Penulisan kali ini akan membahas tentang 'ibu'. Kata 'ibu' ini memiliki banyak arti yang berbeda-beda bagi masing-masing individu. Ada yang mengartikan ibu sebagai pahlawan, malaikat, sosok wanita yang tangguh, manusia istimewa, dan yang lainnya. Tidak perduli akan perbedaan makna tersebut, yang tidak bisa kita pungkiri dan bisa kita sepakati bahwa ibu adalah seorang yang paling sempurna, paling berjasa, dan paling berarti bagi kita semua. Tanpa adanya ibu kita takkan ada di dunia ini, tanpa adanya ibu, kita ini siapa? mau jadi apa?

Ibu, bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku hanya dalam goresan diksi penuh emosi. Sedang tak ada kata yang sebanding untuk mendeskripsikan betapa sangat berharganya engkau bagi kehidupanku. Engkau lebih dari sekedar anugrah yang telah Tuhan berikan untuk menuntunku menjalani kehidupan yang fana ini. Detik-detik jam berlalu, diksi yang kian mulai membisu. Aku yang kini sudah beranjak dewasa, merindukan cinta kasih belaianmu ibu. Aku yang tak lagi disuapi makan olehmu, aku yang tak lagi menangis bila keinginanku tak terpenuhi, aku yang tak lagi diantar jemput ketika sekolah. Kini aku sudah menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan penyemangat berkat didikan terbaik yang engkau berikan. Aku menjadi manusia melankolis ini untuk meniti cerita-cerita yang bisa aku sampaikan kepada orang lain, agar mereka mengetahui bahwa ibu adalah sosok malaikat tanpa sayap yang senantiasa menjaga kita dimanapun berada. Dalam keadaan seburuk mungkin, siapa lagi kalau bukan ibu tempat kita berpulang. Saat dunia tidak berpihak pada kita, ibu akan selalu berada di garda terdepan untuk membela kita. Namun, saat kita berjaya sering kali kita melupakannya, tetapi ibu akan selalu berada di samping kita menjadi tempat sandaran yang terbuka saat kita berada dalam keadaan apa pun.

Ibu, maafkan diri ini yang sering kali menggores hatimu dengan perbuatan dan perkataan yang kurang mengenakkan. Bukan maksud hati untuk melukai, bahkan tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak diri ini untuk tega membuatmu merasa sakit hati. Maafkan anakmu ini yang belum bisa menjadi seperti yang kau inginkan, belum bisa membahagiakanmu, belum bisa menjadi manusia berguna, dan belum bisa mengangkat derajat keluarga. Bimbinglah aku menjadi manusia yang berarti, sedewasa apa pun aku, aku tetaplah seperti bayi kecil untukmu. Aku berharap esok hari nanti bisa membahagiakanmu, entah bagaimanapun caranya aku akan mengusahakan segalanya dengan berbagai cara.

Suatu saat nanti anakmu ini akan mempersembahkan kebahagiaan, meski memang takkan sebanding dengan semua jasa-jasa yang telah engkau berikan padaku. Namun, semua hal yang akan membuatmu bahagia akan aku usahakan, makanan yang ingin kau cicipi akan ku beri, baju yang ingin kau pakai akan ku beli, tempat yang kau ingin datangi akan kita kunjungi. Tidak akan ada yang lebih menyemangatkan dan menghangatkan tubuh selain melihat senyum dan tawamu, ibu. Aku berharap bisa selalu mengukir senyum indah dari bibirmu, aku akan selalu mendo‘akanku agar senantiasa sehat dan diberi panjang umur supaya engkau bisa melihat kejayaan dan kesuksesan anakmu kelak, ibu. Tanpa engkau, segala kesuksesan yang aku punya tak ada artinya. Aku menyayangimu selamanya, tanpa ada tapi dan jangka waktunya. Terima kasih ibu.