Lukiskan Impian Dalam Kanvas Kreativitas
Lukiskan Impian dalam kanvas kreativitas
Semua ini tentang impian, cita-cita, juga masa depan. Setidaknya, itulah yang aku pikirkan sejak menginjak usia remaja. Begitu banyak hal yang berubah di masa ini. Dan karena itulah aku menyebutnya "Proses menjadi dewasa"
Menjadi dewasa dengan sebuah impian di masa depan, adalah hal yang cukup sulit ku pikirkan. Ini soal memilih "Impian apa yang ingin engkau wujudkan?"
Bicara tentang sebuah impian. Bagiku, impian sendiri adalah sesuatu yang ingin engkau wujudkan. Yang pasti, semua orang memiliki sebuah impian tersendiri. Dan impian mereka amat beragam. Ada yang mau jadi ini-lah, jadi Itu-lah. Semuanya tergantung pada pilihan masing-masing. Dan ditengah keberagaman impian Itu, aku tetap belum mengambil keputusan apapun. Impian yang tak menentu seringkali mengacaukan pikiranku.
Satu-satunya impian yang ingin ku wujudkan adalan menjadi seniman. Menjadi seseorang yang dapat bercerita lewat lukisannya. Seseorang yg begitu lentur menyapukan kuas ke atas kanvas kosong. Menjadikannya dinding cerita. Sebuah maha karya hebat yang kelak menjadi legenda di kalangan Kurator seni. Memikat berbagai pasang mata dengan sapuan kuas, beragam corak, serta warna yang berpadu. Menjadi harmoni.
Sejak kecil, aku amat suka menggambar. Aku yang masih sangat lugu kala itu, mulai menggoreskan pensil ataupun crayon ke atas selembar kertas gambar dengan penuh gaya bak seniman papan atas. Ku akui, lukisanku belum sempurna. Karena itulah, hingga saat ini aku terus berusaha mengambangkan bakatku. Menuangkan berbagai ide yang tak ada habisnya muncul di pikiranku.
Menjadi Seniman merupakan impian terindah yang kumiliki. Setidaknya, semenjak kalimat demi kalimat itu terlontarkan begitu saja. Mematahkan semua impian, cita-cita, juga harapan terindahku. Membuatnya menjadi remah-remah mimpi yang begitu menggelikan.
Mau tak mau, kenyataan memaksaku untuk sadar. Bahwa, menjadi seorang seniman bukanlah profesi yang banyak menghasilkan materi. Hal itu kemudian membuatku agak bimbang. Antara tetap melanjutkan atau tidak. Tetapi, naluriku mengatakan untuk tidak menyerah sebelum impianku terwujud. Karena, impian sejatinya merupakan sebuah harapan, serta arah. Jika dulu aku sudah mempunyai impian, maka tidak ada lagi kata bimbang, ataupun kehilangan arah. Karena impian lah arah yang akan menuntun kita menuju masa depan.
Walaupun penuh pertentangan pada awalnya, aku tidak ingin patah arang begitu saja. Aku mungkin hanya akan menganggapnya sebagai sebuah rintangan untuk mewujudkan impianku. Dan hal sepele itu tak kan membuatku goyah lagi. Meskipun aku telah berhasil meyakinkan mereka, ini masih jauh dari kata "selesai". Ini masihlah langkah awal bagiku untuk mewujudkan impian. Setidaknya, jalan menuju impian sudah menunggu untuk kulewati.
Dengan semangat baru yang menggebu, aku mulai melangkah maju. Kembali menggembangkan bakatku yang telah lama terhenti. Dan dengan percaya diri, mulai mengikuti berbagai ajang lomba seni. Terutama seni lukis melukis. Meskipun pada akhirnya aku tidak menang pada ajang lomba itu, setidaknya aku bisa mengevaluasi karya yang kubuat. Mencari berbagai kekurangan yang lalu ku perbaiki pada karya berikutnya.
Pernah suatu saat ketika aku sedang mengikuti lomba melukis, salah satu peserta yang duduk di sampingku tidak sengaja menumpahkan cat. Dan parahnya, sebagian besar cat yang tumpah mengenai lukisan yang kubuat. Ia sudah meminta maaf kepadaku, tetapi maaf saja tidak akan cukup. Lukisan yang kubuat tidak akan jadi dengan sendirinya. Pada akhirnya, dengan segala kreativitas yang kumiliki, aku kembali memperbaiki lukisanku. Dan mulai menyapukan kuas yang berisi warna. Lalu melenggak-lenggokkan kuas tersebut menjadi berbagai bentuk, yang segera melumuri seluruh permukaan Kanvas. Membuatnya menjadi lebih berwarna. Sama berwarnanya seperti pikiranku yang kini mulai muncul gagasan atau ide baru, yang menunggu untuk dijadikan sebuah maha karya.
Dan disaat detik terakhir perlombaan, aku telah berhasil menyelesaikan lukisan yang kubuat. Walaupun begitu, aku merasa kurang yakin akan lukisanku. Sambil menunggu pengumuman pemenang, aku duduk di salah satu bangku. Lalu memikirkan kekurangan apa yang ada. Begitu sibuk memikirkan hal tersebut, sampai-sampai aku tidak mendengar namaku telah dipanggil sebanyak 2 kali oleh panitia sebagai salah satu pemenang. Kemudian dengan rasa bangga sekaligus bahagia, Aku mulai melangkah naik ke atas panggung.
Dan disaat itulah aku paham. Ini bukan hanya soal impian, cita-cita, juga masa depan. Ini tentang melakukan apa yang kau sukai. Seni, kreativitas, dan tanpa batas mengekspresikan dirimu lewat karya. Dan walaupun banyak rintangan, tetaplah maju, dan terus maju. Tunjukkan pada dunia bahwa kamu bisa mewujudkan apa yang menjadi impianmu.
Biodata penulis :
Nabila Zahrofatuz Zakini, seorang siswa kelas 8 MTsN 1 Jember. Lahir di Jember pada tanggal 26 April 2009. Yang saat ini berumur 13 tahun. Jika ingin berkenalan, kunjungi [email protected] atau hubungi nomor berikut : 082141108737
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar