-3.I'am A Bad Girl
-3.Im A Bad Girl-
Ally masih duduk menangisi semua yang terjadi di depan ruangan Ajeng. Sedangkan Reno dan Yura berdiri diam di sana.
“Mendingan kalian pergi aja sekarang! Aku gak tahan liat dua setan ini disini. Pergi!” tukas Ally emosi.
“Tapi Ajeng juga anak aku! Kamu gak berhak mengusirku dari sini!” jawab Reno.
“Hah! Kamu masih nganggap dia anak kamu? Sedangkan kamu udah sebrengsek ini buat Ajeng harus jadi korbannya? Dimana otak mu Reno?! Sekarang kamu sama si pelakor ini enyah dari hadapanku! Kalian benar – benar hina!! PERGI!!!”
“Bapak dan Ibu , tolong jangan membuat keributan disini. Ada banyak pasien , harap tenang disini.” Tegur seorang dokter yang kebetulan berjalan di sekitar mereka.
“Yaudah mas , yuk kita pergi aja Mas. Gak ada gunanya kamu mantengin diri disini kalau cuman sia – sia aja. Mending kita balik aja kerumha ku.” Yura menarik Reno pergi dari sana.
Reno meninggalkan Ally dan Ajeng dengan tampang masam dan sedikit prihatin. Namun , ia menuruti Yura dan langsung pulang ke rumah Yura.
~0~
Tiit..Tiit…Tiit…
Ajeng tidak mendengar apa – apa selain suara dari Peralatan Monitoring yang berada di sebelah kasurnya. Ajeng berusaha membuka matanya dan memanggil Ally.
“Mamaa… Mah… Maah..” Suaranya terdengar serak kurang jelas, namun ia memegang tangan Ally yang sedang tertidur di sampingnya.
“Dokteer, Dokteer!” teriak Ally setelah menyaksikan putrinya siuman.
Setelah beberapa saat , akhirnya dokter dan suster tiba di ruang inap Ajeng.
“Kondisi Ananda sudah membaik bu, Ajeng hanya terkena sedikit shock. Dan saat ini ia sedang mengalami trauma ringan karena tekanan - tekanan. Saya harap orang tua Ajeng tidak memberi tekanan apapun, ini untuk kebaikan Ajeng agar ia bisa pulih sempurna.” Ucap sang dokter sambil mendengar detak jantung Ajeng dan mengecek pernapasannya.
“Ajeng sudah bisa pulang besok pagi, namun harus istirahat dirumah selama 2 hari. Nanti surat keterangan sakitnya bisa ibu ambil di meja receptionisnya ya bu, juga obatnya nanti di apotek lorong Anggrek bu.” Tambahnya
“Baik dok , terimakasih banyak dok. Apakah butuh waktu lama untuk memulihkan Ajeng dok?”
“Hmm.. sampai saat ini , pertanyaan itu masih belum bisa saya jawab. Dari pengalaman, pasien seperti ini pikirannya akan terbebani sehingga ia akan menjadi berubah dalam seketika. Bisa berubah menjadi gadis pendiam , atau berubah menjadi gadis korban Broken Home seperti perubahan tingkah laku menjadi jahat.”
“Baiklah dok , saya akan menjaga Ajeng agar tidak terjerumus dalam hal seperti itu.”
Setelah mengambil obat, surat keterangan sakit dan menyekesaikan administrasi, Ally segera mengantar Ajeng pulang untuk istirahat dirumah. Ajeng berbaring di kasurnya , tatapannya kosong masih shock dengan apa yang ia hadapi. Masih tak percaya ini terjadi, Ajeng bertanya kepada Ally,
“Mah? Apa semua yang terjadi ini benar mah?” Tanya Ajeng memegangi tangan Ally.
“Sayang, kamu gak usah pikirin itu. Everything its oke , honey.” Jawab Ally berusaha tenang.
“Nggak, mama bohong. Aku tau mama gak mau kasih kebenarannya karena aku masih sakit. Tolong mah, Ajeng mau tahu apa semuanya benar?”
“Kalau memang semua ini benar, ingatlah Ajeng. Karma pasti berlaku untuk orang – orang jahat. Kamu masih punya Mama yang akan selaluu ada buat kamu. You’re my princess , and I am your angel. Don’t worry Ajeng , everything will be OK.”
Ally selalu berusaha meyakinkan Ajeng bahwa semuanya baik – baik saja. Ia selalu berusaha tegar di hadapan Ajeng, padahal hatinya benar – benar hancur saat ini.
Ajeng hanya diam dengan tatapan kosongnya di pinggir jendela. Ia masih mengurung dirinya dikamar tanpa nafsu makan sedikitpun. Ally tidak tinggal diam melihat Putrinya seperti ini, ia mengantarkan sarapan ke kamar Ajeng.
“Ajeng, Mama bawakin sarapan untuk kamu.” Ally membuka pintu kamar dan langsung mendekati Ajeng dipinggir jendela.
Tidak ada sahutan dari Ajeng, dia hanya termenung menatap keluar jendela. Ally duduk di sebelah Ajeng dan menyuapinya. Namun , Ajeng menolak suapan itu yang membuat Ally sedikit emosi.
“Cukup Jeng! Kamu gak boleh kayak gini terus!! Gak cuman kamu yang menderita , mama lebih menderita dari kamu! Kamu harusnya …” Ally tidak melanjutkan kata – katanya karena ia tersadar akan menyakiti hati Ajeng.
“Lupakan, maafin Mama Jeng. Mama terlalu emosi.” Kini ally menangisi semuanya.
“Nggak ma, Mama jangan nangis… Ini salah Ajeng mah , Aku bakal makan kok mah. Mama jangan nangis.”
Ally memeluk Ajeng , dan dibalas dengan pegukan hangat dari Ajeng.
Setelah dua hari istirahat dirumah , Ajeng akhirnya pergi kesekolah. Ajeng benar – benar berubah dari gadis yang riang dan ceria menjadi gadis pendiam yang suka murung dan penyendiri. Biasanya ia berteman dengan banyak orang , namun kali ini bahkan ia hanya berbicara pada satu orang saja , yaitu Sandra.
Ajeng memang kembali lagi bersekolah, namun ini bukanlah Ajeng yang dulu lagi. Disekolahnya , ia menjadi san\ngat pendiam dan tidak lagi memiliki keberanian tampil kedepan. Ajeng bahkan sudah tidak memliki lagi kemauan untuk belajar dan menjadi sang juara.
“Jeng, ini bukan kamu yang dulu. Kenapa kamu jadi berubah gini? kamu harus kembali lagi kayak yang dulu.” Ucap Sandra prihatin.
“APA! AKU UDAH GAK PUNYA TUJUAN HIDUP LAGI! KAMU MAU APA HA?! AKU GAK AKAN BISA JADI DILU LAGI!” jawab Ajeng membentak Sandra.
“Aku tahu kok masalah yang kamu hadapi. Tapi gak gini caranya Jeng! Kamu harus kuat! Kamu bisa merubah takdir , atau kamu akan ditertawakan takdir! Ingat , kamu gak sendiri! Kamu masih punya mamamu dan aku Jeng! ”
Walaupun Ajeng berubah, tapi setidaknya ia masih mau mendengarkan ucapan Sandra. Ia menyesal telah membentak sahabat karibnya itu. Ajeng bersyukur masih ada Kasandra dan Ally untuknya.
Tiga tahun berlalu. Tanpa prestasi , tanpa potensi , Ajeng benar-benar tidak memikirkan hal itu lagi semenjak perceraian orang tuanya. Ia berada di satu sekolah dan satu kelas lagi dengan sahabatnya Kasandra. Sandra sudah memaklumi sikap Ajeng yang berubah sedari kelas 5 SD. Bagaimanapun sikap Ajeng, Sandra tetap menganggapnya sebagai sahabat karib yang takkan dia tinggalkan.
Beberapa hari kemudian , Ajeng dan Ally mendapat kabar bahwa Reno telah meninggalkan dunia untuk selamanya. Tidak tahu apa penyebabnya , entah karena mengidap sakit keras, atau karena dibunuh. Seorang karyawan Garuda mendatangi rumah Ajeng untuk mengantarkan beberapa surat penting.
“Assalamualaiku, permisi..” ucap karyawan itu.
“Waalaikumusalam, ada apa ya datang kesini?” Tanya Ally yang langsung menghampiri orang tersebut diikuti Ajeng.
“Saya mau memberikan surat wasiat dan surat kematian bapak Reno bu. Ini surat – suratnya.”
“HAH?! Papa meninggal dunia? Kenapa ?!!” Tanya Ajeng shock.
Ally langsung membaca surat kematian dan motifnya.
“Hah? Disini Reno tertulis mengidap penyakit Jantung? Sedangkan selama 13 tahun pernikahan kami , Reno tidak pernah mengidap penyakit jantung!?” protes Ally .
“Saya tidak tahu apa – apa bu, tugas saya hanyalah mengantarkan surat- surat ini saja bu. Kalau begitu saya pamit bu.”
Walaupun sudah bercerai dengan Ally, namun Ajeng tentu saja tidak akan pernah melupakan kenagan – kenangannya bersama Reno. Ia menangisi kematian mantan Papanya itu, Ajenh tidak menyangka Reno akan pergi secepat ini. Semua ini tidak bisa dipercaya.
Ally mengajak Ajeng yang sedang menangis masuk kedalam rumah. Mereka duduk di ruang tamu dan hendak membaca isi surat yang satunya , yaitu surat wasiat. Surat tersebut dibacakan oleh Ally,
“Atas meninggalnya saudara Reno Syaputra , beliau sudah memutuskan bahwa. Segala kekuasaan perusahaan Garuda beserta materinya , akan diturunkan kepada Yura Fareyza dan anaknya Lina autusadyah. Demikian surat ini dibetrikan kepada keluarga , terimakasih.” Jelas Ally membacakan isi surat tersebut
“KURANG AJAR! Mah , ini gak mungkin kan mah. Masak kita gak diberi sedikitpun harta kekayaan papa mah? Ajeng gak terima ini mah!” seketika Ajeng yang tadinya menangis sedih , langsung berubah menjadi sangat emosi sebab keputusan Reno yang hanya menguntungkan satu pohak saja.
“Mama juga gak tau Jeng , tapi surat ini sudah ditanda tanagani papamu , dan juga udah resmi.”
“Maksud mereka apa sih ma?! Gak mikir apa kita masih butuh uang?!”
“Udah Jeng, gak ada gunanya kita protes seperti ini. Yang penting jualan online Mama masih laku dan masih bisa mencukupi kebutuhan kita. Lagipula kamu kan masih punya tabungan di rekening mu dari kecil , 500 juta. Itu udah cukup Jeng, Papa kamu kan dulu juga sering masukin gajinya ke rekening Ajeng.”
“AH! Ini bukan masalah uang ma! Harusnya kan Ajeng bisa mewarisi kekuasaan Papa di Perusahaan Garuda Mah. Ah sudahlah! Aku gak peduli lagi sama para brengsek itu! Sekarang si Yura itu yang menguasai semuanya. Brengsek!!”
Ajeng berjalan menghentakan kakinya ke kamar dengan amarah yang membara. Di bantingnya pintu kamar sekuat tenaga dan menghasilkan sedikit retakan di pinggir tembok. Ia tidak terima dengan surat wasiat itu, karena tidak mungkin Reno tidak meawarisi apapun untuknya. Sedangkan setelah bercerai saja , Reno masih sering mengirimkan uang untuk Ajeng.
Ia benar – benar dikuasai amarah saat ini. Ajeng sudah menghilangkan sisi baik dirinya kecuali kepada Ally dan Sandra. Tanpa ia sadari , Ajeng sudah mengubah tampilannya menjadi seorang Bad Girl karena amarahnya yang mebludak ini.
Hari in Ajeng pergi sekolah tidak bersama dengan Sandra seperti biasanya. Ia berangkat dari rumah seperti biasa, namun ia mengambil jalan lain dan mengulur – ulur waktu karena merasa tidak ingin ke sekolah. Namun , Ajeng tetap ke sekolah walaupun terlambat setengah jam.
Setibanya disekolah , orang – orang yang sedang berbaris langsung melihat Ajeng yang hanya santai saja berjalan di tengah lapangan. Ajeng sudah tidak peduli lagi dengan peraturan sekolah yang dianggapnya membosankan dan kuno.
Karena baru pertama kalintya terlambat, Ajeng tidak dikenai sanksi berat ataupun masuk BK. Ia hanya disanksi memungut sampah saja sebelum belajar. Tapi , tindakan Ajeng sudah diluar batas. Ia sudah melakuakan hal ini selama 4 hari berturut – turut ditambah ia selalu melupakan tugas rumahnya dan selalu meninggalkan buku – bukunya. Kali ini Ajeng benar – benar dalam masalah besar, ia sudah dipanggil ke BK namun Ajeng masih santai tanpa merasa bersalah.
“Ajeng! Kamu sudah 4 hari berturut – turut terlambat ke sekolah. Dan parahnya , hari rabu kamu datang ke sekolah jam setengah Sembilan. Ibuk juga mendapat laporan bahwa kamu jarang membuat tugas dan selalu meninggalkan buku pelajaran. Apa kamu sudah lupa dengan peraturan sekolah Ajeng?! Kamu ini udah kelas 3 SMP , seharusnya kamu menjadi panutan buat adek – adek kamu.” tutur Bu Desi guru BK yang sudah emosi dengan perbuatan Ajeng.
“Yaelah buuk buk. Peraturannya terlalu kuno buk. Seharusnya sih peraturannya direvisi supaya lebih modern buk. Kayak, gausah sekolah juga gak papa. Ha Ha Ha. Siapa nyuruh mereka buat manutin aku? Emang mereka mau senasib sama aku buk? Ntar masuk BK lho,” Jawab Ajeng dengan santainya dan tanpa merasa bersalah.
“AJENG! OMONGAN KAMU NGAWUR SEMUA!! Seharusnya kamu merasa bersalah atas perbuatan kamu, tapi apa? Kamu malah menantang peraturan sekolah yang kamu bilang kuno! Kali ini kamu ibuk bebaskan , ibuk gak manggil Mama kamu hari ini. Tapi kalau kamu ulang lagi, ibuk akan panggil mama kamu buat datang ke sekolah!”
“Owh! Oke buk!” Ajeng keluar dari ruang BK dengan enteng tanpa merasa bersalah.
~o~
Dua minggu kemudian
Ajeng berjalan menuju koridor kantin. Ia bertemu dengan segerombol adek kelasnya.
“HOI! Mana uang kalian?! Lewat sini harus bayar dulu sama gue!” ucap Ajeng mempalak mereka.
“Ta-tapi kak.. kan peraturannya gak ada yang kayak gitu kak.” Jawab Nisa ketakutan.
“EH! Lo mau nantang gue ha!? Mau ngelawan lo ha!? Berani lo?!!!”
Karena ketakutan , mereka memberi uang kepada Ajeng. Bukan karena tidak punya uang, Ajeng melakukan ini hanya untuk melampiaskan segala amarahnya ayng terbendung. Ia sudah benar – benar tak bisa mengendalikan amarahnya , sehingga ia melampiaskannya kepada orang-orang yang tidak bersalah.
Kemudian , Ajeng menuju ke kantin sendirian dan langsung dihampiri oleh Sandra.
“Ajeng? Dimarahn buk Desi ya? Kamu besok kesekolahnya sama aku aja. Biar gak telat lagi Jeng.” tukas Sandra khawatir akan Ajeng.
“Gak peduli! Yang penting aku puas! Dibenci orang jauh lebih menyenangkan daripada pura – pura sayang tapi dikhianatin.” Ajeng langsung meninggalkan Kasandra dan pergi belanja.
“Hmm, Ajeng. Aku tahu kamu korban pengkhianatan. Bagaimana pun kamu ke aku , aku bakalan selalu ada buat kamu , karena aku mengerti keadaanmu Ajeng.” tutur Kasandra dalm benaknya.
Bell masuk telah berbunyi. Ajeng kembali ke kelasnya dan terhenti ketika melihat botol minum Tyara yang bagus dan bermerk.
“HH! Botol minum gini doang bangga! Ga usah belagu lo! Botol minum nya murahan banget eww!! Lebih cantikan botolnya daripada orangnya, dekil kayak sampah!!”
“Astaghfirullah , kamu kenapa sih Jeng? aku gak bermaksud sombong kok sama kamu. Kamu kenapa sih tiba – tiba kayak gini?” jawab Tyara yang tidak terima dengan ucapan Ajeng.
“Heh!! Gausah sok alim lo! Botol murahan gini bisa gue beli segudang!” Ajeng langsung menyeret botol itu hingga pecah dilantai.
“Tega kamu Jeng. Ini hadiah ulang tahunku dari ayahku!”
“Ooh, dari Ayahmu ya? Bagiku apapun yang berhubungan dengan papaku , itu sampah busuk!!”
Ajeng tidak mengikuti pelajaran selanjutnya. Ia mengambil tas-nya, dan pergi cabut ke warnet dekat rumahnya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan semua sanksi – sanksi kuno itu.
Keesokan harinya ,Ajeng tidak datang kesekolah tanpa sepengetahuan Ally. Karena, paginya ia sudah berseragam sekolah dan berpamitan pada Ally. Tapi ternyata bukannya menuju sekolah , Ajeng malah menghabiskan waktunya di warnet untuk bermain game seharian. Kemudian ia pulang seperti waktu pulang sekolah biasanya.
“Ajeng, Mama harus pergi ke Jakarta nanti. Ada masalah di cabang toko disana. Jadi nanti pulang sekolahnya kamu ke rumah paman Ali aja ya, udah mama bilangin kok. Be a good girl , honey.” Ucap Ally sabil mencium kening Ajeng.
“Ya, ma. Hati – hati dijalan.” Meski seorang yang nakal , Ajeng setidaknya masih menjaga perasaan Ally.
Setibanya di sekolah dan setekah melaksanakan Program Lagu wajib Nasional di lapangan. Ketika Ajeng hendak memasuki kelas , ia langsung mendaopat panggilan agar menuju ke BK. Dengan rasa malas bersampur emosi dan bosa, Ajeng segera menuju ke ruang BK.
Disana sudah ada ibu Lina kepala sekolah, bu Desi guru BK, Bu Helen guru agama , serta juga ada Nisa dan Tyara disana.
“HUUGH, bencana lagi nih.” Dengus Ajeng kesal.
“Ajeng, kamu udah tau kan kenapa dipanggil kesini?” Tanya bu Lina.
“Udah buk.” Jawab Ajeng santai sambil memandangi kuku – kukunya.
“Sekarang ibu minta pertanggung jawaban kamu atas apa yang udah kamu lakuin ke Tyara dan Nisa!” tutur Bu Lina tegas.
“Yaudaah, kalian mau berapa ha?! Gue bayar 10 kali lipat sekalian!” Jawab Ajeng menantang,”
“Nggak usah bu, saya gak minta ganti rugi dari Ajeng bu. Saya hanya ingin mendengar perminta maafan saja dari Ajeng bu.” Jawab Tyara tenang dan baik hati.
“Iya bu, saya juga. Saya gak mau di ganti apa – apa sama Kak Ajeng bu.” Lanjut Nisa.
“Cuih!!!” dengus Ajeng.
“Nah, kamu dengar kan Ajeng? Mereka masih baik hati sama kamu. Sekarang kamu minta maaf sama mereka berdua!” tutur Bu Desi.
“Heh, MAAF!” Ajeng meminta maaf walaupun tidak ikhlas sama sekali.
“Iya , kami maafin kok Jeng.” jawab Tyara.
“Yasudah , Tyara dan Nisa kalian boleh kembali ke kelas.”
Tyara dan Nisa keluar dari ruang BK dan menuju kelas mereka masing – masing. Sedangkan Ajeng masih tinggal di BK disidang oleh 3 guru disana.
“Sekarang ada apa lagi bu? Kalau ibu mau manggil Mama saya gak bakal bisa, dai lagi di Jakarta. Ibuk panggil Paman saya aja!” ucap Ajeng. Bu Desi langsung menelepon Paman Ajeng setelah meminta nomornya.
“Ajeng, ibuk tau kamu itu broken home. Ibu tau kenapa kamu bisa gini. Alasan kamu menjadi nakal memanglah sangat berat. Tapi kamu harus kuat menjalani semua ini. Kamu gak boleh sampai salah arah gini Jeng!” nasihat Bu Lina.
“Udahlah bu, kalimat ibu tu udah basi ditelinga saya. Semua orang selalu bilang itu sama Ajeng! Tapi gak ngaruh buk! Gak ada gunanya!” jawab Ajeng.
“Hmm, ibu mengerti keadaan kamu. Karena ibu juga seperti kamu dahulu. Walaupun menolak , ibu harus menuju ke jalan yang benar Jeng. begitu juga dengan kamu! Gak akan bisa merubah keadaan Jeng.”
Ajeng hanya diam mendengan perkataan Bu Lina yang menyentuh hatinya. Memang tidak ada gunanya ia bertindak seperti ini , selain hanya memenuhi kepuasannya saja.
Tidak lama kemudain, Paman Ali Ajeng datang ke sekolah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar