Naghita Puteri Fashihah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
-1.Prolog-

-1.Prolog-

PROLOG

Gadis itu berjalan sembari melompat – lompat riang ke sekolahnnya. Senyuman dan raut kebahagiaan jelas terlukis di wajah indahnya. Ia melayangkan tangan kirinya ke udara dengan santai , sedangkan tangan kanannya sengaja tidak digoyangkan sedikitpun. Karena ia sangat waspada piala emas di tangan kanannya akan jatuh jika ia menggerakkannya.

Gadis riang itu bernama Ajeng Selena Indira , ia biasa di panggil Ajeng , namun juga sering dipanggil Ayu. Padahal Ayu tidak ada hubungannya sama sekali dengan namanya. Beberapa teman sekolah Ajeng biasa memanggilnya Ayu karena paras wajahnya yang begitu elok dan manis walaupun tidak terlalu putih. Karena definisi cantik tidak harus selalu putih bercahaya.

Hari ini Ajeng sengaja ingin berjalan kaki menuju sekolah , karena suasana hatinya yang sangat bahagia seperti melayang di udara. Kemarin ia memenangkan juara 1 lomba bercerita tingkat provinsi. Ini adalah kesekian kalinya Ajeng memenangkan sebuah lomba . Ia bisa dibilang pakar dalam beberapa bidang , seperti bercerita , olimpiade matematika dan sains , serta menari. Tubuhnya sangat sangat cocok untuk menari , ditambah gerakan – gerakan tariannya yang patah – patah selalu membuat Ajeng terlihat keren ketika menari. Meski begitu , masih ada saja orang - orang yang menaruh rasa dengki dengan kelebihan yang menonjol pada diri Ajeng.

“Jejeeng!”

Ajeng langsung menoleh ke sumber suara dimana sahabat karibnya Alexandra berdiri di seberang jalan.

“Eh Cattyyy!” sahut Ajeng dengan panggilan dekatnya pada Sandra.

Ajeng langsung menuju kearah seberang jalan .

“Wah Ajeng kok tumben kamu jalan ke sekolah?” Tanya

“Iya nih San , aku lagi seneng aja , bahagia banget. Jadi pengen jalan , biar bisa bareng kamuu” jawab Ajeng

“Wah gilaak, juara lagi ya kamu?”

“Hehe allhamdulillah , juara satu lomba di Padang kemarin hehe.”

“Waah selamat yaa, bangga aku punya sahabat kayak kamu Jejeeeng!”

“Makaciih Catty , you’re my best friend unch.”

“Ho iyaa dong jejeng!”

Alexandra , atau panggilannya Sandra adalah sahabat karib Ajeng dari kecil. Saking dekatnya , Ajeng memanggil Sandra dengan nama Catty , karena Sandra alah seorang pecinta kucing akut yang pernah ada. Mereka merupakan teman sekelas , bahkan menduduki kursi yang bersebelahan. Ajeng dan Sandra bagaikan sendok dan garpu , yang mana jika satunya tidak ada maka tidak akan terasa lengkap. Sandra adalah sahabat yang selalu ada disaat sedih dan senang nya Ajeng . Walaupun mereka sering berantem , namun sebuah garpu tidak akan ada artinya jika sendok tidak hadir.

Ajeng dan Sandra memasuki gerbang SD mereka yang berwarna putih cerah. Pandangan semua orang pastinya tertuju kepada Ajeng yang memegang sebuah piala emas dengan ukuran yang besar. Mereka terkagum – kagum melihat Ajeng walaupun itu adalah yang kesekian kalinya Ajeng datang kesekolah dengan memegang sebuah piala. Diantara tatapan – tatapan kagum itu , ada beberapa tatapan dengki yang menatap sinis bagai burung elang kearah Ajeng .Mereka adalah geng Beauthree yang mereka bilang artinya adalah 3 cewek cantik yaitu Claudia , Jia dan Seila. Meski begitu ,tidak sedikit orang bahkan kakak kelas yang jijik melihat kelakuan mereka yang alay dan suka iri atas kelebihan orang lain , terutama Ajeng.

Mereka adalah tiga komplotan yang tidak habis – habisnya menaruh rasa dengki dan iri pada Ajeng. Bahkan mereka pernah memfitnah Ajeng mencontek ketika ujian dengan membuat bukti palsu sebuah kertas berisi jawaban ujian yang dimasukkan ke dalam tas Ajeng. Bu Sisi , wali kelas mereka langsung memanggil Ajeng ke kantor untuk menyelidiki masalah itu. Namun setelah di klarifikasi dengan rinci , Ajeng berhasil membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah sama sekali. Sejak saat itu , kebencian Claudia , Jia dan Seila terhadap Ajeng semakin membara.

Semua siswa dikumpulkan di lapangan untuk melaksanakan kegiatan senam pagi bersama. Ajeng melakukan gerakan senamnya dengan sangat lincah dan bersemangat.

Begitu juga dengan sahabat nya , Sandra. Mereka selalu kompak dalam segala hal . Lima belas menit berlalu , kegiatan senam selesai. Tapi semua siswa belum di bubarkan karena akan ada pengumuman kejuaraan yang di raih Ajeng kemarin.

“Anak – anakl ibuk semua, jangan bubar dulu ya. Karena ibuk akan mengumumkan prestasi teman kamu yang telah diraihnya kemarin.” Ucap Buk Sisi dengan menggunakan mic.

“Ughh , ngapain sih harus pake diumumin segala. Udah tau aku capek senam , malah harus berdiri lagi cuman buat liat dia maju kedepan , huh!” celoteh Jia.

“Sama dong , kek gak ada kerjaan aja kita cuman berdiri gajelas disini buat liat si jelek itu maju . Enggak banget ew!” sambung Claudia yang mencaci Ajeng dengan sebutan jelek.

“Ih cuman gitu aja bangga nya selangit , dipikir kita gak bisa apa? Aku sih gak mau ikut lomba cuman karena aku gak mau kehabisan suara , ntar suaraku kayak knalpot rusak lagi. Ishh jijik!”

Walapun samar – samar, cacian itu terdengar jelas di telinga Ajeng. Ia sudah terbiasa dengan segala cacian iri dengki yang di lontarkan geng Jia itu terhadapnya. Meskipun terasa menyakitkan dan menyedihkan , Ajeng harus tetap tegar dan berpura – pura bahwa ia baik – baik saja. Tak ambil pusing , Ajeng mengabaikan mereka dan langsung berjalan menuju ke tengah tengah lapangan dimana semua guru sudah bersiap – siap untuk mengambil foto bersama Ajeng.

“Ini dia nih anak – anak ! Sang gudang bakat di sd kita ini , walaupun masih kelas 5 Ajeng ini udah banyak nabung prestasi nih.” Tukas Pak Zulfikri kepala sekolah.

“Hehe , makasih pak. Itu pun saya raih berkat jerih payah guru – guru yang sudah membimbing saya pak.” Jawab Ajeng dengan sopan.

“Ajeng mendapatkan juara 1 lomba bercerita kemarin , dipadang tingkat provinsii!”

Tepuk tangan yang meriah langsung berbunyi keras setelah ucapan dari pak Zulfikar. Tentu Saja Ajeng tidak merasa sombong atas itu semua , karena ia sadar bakat yang ia kuasai ini adalah hasil kerja keras guru – guru pelatih dan juga merupakan karunia dari Allah swt. Namun , ketika semua orang memberi tepuk tangan meriah dengan maksud bangga. Sementara itu , geng beauthree memberi tepuk tangan yang jelas jelas terpaksa dengan letoy dan tidak niat sama sekali.

Ketika para guru mengambil foto bersama Ajeng dan piala emasnya , Ajeng tersenyum sangat manis dengan senyuman khas Ayu-nya.

“Widii , Ayu itu cantik banget yah.” Ucap salah seorang abang kelas 6.

“Bener tuh , Ayu emang cantik , baik pula terus dia juga sopan sama yang kebih tua dari dia.” Sambung kak Ranti kelas 6.

“Kemarin pas mau ambil nilai bercerita , Ajeng sempat bantuin aku lho cara – cara berceritanya bikin tertarik penonton.” Ucap Kak Kelly kelas 6 .

Mendengar pujian- pujian itu , telinga Claudia langsung memanas seperti dibakar.

“Ih , ngapain sih dia sok cantik banget jadi orang? Liat tuh , senyum nya aja kayak joker ih ga ada bagus- bagusnya.” Ejek Claudia.

“Sok cantik banget sih itu si Jelek , eneg aku liat mukanya yang selalu aja caper ew!” sambung Seila.

“Kalian gak usah khawatir. Yang paling cantik di sekolahin iya jelas jelas hgeng beauthree lah , yakaan?” ucap Jia dengan intonasi alaynya.

“Oh iya dwoong , mana ada yang bisa nandingin kecantikan kitaa, haha!”

“Kita bertiga kan bidadarinya sekolaah, haha!”

Hari ini jadwal pelajaran kelas 4 adalah matematika , yang di ajarkan oleh bu Via. Mereka memasuki materi baru yang bisa dibilang rumit , namun bagi Ajeng yang sudah terbiasa olimpiade ia bisa mengerjakan semua tugas matematika.

“Jejeng , aku gak ngerti. Bisa bantu ajarin aku gak Jeng?” keluh Sandra.

“Allhamdulillah , aku ngerti. Aku janji bakal ajarin catty sampai paham seratus persen!” jawab Ajeng.

“Makasih ya Jeng , kamu bener - bener sahabat akuu…”

“Tentu saja Catty!”

Ajeng menjelaskan kepada Sandra jalan mencari jawaban matematika , serta jalan tercepat yang tidak diajarkan oleh bu Via. Sandra sangat mengerti dengan apa yang diajarkan Ajeng kepadanya. Ketika mereka sedang mengerjakan tugas , tiba – tiba..

“Buk, ada yang nyontek - nyontek nih buk , si kebanggaan sekolah buuk.” Tukas Jia dengan nada iri dengki.

Jia langsung memberi tos kepada Claudia dan Seila, yang menandakan bahwa mereka berhasil mengadukan Ajeng dan Sandra.

“Jia , ini kan pertama kalinya kita masuk ke pelajaran baru , dan juga ini cuman tugas bukan ulangan. Jadi kalau tidak mengerti kalian bisa saling membantu seperti yang dilakukan Ajeng.” tutur Bu Via.

“Baik buk.” Jawab Ajeng dan Sandra , serta melakukan tos berdua yang membuat panas geng beauthree.

Bell sekolah berbunyi , Ajeng dan Sandra pulang bersama jalan kaki ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan , dua gadis itu hanya mengobrol dan mengobrol.

”Ajeng , menurut aku Geng Beauthree alay itu terlalu berlebihan lo iri sama kamu . Kamu gak sedih apa dihina terus – terusan?” Tanya Sandra

“San , aku harus terbiasa dengan itu semua. Mereka bahkan mneganggapku sombong dan sok cantik , aku nggak bisa menantang , kalau mereka beropini seperti itu maka mereka akan selalu beropini begitu. Tidak akan pernah berubah.” Jawab Ajeng.

“Aku tahu Jeng. Kamu hanya berpura – pura kalau kamu itu tegar di hadapan ku. Jika kamu tidak melawan sedikit pun , maka mereka akan terus – terusan seperti ini Jeeng. Aku gak tahan liat kamu sedih.”

“Catty , buat apa aku sedih kalau sahabat terbaik ku , malaikat kecilku Catty selalu ada untukku. Aku gak peduli mereka mau caci apa , yang penting kamu selalu ada di sisiku. Oh iya , nanti sore kita main yuk?”

“Tenang aja , aku bakalan selalu ada buat Jejeng. Maaf Jeng , nanti sore aku harus latihan Pencak Silat , aku di daftarin ayah ku kemarin Jeng . Maaf banget yah Jeng.”

“Wah bagus banget tuuh! Nggak papa kok Catty , kamu latihan ajaa. Aku dukung kamu ikut silat Catty!”

Setelah beberapa saat , akhirnya Ajeng tiba di rumahnya dan menemukan papanya yang sedang menunggunya di pintu rumah. Ajeng langsung berlari kearah papanya dan memeluknya.

“Papa! Tadi Ajeng diumumin juara satu bercerita pah hehe.” Tutur Ajeng .

“Jagoan papa gitu lhoo. Kamu emang hebat Ajeng!”

“Hehe , makasih papa..”

“Mama kamu lagi masak makanan kesukaan kamu tuh Jeng. Buruan makan sekarang.”

“Siaap paah!”

Papa Ajeng yang bernama Reno adalah seorang direktur perusahaan saham Garuda yang paling terkenal di Sumatera-Barat , bahakan samapai ke ajang nasional. Meski memiliki jadwal yang sangat padat , Reno selalu berusaha membagi waktunya untuk anak semata wayangnya Ajeng.Walaupun terlahir dari keluarga kaya , Ajeng benar – benar rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri sedikitpun.

Mama Ajeng adalah seorang ibu rumah tangga yang sangat rajin dan cantik. Mamanya bernama Ally , setiap makanan yang ia masak akan selalu menjadi rasa terbaik yang pernah ada. Ally sangat menyayangi Ajeng , begitu pula dengan Ajeng yang selalu patuh pada Ally.

Meskipun menjadi anak kesayangan dan kebanggaan orang tuanya , Ajeng tidak tumbuh menjadi anak yang manja dan pemalas. Tidak seperti anak orang kaya lain, yang selalu memboroskan hartanya dan menjadi anak yang pemalasdan nakal. Bahkan Ajeng sangat menghemat uang yang ia miliki serta sering berbagi dengan orang yang membutuhkan. Walaupun usianya masih 11 tahun , Ajeng memiliki pemikiran yang bijak dan selangkah lebih kedepan. Sebelum berkehendak ia akan berpikir terlebih dahulu , serta ia beropini bahwa tidak ada gunanya membalas dendam kepada orang yang membenci kita , karena itu hanyalah sisa – sia dan membuang waktu. Itulah alasan mengapa Ajeng selalu rendah hati kepada orang – orang yang membencinya.

Ajeng adalah keturunan suku minangkabau nan elok , pamannya adalah seorang guru silat yang paling disegani banyak orang karena kebaikannya. Ally berasal dari minang kabau. Bertemunya Reno dan Ally adalah ketika Reno melakukan proyek pembangunan di Sumatera – Barat yang kebetulan di dekat rumah Ally. Ketika hendak mencari tahu informasi – informasi serta kebudayaan minangkabau , Reno bertemu dengan Ally yang begitu menawan. Sejak saat itulah dimulainya pendekatan mereka hingga saat ini mereka sudah mempunyai seorang Gadisluar biasa , Ajeng.

Seminggu setelahnya , Ajeng masih menjadi seorang gadis ceria yang riang dan baik hati. Ia selalu ramah kepada semua rekan kerja ayahnya, termasuk tante Yura. Tante Yura adalah rekan kerja Reno yang paling dekat dengan keluarga Ajeng ,bahkan Ajeng sering bermain ke rumah tante Yura yang belum mempunyao suami.

Suatu hari , Ajeng berjalan kerumahnya dengan sangat riang dan ceria. Namun betapa tragis nya dia, karena mungkin itu adalah hari terakhir Ajeng bisa pulang sekolah sebahagia itu. Ajeng berjalan melompat – lompat ke rumahnya sambil bernyanyi dengan riang. Dijalan , ia berhentui sejenak untuk membeli 3 buah es krim potong yang biasa ia makan bersama papa dan mamanya. Ajeng berjalan hati – hati ke rumah karena takut es potong itu akan jatuh.

Ajeng memasuki halaman rumahnya dan membuka pinbtu rumah yang tidak terkunci.

“Pap…” kalimatnya terpotong ketika ia hendak meanggil papanya.

Betapa shock nya Ajeng, walaupun ia berhati – hati dan tenang , ketiga es potong di tangannya itu akan jatuh jika memang takdirnya. Ia menyaksikan pertengkaran hebat antara Papa dan Mamanya.

Cek kelanjutannya di bab ke 2 ya gaiis

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post