serius, untuk apa aku berbohong. Di surat wasiat Papaku, aku dan Mama bahkan tidak mendapatkan sepeser pun harta dan kekuasaannya. Semuanya dijatuhkan pada Yura dan anaknya.” Ucap Ajeng ketus.

“Apakah kamu punya foto mereka skeluarga?” Tanya Ben.

Ajeng langsung menunjukan foto keluarga Yura yang ada di ponselnya kepada Ben.

“Sebentar. Aku adalah seorang ahli analisis. Dan menurutku, Lina tidak memiliki kemiripan apapun dengan Papamu. Liat saja dari hidung, mata mulut dan postur wajahnya itu jauh berbeda dengan Papamu.” Jelas Ben.

“Ben benar! Bahkan aku yang bukan ahli analisis melihat perbedaan yang jelas dari Lina dan Papamu. Aku curiga, apakah dia adalah anak dari suami lama Yura?” tambah Xin.

“Aku tidak terlalu tahu – menahu tentang itu. Yang aku dengar, setelah kematian Papa ku, Yura rujuk kembali dengan suaminya. Namun pasti berita itu tidak benar karena Yura memang tidak menceraikan suaminya.”

“Aku yakin ada sebuah konspirasi jahat dibalik ini.” Ucap Ben curiga.

“Kalau begitu, kita harus mengecek DNA-nya.” Ucap Xin.

“Tapi bagaimana?” Tanya Ajeng.

“Mari lakukan suatu aksi yang anti mainstream.” Ucap Xin sambil tersenyum jahat.

Keesokan harinya, mereka bekerja di Perusahaan Garuda sebagai pegawai baru. Ajeng sebagai pembuat kopi dan makanan, sedangkan Xin dan Ben bekerja sebagai Cleaning Service disana. El bertugas berjaga – jga dengan melihat monitor CCTV yang sudah dibobol Xin dengan sangat sulit. Selama menjalankan misi, El hanya duduk di dalam sebuah ruang mobil pengangkut barang yang sebenarnya milik USS.

Ajeng, Xin dan Ben mulai bekerja di Perusahaan Garuda dan penampilan mereka benar – benar berbeda dengan ketika mereka menjadi Agen.

“Ingat rencana kita! Lakukan dengan baik!” ucap Ajeng.

“Baik!” jawab Xin dan Ben

Mereka langsung memasuki Perusahaan Garuda dan menuju ke tempat bekerja masing – masing. Sebelum melancarkan misi, mereka melakukan pekerjaan masing – masing agar tidak ada yang mencurigai. Di sana memang memiliki sangat banyak pegawai pembuat makanan dan cleaning service. Bahkan jika dijumlahkan bisa mencapai 250 orang. Jadi, walaupun Ajeng , Xin dan ben tidak bekerja, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh kepada perusahaan.

“Hei kamu, tolong antarkan kopi ke ruangan Bos Yur ya?” ucap seorang pria yang merupakan pegawai disana.

“Oh baik, pak.” Jawab Ajeng dan segera membuat kopi. Walaupun ia tidak terbiasa membuat kopi, namun kopi adalah sesuatu yang sangat mudah dibuat.

Setelah selesai membuat kopi, Ajeng langsung menuju ruangan Yura ymenggunakan lift kantor. Ia merasa sangat deg – deg kan jika Yura mengetahui dirinya. Namun ia tidak punya pilihan lain selain melakukannya.

Ajeng memasuki ruangan Yura. Ia melihat Yura yang sedang asik dengan ponselnya dan tertawa – tawa sendiri.

“Dasar sampah! Mengapa dia tidak bekerja sesibuk ayahku? Dasar wanita sampah!” ketus Ajeng dalam hartinya namun ia harus tetap bersikap ramah pada Yura.

“Ini kopinya buk, silahkan diminum bu…” ucap Ajeng sopan.

“Ya, letakan disana. Kau boleh keluar sekarang.” Jawab Yura tanpa melihat ke arah Ajeng.

“Dasar tidak tahu diri! Jangankan berterimakasih, ia bahkan tidak melihat ke arahku!” keluh Ajeng sekali lagi dalam hatinya.

Sekarang sudah pukul 10:00, El memberikan aba – aba kepada Ajeng bahwa Lina keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ke kantin menggunakan Earpiece-nya. Kemudian Ajeng melanjutkan dengan memberi aba – aba kepada Xin dan Ben.

“Mulai misi! Lina sudah keluar dari ruangannya.” Ucap Ajeng secara diam – diam.

Xin dan Ben langsung berjalan menuju posisi Lina sekarang begitu juga dengan Ajeng.

Ajeng berpura – pura membawa sebuah kopi dan tersandung sehingga kopi itu tumpah ke baju Lina.

“Awhh!” teriak Lina.

“Yaampun maafkan aku Bu, aku sungguh tidak bermaksud.” Tutur Ajeng dengan sopan.

“Astaga!! Dasar pelayan tidak berguna! Huh dasar sampah!” tukas Lina sambil berusaha mengeringkan bajunya.

Lalu, muncul Xin yang berpura – pura bahwa ia sedang tergegas dan langsung menyenggol Lina hingga terdorong. Disaat itu juga, ia tidak menyia – nyiakan kesempatannya. Xin langsung mencabut sehelai rambut Lina dan mengedipkan sebelah matanya kepada Ajeng.

“Maaf bu, saya terburu – buru mau ke wc bu. Maaf bu, saya harus pergi sekarang.” Ucap Xin dengan tampang meyakinkannya.

Kemudian ia segera berlari dan memberikan sehelai rambut itu ke tangan Ben. Kemudian, Ben secara diam – diam memasukkan sehelai rambut itu kedalam sebuah plastic steril dan langsung pergi dari sana mendorong seperangkat alat kebersihan. Ia berjalan seolah – olah tidak terlibat dan berlaku biasa – biasa saja.

Ketika jam kerja mereka selesai, Ajeng,Xin dan Ben langsung menuju ke mobil sport milik Ben.

“Rambutnya sudah kamu bawa kan Ben?” Tanya Ajeng.

“Sudah.” Jawab Ben dan langsung merogo – rogo sakunya.

Namun, ketika ia merogoh semua saku di baju dan celananya, ia tidak mendapatkan plastic itu.

“Elen, tidak ada di sakuku! Jaketku ketinggalan di wc!” ucap Ben kaget.

“Astagaaa Been!! Kam ugimana siih!?” keluh Xin.

“Kayaknya ketinggalan di WC deh. Coba aku cek dulu.”

Kemudian Ben langsung berlari menuju WC yang sepi. Ketika ia hampir sampai, tiba – tiba saja Lina menghentikan langkahnya.

“Mau apa kamu disini? Ini kan bukan jam kerja lagi.” tanyanya.

“Eh, anu bu. Saya mau pergi ke WC hehe.” Jawab Ben.

“Huh Dasar! Yaudah pergi sana!”

Ben langsung pergi ke Wc dengan tampang masamnya karena Lina. Dan akhirnya ia berhasil menemukan jaket hitamnya tergantung di pintu WC.

“Huh syukurlah plastic ini masih didalam.” Ucap Ben sambil memeluk jaket hitamnya itu.

Ben langsung berlari ke mobilnya dan segera mengendarai mobil menuju ke rumah sakit Harapan di jalan Pahlawan. Di belakang, El mengikuti mobil Ben dengan mengendarai mobil Pick Up tadi.

Mereka berempat memasuki Rumah Sakit dan langsung menuju ke ruang Tes DNA.

Ajeng langsung memberikan sehelai rambut Lina ke dokter dan sehelai rambutnya. Setelah menunggu beberapa menit, dokter langsung memanggil Ajeng.

“Disini terdeteksi kalau kedua rambut ini memiliki ayah yang sama.” Ucap dokter itu.

“Hah?! Benarkah?! Apa aku bisa melihat monitornya?” Tanya Ajeng curiga.

“Ehm, Eh itu. Anda tidak diperbolehkan melihat monitornya.” Jawab dokter itu ragu – ragu.

“Hah?! Kenapa tidak?!”

“Aku mau pulang! Pergi lah sekarang!” ucap dokter itu.

Ajeng langsung berjalan menuju ke tempat teman – temannya berada dengan wajah kesal.

“Bagaimana hasilnya Elenna?” Tanya El.

“Dokter itu bilang. Rambut ini memiliki ayah yang sama. Tapi aku tidak percaya. Karena, aku tidak diperbolehkan melihat monitornya.” Jelas Ajeng kesal. “Lalu apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Tanya Ben.

“Ketika aku pergi tadi, dia langsung membuka teleponnya dan akan menelepon seseorang. Dan benar saja dugaanku! Setelah aku menguping, dokter itu menelepon Yura.. kita harus menunggu beberapa saat, sekarang baru jam 4 sore.”

“Baiklah, tapi keberadaan kita jangan sampai ketahuan oleh Yura.” Tambah Xin.

Beberapa menit kemudian, Yura datang ke rumah sakit. Ketika ia menuju ke ruang Tes DNA, Ajeng,Xin,Ben dan El langsung bersembunyi ke lorong lain rumah sakit. Ketika Yura sudah masuk ke ruangan, El langsung dengan cekatan meletakan kamera perekam kecil di jendelan ruangan dengan diam – diam dan menghubungkan servernya ke ponsel. Di rekaman itu terdengar jelas percakapan Yura dan dokter itu.

“Kira, pakah kamu serius itu rambut Lina?” Tanya Yura.

“Iya Yura. Tadi pas aku ngecek, awalnya aku nggak tahu dan semuanya hampir kebongkar. Tapi, ada infonya kalau salah satu rambut udah pernah di cek Yur. Dan ternyata itu adalah rambutnya anakmu Lina.” Jawab Kira sang dokter.

“Astaga. Ambil ini, dan sembunyikan rahasia kalau Lina bukan anakReno dengan sangat teliti! Aku tidak amu terjadi kecelakaan seperti ini lagi!” TUTUR Yura dan menyodorkan sebuah amplop yang tebal kepada Kira.

“Dasar brengseek!!” ucap Ajeng keras.

“Hei diamlah Elenna! Kita bisa ketahuan karenamu!” tukas El.

“Ini tidak bisa dibiarkan! Kita harus membuat dokter itu membuka segalanya kepada kita!” ucap Ben.

“Ya! Kamu benar! Elenna, sekarang kamu kembali lagi ke ruangan itu setelah Yura pergi. Dan tunjukan rekaman ini kepada si dokter.”

Ajeng langsung bdengan emosi ke ruangan Ted DNA. Kemudian ia langsung melabrak Kira dengan mengancam akan melaporkan ke polisi.

“Hei! Dari awal aku sudah curiga padamu! Dasar sampah!” tukas Ajeng.

“Maksud kamu apa mengatakan aku seperti itu hah!?” jawab dokter itu.

“HHAHA! Jangan sok lugu kau ya! Selama bertahun – tahun kamu sudah menjadi pendosa dengan menyembunyikan kebenaran bahwa Lina adalah anak Reno. Iya kan!?”

“Ih maksud kamu apaan sih. Aku gak pernah ya ngelakuin hal kayak gitu! “

Kemudian Ajeng menunjukan rekaman percakapan Kira dengabn Yura. Kira langsung pucat dan merasa takut.

“Hei, aku bisa saja melaporkanmu dan Yura pada polisi. Namun, karena Yura memiliki banyak uang, ia tidak akan bisa dipenjara. Sedangkan kamu? Kamu hanya semut kecil yang bukan apa – apa. Murah saja memasukkanmu kedalam penjara.”

“Hei ka-kamu si-siapa ha?” Tanya bKira terputus – putus.

“Aku? Aku adalah anak kandungnya Reno! Dasar sampah! Aku akan melaporkanmu pada Polisi!”

“Hei aku mohon jangan laporkan aku pada polisi! Aku mohon padamu! Aku akan membayarmu aku janjiQ!” “Aku tidak membutuhkan uang kotormu. Satu hal yang kuminta, aku tidak ingin Yura mengetahui apa yang terhjadi diantara kita. Jika sampai dia tahu, aku akan langsung memasukkan mu ke penjara!”

“Baiklah, aku janji! Aku tidak akan memberitahu apa – apa kepada Yura.”

Ajeng kemudian meninggalkan Kira di ruangan itu. Ia bersama teman – temannya langsung keluar dari rumah sakit itu dan pergi makan di sebuah restoran tradisional disana. Mereka sengaja memilih restoran tradisional, karena tempatnya yang sepi pengunjung.

“Dengar, misi pertama kita sudah selesai! Besok akan kita lanjutkan dengan mengupas tuntan konspirasi korupsi disana!” ucap El.

“Ya, kau benar. Tapi sekarang aku lapar karena terlalu emosi. Jangan bahas itu dulu.” Ucap Ajeng.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut kak

22 Jul
Balas

Astaga terharu banget ada pembaca setia, maaf ya T-T

29 Mar



search

New Post