Nadia Izdihar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

'JANGAN DIJAWAB'

"JANGAN DIJAWAB"

(NON FIKSI)

Mungkin, cerita ini menjadi pengalaman pertama Nana melihat makhluk selain manusia di dunia ini.

Ya, seperti jelmaan jin yang menyerupai manusia.

Nana, seorang cewek berumur 14 tahun yang hidup disebuah pesantren di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.

Saat itu, Nana sedang menduduki bangku kelas 8 MTs. Dan karena pesantren yang ditempati Nana selalu melakukan "pindah kamar" setiap tahun, maka di Kelas 8 ini, Nana mendapat kamar di gedung lama.

Disebelah Utara, disamping masjid dan didepannya gedung baru.

Gedung lama ini sudah 25 tahun berdiri. Dengan cat berwarna putih, terdiri dari 3 lantai. Dan kamar mandi luar.

Kamar Nana terletak di lantai 2 pojok. Namanya kamar "Maisyaroh" kamar yang terkenal horor dikalangan anak-anak pondok pesantren tersebut. Karena muncul beberapa kisah mistis tentang 'penghuni' tak kasat mata yang menempati kamar tersebut.

Namun, tak berlaku bagi Nana yang terlalu skeptis dengan hal mistis seperti itu. Dia beranggapan bahwa "selagi kita ga mengganggu ya pasti ga diganggu balik".

Tapi, pemikiran blunder seperti itu tidak lama dipertahankan olehnya.

Karena satu kejadian.

Saat itu hari Kamis.

Mungkin kalau dipondok, hari Kamis rasanya seperti hari Sabtu karena Jumat adalah hari Minggu masyarakat pondok.

Pada hari itu dikamar Maisyaroh ada 3 anak yang mendadak sakit termasuk Nana dan dua teman seangkatannya yang bernama Mutiara dan Keisha.

Mereka beristirahat dengan menghadap jendela yang menampilkan teras depan kamar yang di teras itu terdapat sebuah kaca, rak sepatu dan rak peralatan mandi.

Selama pagi hingga sore, tidak terjadi hal aneh. Bahkan mereka bertiga sempat membuat teh untuk meringankan batuk dan pilek mereka.

Malam pun tiba.

Pondok tersebut memiliki agenda setiap malam kamis. Yaitu, adanya mumarosah atau di bahasa indonesia itu seperti pidato menggunakan bahasa arab dan Inggris di pembukaan nya. Dan disusul dengan tema yang sudah ditentukan.

Kebetulan, ada kakak kelas nya Nana bernama Mbak Azza (yang juga sekamar dengan Nana) sedang mendapat giliran untuk maju berpidato.

Tetapi, mbak Azza juga sedang tidak enak badan.

"Gapapa za, ikut aja. Nanti habis pidato langsung pulang, gausah nungguin penutupan. Nanti tak izinin" kata mbak Firda, ketua kamar Maisyaroh pada saat itu.

Mbak Azza pun menurut.

Malam itu Nana, Mutiara dan Keisha sedang menghabiskan waktu dengan membaca novel karena sepi yang tak lazim menyelimuti gedung lama tersebut.

Mereka bertiga juga membicarakan hal random hingga sampai terdengar sebuah ketukan pintu secara tiba-tiba.

Sebenarnya, ketika sedang ada agenda malam seperti ini, memang ada mbak-mbak keamanan pondok yang mengeceki kamar dan menemani anak yang sakit.

Tetapi, ketukan itu pelan sekali. Bahkan Mutiara dan Keisha tidak mendengar.

Nana diam saja. Karena dikira memang mbak-mbak yang sedang kliter.

Tetapi, rasa penasaran menghinggapi benaknya.

Nana dengan keberaniannya pun mengintip dari pintu kamar yang terbuka. Dan mulai berjalan melewati 2 kamar. Tetapi nihil. 2 kamar tersebut tidak ada yang sakit dan lampunya mati.

Tapi, Nana menganggap suara ketuk pintu itu berasal dari kamar bawah.

Ia pun kembali ke kamarnya dan rebahan lagi.

Tiba-tiba, Mbak Azza datang. Lalu ia mencopot sepatunya didepan pintu.

Nana menatap ke jendela untuk melihat mbak Azza yang akan menaruh sepatu di pojok teras kamar.

Tetapi, yang dilihat Nana bukanlah mbak Azza yang melewati depan jendela untuk ke pojok teras.

Melainkan, Nana melihat seseorang mirip dengan mbak Azza, menggunakan kerudung ungu dan melotot didepan kaca samping jendela.

Nana syok tapi tetap diam.

Saat mbak Azza kembali ke kamar, Nana pun bertanya.

"Mbak Azza sepatu nya udah ditaruh rak, ta?"

"Udah lah, barusan kan aku lewat. Kamu gak liat, dek?" Jawab mbak Azza.

Nana terkejut. Tapi memilih diam dan tidak menceritakan fakta itu.

Mbak Azza pun rebahan diantara Nana dan Mutiara.

Tidak lama setelah itu, terdengar pintu kamar yang terbuka. Benar saja. Itu pintu kamar Maisyaroh. Terbuka sedikit demi sedikit dan mulai terdengar suara

"assalamualaikum" pelan, tetapi serak.

Sambil mengetuk pintu dengan pelan.

Mereka berempat langsung tersentak di tempat dan menoleh satu sama lain.

"Jangan dijawab" kata Mutiara sambil menggelengkan kepalanya.

Suara itu terus berlanjut. Hingga pada puncaknya, lampu teras kamar berkedip-kedip tak jelas dan tak lama, Mati.

Karena sesuatu yang makin tidak karuan, mereka pun memilih memaksa mata mereka untuk tertutup.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Horornya di luar dugaan. Aku juga anak pesantren, pernah diusilin tapi nggak seseram itu.

16 Jun
Balas



search

New Post