-6.Become A Secret Agents
6.Become A secret Agent
Ajeng akan melawan seorang gadis yang seumuran dengannya. Ia bernama Karina Angelina, dari Perguruan Silat yang sangat terkenal dan yang paling kuat. Hal itu sempat membuat Ajeng merasa minder dan was – was untuk melawannya.
Ajeng mendapatkan kamar yang sama dengan Karina. Walaupun berbeda perguruan, mereka mendapatkan kamar yang sama. Ajeng sudah berkenalan dengan kawannya yang kelak akan menjadi musuhnya itu. Karina adalah seorang gadis cantik yang baik dan ramah. Ia dengan cepat dapat mencocokan dirinya dengan Ajeng. mereka berdua terlibat dalam sebuah obrolan yang sangat menyenangkan.
Sang mentari muncul di langit dan memancarkan sinarnya ke ventilasi kamar hotel. Ajeng yang sudah mandi dari subuh, sudah siap dengan segala perangkat silatnya. Ia dan Ali segera menuju ke tempat pertandingan.
Setelah beberapa saat acara pembukaan, tibalah saatnya bagi Ajenguntuk melawan musuhnya. Ia dan Karina maju ke tengah dengan posisi saling berhadapan. Karina memberikan sebuah anggukan kepada Ajeng yang mengatakan “Ayo!Lakukanlah!” namun secara isyarat.
Mereka berdua memulai pertarungan dengan sangat baik. Tapi entah kenapa Ajeng sedikit ragu – ragu untuk menyerang. Ia seperti menyembunyikan sesuatu yang aneh diantara dirinya dan Karina. Bukan karena rasa minder terhadap musuhnya, namun Ajeng merasa ada yang aneh disana. Namun itu semua di sangkal oleh Karina dengan memberikan sebuah anggukan yang lebih tegas lagi dari yang awal.
Ajeng langsung menyerang Karina dan dibalas dengan serangan dari musuhnya itu. Pertarungan terjadi sangat sengit karena seorang pendekar melawan pendekar dari wilayah lain. Tentu saja kemampuan mereka sangat hebat namun sedikit berbeda dengan latihan di perguruannya.
“BRAKK!!”
Karina terjatuh ke lantai dan mendapati darah di wajahnya. Kali ini Ajeng tidak terlalu bahagia melihat musuhnya kalah. Melihat itu, Karina langsung tersenyum manis kea rah Ajeng.
Ajeng resmi diumumkan sebagai juara 1 silat tingkat nasional. Ali merasa sangat bangga dengan keponakannya ini. Bahkan Ajeng sampai menangis terharu dengan prestasinya itu. Setelah menerima hadiahnya, Ajeng duduk sendiri di kursi depan gedung.
Ia melamun memikirkan perkataan Karina kepadanya semalam.
“Ajeng, besok di pertandingan kita akan saling menyerang. Aku memang sudah sering mengikuti lomba silat, bahkan keluar negeri. Namun, aku merasa tidak senang dengan perguruanku. Mereka hanya memanfaatkanku, seakan – akan aku hanya menjadi figura disana. Bahkan mereka melatih semua murid dengan kekerasan dan paksaan. Aku tidak ingin menang dalam kompetisi besok. Jika aku kalah, aku akan keluar dari perguruanku dengan mudah. Bahkan mereka akan merasa tidak membutuhkanku karena ketamakan mereka. Jadi aku ingin mengartakan ini padamu. Aku tidak ingin menang, jadi lakukan pertandinganmu dengan sangat baik!”
Tiba – tiba saja Karina langsung duduk disebelah Ajeng dan mengejutkannya.
“Selamat ya Ajeng!” ucapnya sambil tersenyum gembira.
“Eh i-iya.” Ucap Ajeng ragu – ragu dengan raut wajah seperti merasa tidak enak.
“Aku tau. Kamu ga usah mikirin apa yang aku bilang tadi malam. Karena tanpa aku bilang semua itu, kamu emang udah ditakdirkan buat jadi pemenang,Jeng. Kamu adalah pendekar yang sebenarnya. Kamu dilahirkan untruk menjadi seorang pemenang! Ingat itu! Ini memanglah bukan jalanku. Aku sudah memiliki jalan lain, hanya saja aku perlu cara untu melaju ke jalanku. Dan ini adalah caraku.”
“Karina. Aku benar – benar berterimakasih sama kamu. Kamu memiliki hati yang suci.” Ajeng menangis dan langsung memeluk Karina.
Setelah bertukar nomor telepon bersama Karina, Ajeng dan Ali langsung kembali ke Bandara untuk pulang ke rumah.
Ajeng sudah menjadi seorang pendekar sekarang. Namun, ia benar – benar tidak ingin sombong karena ia yakin semua ini adalah pemberian tuhan yang maha kuasa kepadanya. Ia merasa masih banyak ilmu yang harus dituntut. Semua ini bukanlah akhir dari segalanya. Melainkan awal dari segalanya.
Ajeng sudah sampai di Sumbar bersama pamannya. Ia segera pulang ke rumah dengan menaiki travel. Walaupun betapa bahagianya Ajeng, setibanya ditrumah Mood nya langsung turun ketika bertemu dengan Ally dan Mulyo. Ajeng tidak duduk bersama Ally, ia langsung menuju kamarnya dengan alasan lelah.
Keesokan harinya Ajeng kembali latihan silat dan mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman – temannya. Ajeng tentu saja merasa sangat bahagisa dengan semua itu. Hari ini Ajeng pulang lebih lambat karena ia harus melatih silat untuk tingkat dibawahnya.
Hari in isudah menunjukan pukul 10 malam. Ajeng berjalan sendiri dimalam hari.setiap hari Ajeng memang sudah terbiasa pulang malam, jadi ia tidak begitu takut. Namun, mala mini terasa berbeda dari biasanya. Ia merasa diikuti oleh seorang pria dari belakang. Ajeng sudah merasa gelisah.
Ia menambah kecepatan berjalannya dari awal. Ajeng memasuki gang yang yang rumit dan berbeda dari jalur biasanya agar si penguntit itu tidak bisa menemukannya. Ajeng bersembunyi di sebuah tembok gang dan benar saja, si penguntit itu merasa kebingungan mencari Ajeng. Dan disaat itu Ajeng langsung memanfaatkan kesempatannya. Ia langsung menyerang pria itu demi merasa aman.
“Hei tunggu! AKKH! Heii!!” ucap Pria itu berusaha memberhentikan Ajeng.
Namun karena merasa takut dan tidak aman, Ajeng langsung berlari dengan kencang ke rumahnya. Nafasnya tersengal – sengan karena saking kencangnya ia berlari. Setibanya di rumah, ia langsung mengambil air dan meminumnya. Ajeng merasa mala mini benar – benar malam yang paling mengancam baginya. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya jika ia berhasil tertangkap oleh pria itu. Namun karena merasa sangat lelah, Ajeng langsung merebahkan tubuhnya dikasur dan dalam sekejap ia langsung terlelap.
‘Trriiing..Triiing..Triiing…”
Alarm berbunyi di pagi buta ini. Sebelum bersiap sekolah, Ajeng jogging beberapa putaran di sekitar rumahnya. Setelah itu barulah ia mandi dan bersiap – siap ke sekolah.
Hari ini di sekolah seperti biasanya, Ajeng menjalani tugas dengan baik. Bahkan satu sekolah sudah mengetahui prestasi Ajeng kemarin dan mereka mengumumkan prestasi Gadis Jelita itu.
Waktu pulang tiba. Namun,Sandra masih saja menjauhi Ajeng seakan – akan ia melupakan kenangan mereka yang indah. Ajeng masih memaklumi sahabtnya itu.
“Eh Ajeng maaf banget ya. Aku harus latihan music dulu sama yang lain. Kamu gak papa kan pulang sendiri?” Tanya Bastian dengan cemas.
“Ah nggak papa kok Bas. Santai aja , hehe. Yaudah aku pulang duluan ya.”
Ketika ia menuju jalan pulang, tiba tiba saja sebuah mobil hitam berhenti. Seorang pria keluar dari mobil yang tidak lain adalah pria yang tadi malam menguntit Ajeng. ia lengsung menyekap Ajeng dan memaksanya masuk kedala mmobil tersebut. Ajeng sudah berusaha melawan, namun tangannya diikat dengan menggunakan tali yang erat. Serta matanya ditutup menggunakan kain hitam. Ajeng sudah berteriak sekeras mungkin, namun mobil itu terlalu tertutup sehingga suara Ajeng tidak akan terdenga keluar.
Mobil tersebut berhenti disebuah sungai dekat hutan. Mereka menuntun Ajeng kesebuah pintu tersembunyi dan membuka ikatan dan penutup mata Ajeng. walaupun tersembunyi, namun itu adalah tempat tercanggih yang pernah Ajeng lihat. Pria itu menarik Ajeng ke sebuah ruangan yang penuh dengan layar monitor canggih.
“Hey! Apa – apaan!!” Ajeng menggerutu dan melepaslan tangannya dari pria itu. Dihadapannya terdapat seseorang yang duduk di sebuah kursi putar dan membelakang kea rah Ajeng.
“Fey, dia sudah kami bawa.” Ucap Pria itu.
Wanita di kursi itu langsung berputar kearah Ajeng dan langsung menyapanya. Betapa terkejutnya Ajeng ketika melihat wanita itu adalah,
“Tante Icha!!?” Ajeng terkejut melihat orang dibalik ini.
“Hai Ajeng , tenang saja. Tante gak bakal nyakitin kamu kok. Perkenalkan nama Tnte disini adalah Feylichia kamu boleh memanggilku dengan Fey.”
“Hah?! Kenapa harus beda?”
“Selamat datang! Ini adalah markas utama Agen Rahasia, USS. Union of State Spies.”
“Hah, kok namanya mirip sama-“
“iya namanya emang mirip sama tooko barang antik Antiquss. Itu adalah toko sekaligus tempat persembunyian benda – benda canggih yang diincar banyak orang namun itu semua punya kita. Dan kami mau merekrut kamu sebagai agen rahasia,Ajeng.”
“Hah?! Kalau emang gitu, apa harus ngesekap aku buat dibawa kesini?” Ajeng memberikan tatapan tajam kearah pria di belakangnya.
“El?!” ucap Fey dengan nada menekan.
“Eh Hehe, maaf. Soalnya kemarin malam saya digebukin, makanya saya sekap.” Jawab pria itu yang bernama El dengan malu.
“Maaf tante, aku nggak berminat sama sekali buat gabung sama kalian. Aku pergi!” ketika Ajeng hendak melangkah, ia langsung terhenti mendengar ucapan Fey.
“Kamu bahkan tidak bertanya alasan kenapa kami mau merekrut gadis keras sepertimu?” Ajeng langsung berhenti dari langkahnya.
“Karena misi kita berkaitan dengan perceraian kedua orang tuamu!” tambah Fey dengan tegas.
“Hah?!” mendengar hal itu Ajeng langsung setuju bergabung dengan komunitas USS itu.
Ajeng langsung duduk di ruang Tnte Icha yang mulai sekarang ia panggil dengan nama Fey. Disana sudah ada Ajeng, El, Xin dan Ben.
Fey memperkenalkan satu – satu dari mereka semua. Mulai dari El dengan nama asli Rafael Edwin yang merupakan Agen utama di USS dan ahli dalam bidang informasi. Kemudian, Xin dengan nama asli Allesi yang ahli dalam bidang peretasan situs. Dan yang terakhir ada Ben dengan nama aslinya Adrian Brandon yang ahli dalam bidang analisis. Sedangkan Fey, adalah ketua utama USS.
“Semuanya, ini adalah Ajeng Selenna Indira pendekar silat. Ajeng, mulai sekarang dalam USS kamu dipanggil dengan nama Agen Elenna. Ajeng bertanggung jawab dalam bidang penyamaran dan aksi. Sekaligus menggantikan posisi Kiyoko.”
El, Xin dan Ben menerima Ajeng dengan baik. Mereka tahu bahwa Ajeng sangat pantas dalam bidang itu karena ia adalah seorang gadis pendekar silat. Tentu saja ia sangat ahli dalam pertarungan.
“Jadi misi apa yang bersangkutan dengan perceraian orang tuaku?” Tanya Ajeng.
Fey segera menghidupkan sebuah monitor otomatis di tengah – tengah meja mereka rapat. Ia menampilkan sebuah foto sepasang suami istri yang tidak lain adalah Yura. Namun disana sang suamin bukanlah Reno, melainkan Pria asing yang tidak pernah dilihat Ajeng sebelumnya. Difoto itu terlihat jelas bahwa mereka memegang dua buah buku nikah dan memakai cincin di jari manis. Ajeng langsung terkejut melihat foto itu karena ia tidak pernah tahu sebelumnya.
“Ya. Perempuan itu adalah Yura, namun sang pria bukanlah Reno. Setelah di analisis dan digali informasinya, kami tidak menemukan satupun kasus perceraian atas nama Yura.” Jelas Fey. Ia kemudian menunjukan data kasus – kasus perceraian di sekitar daerahnya.
“Hah?! Itu artinya..” Ajeng menerka – nerka apa yang terjadi. Ia tidak menyangka betapa licik nya Yura.
“Ya! Dia menikah denganPapamu namun ia masih mempunyai suami yang sah. Dan yang parahnya lagi, pengadilan dan KUA tidak mempersalahkan apapun dengan pernikahan mereka. Bisa dibilang ia menyogok para petinggi. Suaminya adalah seorang direktur perusahaan juga seperti Reno namun berbeda perusahaan.”
“Jadi, jika hanya mengurus masalah keluargaku, kenapa harus melibatkan USS?” Ajeng menatap satu – persatu orang diruangan itu. Terakhir ia menatap Fey dengan tatapan menerka – nerka. Tentu saja ia merasa agak aneh karena jika hanya mengurus masalah keluarganya, kenapa harus melibatkan USS?
“Hei, gadis garang! Masalahnya, setelah kematian Reno semua hak kuasa perusahaan dijatuhkan kepada Yura. Dan semenjak itu, telah terjadi banyak penurunan penurunan gaji meskipun keuntungabn peusahaan besar.” Tukas El.
“Panggil aku gadis garang lagi, lenganmu patah!” ucap Ajeng sebal. El langsung terdiam dan pura – pura tidak tahu apa – apa.
“Sudahlah jangan berdebat terus,” tegur Xin.
“Namun, kita masih belum mengetahui siapa saja yang terlibat dalam kasus ini dan kemana semua dana itu pergi.”
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” Tanya Ajeng yang mulai tertarik untuk membrantas semua kejahatan itu.
“Pertama, kita harus mencari tahu dulu kepada siapa dia berlindung yaitu orang – orang yang ia suap. Buat mereka mengungkap segalanya hingga tuntas. Jika misi pertama selesai, baru kita lanjut ke tahap dua. Ajeng akan menyamar sebagai pembuat kopi di perusahaan dan Xin akan menyamar sebagai pegawai baru di bidang Perencanaan dan Strategi perusahaan. Sedangkan aku, El dan Ben akan mengawasi semua sisi perusahaan mnggunakan kamera yang aka nada di kontak mata kalian nanti.”
“OMG That’s so Wow! So when can we start the mission?” ucap Ajeng semangat karena takjub dengan aksi yang akan ia lakukan. Ia bahkan memajukan badannya kedepan.
“Tapi, sebelum itu.. hmhm” Xin tertawa kecil melihat kea rah Ajeng. Seakan – akan sudah tersusun dikepalanya apa yang akan ia lakukan kepada Ajeng.
“Eh? Aku jadi cringe.”
Xin membawa Ajeng ke sebuah ruangan yang diikuti oleh El dan Ben. Ruangan tersebut adalah gudang peralatan Agen Rahasia beserta senjata dan pakaiannya.
“Aku tau pakaian yang tepat untuk gadis cantik sepertimu. Karena kamu memakai hijab, aku akan mencarikan yang tertutup untukmu.” Ucap Xin dan menarik Ajeng ke sebuah ruang ganti dan pergi sebentar untuk mengambil pakaian.
Setelah beberapa menit, Xin kembali lagi dengan membawa 3 buah Pakaian yang keren dan tertutup. Ia kemudian membiarkan Ajeng sendiri di dalam ruang ganti untuk mengenakan baju Agen.
“Hei gadis putih, yang satu ini terlalu sempit.” Keluh Ajeng drai dalam .
“Coba yang lainnya aja!” jawab Xin.
Setelah 2 kali merasa tidak cocok, akhirnya di pakaian yang terkahir Ajeng merasa sangat cocok.
Bajunya seperti sebuah rompi di atas lutut dan dilengkapi dengan baju hitam pendek di dalam rompi itu. Serta bawahannya adalah sebuah celana yang dilengkapi tempat sangkutan untuk sebuah tas perlengkapan dan senjata.
“This is my style!” ucap Ajeng dengan semangat di depan cemin. Kemudian ia keluar dan menunjukannya kepada Xin.
“Wow!! That’s so great girls! Oh iya, baju ini punya tas masing – masing. Bentar biar aku tolong.” Xin kemudian menyodorkan sebuah tas hitam kepada Ajeng.
“Wow, Elen! That's cool clothes with you.” Ucap El yang manyusul Ajeng dengan Ben.
“Hei Fakboy! Jika kau berniat mengembatnya sebaiknya jangan!” tukas Xin ketus.
“AHAHAHA! That’s right!” tambah Ben sambil tertawa.
“Haha, sudahlah. Apa gunanya ini?” Tanya Ajeng menunjuk ke sebuah tombol pada tas kecil yang disangkutkan pada kaki itu.
“Oh, tombol hijau gunanya agar baju mu bisa tertukar secara otomatis. Tombol merah pada kerah bajumu gunanya agar di kontak matamu akan langsung dapat menganalisis sesuatu sampai ke akar – akarnya. Dan yang paling penting adlah pistol. Kamu harus selalu membawa itu kemana – mana.” Jelas Ben panjang lebar.
“Oh, okey I see!”jawab Ajeng sambil mencoba menganalisis teman – temannya itu.
Ketika Ajeng menghadapkan matanya je Xin, disa tertera bahwa Xin perna dipenjara.
“Hah?! Dipenjara?” Tanya Ajeng kaget.
“Hehe, tidak. Itu hanya penjara beberapa hari disini saja. Ya , bisa dibilang itu sebuah hukuman.” Jawab Xin malu.
“Saking gabutnya dan saking ahlinya, dia bahkan sempat membobol Bank. Karena ceroboh, iahampir saja terdeteksi dan hampir membahayakan USS. HAHAHAH!” jelas Ben jahil. Mereka semua tertawa mendengar alasan Xin bisa dipenjara.
Hari aksi pun tiba.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wow, jadi tambah penasaran dengan lanjutan ceritanya kak. Lanjutin ya