nabila aliyah zahira putri

saya siswa kelas 6 SDN Sumur Batu 01 pagi...

Selengkapnya
Navigasi Web

senja di tepi sungai

Senja di Tepi Sungai

Mentari senja mulai meredup, memancarkan semburat jingga di langit barat. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang mulai mengering. Di tepi sungai yang dulu jernih, seorang gadis kecil bernama Sari duduk termenung. Matanya menatap nanar ke arah sungai yang kini dipenuhi sampah plastik dan limbah rumah tangga.

Dulu, sungai ini adalah tempat bermain favorit Sari dan teman-temannya. Mereka sering berenang, mencari ikan kecil, dan bermain air sepuasnya. Kini, sungai itu telah berubah menjadi tempat pembuangan sampah yang menjijikkan. Ikan-ikan kecil yang dulu berenang riang telah menghilang, digantikan oleh tumpukan sampah yang mengapung.

Sari masih ingat betul, beberapa tahun lalu, sungai ini begitu indah. Airnya jernih, bebatuan di dasarnya terlihat jelas, dan pepohonan rindang di tepiannya memberikan keteduhan. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan semakin memudar. Sampah-sampah mulai dibuang sembarangan, limbah rumah tangga dibuang tanpa diolah, dan pepohonan ditebang tanpa reboisasi.

Perlahan, sungai itu mulai tercemar. Airnya berubah warna menjadi cokelat keruh, bau busuk mulai tercium, dan ikan-ikan mulai mati. Sari dan teman-temannya tak lagi berani bermain di sungai itu. Mereka kehilangan tempat bermain yang dulu sangat mereka cintai.

Kesedihan Sari semakin bertambah ketika ia melihat seekor burung bangau yang berusaha mencari makan di antara tumpukan sampah. Burung itu tampak kurus dan lemah, mungkin karena kesulitan mencari makanan yang bersih. Sari ingin sekali membantu burung itu, tapi ia tak tahu bagaimana caranya.

Tiba-tiba, Sari mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia menoleh dan melihat seorang kakek tua berjalan ke arahnya. Kakek itu duduk di samping Sari dan menatap sungai dengan tatapan sendu.

"Sungai ini dulu sangat indah, Nak," kata kakek itu dengan suara parau. "Tapi lihatlah sekarang, betapa memprihatinkannya."

Sari mengangguk pelan. Ia tahu, kakek itu pasti merasakan kesedihan yang sama dengannya.

"Manusia terlalu serakah, Nak," lanjut kakek itu. "Mereka hanya memikirkan keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Mereka merusak alam demi kepentingan pribadi, tanpa peduli dengan generasi mendatang."

Sari terdiam. Ia merenungkan kata-kata kakek itu. Benar, manusia terlalu serakah. Mereka merusak alam demi kepentingan pribadi, tanpa memikirkan dampaknya bagi lingkungan dan generasi mendatang.

"Tapi, apakah masih ada harapan, Kek?" tanya Sari dengan suara lirih.

Kakek itu tersenyum tipis. "Selalu ada harapan, Nak. Selama masih ada manusia yang peduli dengan lingkungan, selama masih ada manusia yang mau bertindak, maka harapan itu akan selalu ada."

Sari menatap kakek itu dengan tatapan penuh harap. Ia ingin menjadi salah satu dari manusia yang peduli itu. Ia ingin ikut serta dalam upaya menjaga dan melestarikan lingkungan.

"Apa yang bisa aku lakukan, Kek?" tanya Sari.

Kakek itu menepuk pundak Sari dengan lembut. "Mulai dari hal-hal kecil, Nak. Buang sampah pada tempatnya, kurangi penggunaan plastik, tanam pohon, dan ajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jika kita semua bersatu, maka kita bisa mengembalikan keindahan sungai ini."

Sari mengangguk mantap. Ia berjanji dalam hati untuk melakukan apa yang bisa ia lakukan untuk menjaga lingkungan. Ia ingin sungai ini kembali jernih, ia ingin burung-burung bangau kembali sehat, dan ia ingin generasi mendatang bisa menikmati keindahan alam seperti yang pernah ia rasakan.

Mentari senja telah tenggelam, digantikan oleh cahaya rembulan yang redup. Sari berdiri dan berjalan pulang dengan hati yang penuh semangat. Ia tahu, perjalanan ini tidak akan mudah, tapi ia yakin, dengan tekad dan kerja keras, ia bisa

membuat perubahan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post