Jerih Keringat Sang Guru

Siapakah guru itu? dia adalah pahlawan yang berjuang tanpa tanda jasa. Seorang manusia bagaikan jelmaan malaikat tanpa sayap. Memperjuangkan pendidikan demi siswa-siswinya agar menjadi pribadi yang pandai dan berbudi luhur. Tanpa jasanya, kita tidak akan bisa menjadi seperti saat ini. Terutama guru yang mengajari kita baca tulis dan cara mengaji. Andai saja kita tidak bisa membaca, maka akan banyak hal yang tidak kita ketahui tentang dunia. Sama halnya dengan mengaji, sebagai seorang muslim tentunya harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Hal itulah yang membuat kita harus menghormati seorang guru sekaligus memuliakannya.

Sepenggal kisah seorang guru, saat rela menempuh perjalanan ke sekolah saat dini hari agar tidak terlambat. Kondisi tersebut disebabkan oleh jarak rumah ke sekolah tergolong jauh sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menempuh perjalanannya. Namun, perjuangannya tersebut terkadang mendapat balasan yang kurang pantas. Saat menyampaikan materi pembelajaran, justru ada siswa yang kurang mengindahkan guru sehingga mereka menyibukkan diri dengan mengobrol atau bercanda dengan temannya, tentunya dengan topik yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran. Meski Sang guru mengetahui apa yang mereka lakukan, dia tetap semangat menyampaikan pelajaran agar siswa-siswanya kelak menjadi orang bermanfaat bagi sesama. Walau pun dia terkadang harus menjelaskan ulang pelajaran yang disampaikan.

Sebagian guru, ada yang membiarkan siswa-siswanya tertidur di kelas pada saat jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena Sang guru memahami bahwa para siswa kelelahan menuntut ilmu dari pagi hingga mendekati sore hari. Ketika diadakan Penilaian Harian (PH) dengan tujuan mengukur tingkat pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan, akan menjadi suatu kebanggaan apabila siswa-siswinya mendapatkan nilai yang bagus karena hal tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswinya paham tentang materi yang telah disampaikan oleh Sang guru.

Namun, akan menjadi kesedihan tersendiri apabila siswa-siswinya mendapat nilai yang belum memuaskan karena menandakan tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga Sang guru harus memutar otak agar anak didiknya dapat memahami materi dengan baik.

Beragam cara mereka lakukan untuk memahamkan siswa-siswinya. Salah satunya dengan memanggil satu persatu anak yang mendapat nilai rendah dan mengajarinya secara empat mata hingga para siswa memahami materi tersebut dan tersimpan dalam long term memory. Tak lupa pada setiap jam pelajaran, para guru membakar motivasi agar siswa-siswinya tetap semangat meraih cita-cita yang telah mereka asakan.

Beberapa siswa mulai kehilangan semangat meraih cita-cita karena terlalu lama berada di zona aman (pembelajaran jarak jauh). Salah satu penyebab kondisi tersebut adalah kenyamanan saat masih tinggal bersama orang tua, keberadaan fasilitas yang lengkap dan semua masalah diselesaikan oleh orang tua. Mereka tidak mau tahu bagaimana cara bertahan hidup sampai mereka melupakan bahwa hidup itu penuh perjuangan dan tantangan yang harus dilalui dan diraih.

Semua menjadi berbeda, saat para siswa harus jauh dari orang tua. Mereka dituntut mandiri dan mampu menyelesaikan persoalan hidupnya. Di sinilah para siswa diajarkan tangguh mengarungi kehidupan. Semua nasihat guru dan orang tua akan mereka lakukan di saat seperti itu. Mereka pun merasakan makna pengorbanan seorang guru demi memperjuangkan kesuksesan para siswanya.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memuliakan dan menghormati guru. Jangan sampai kita menyakiti hati guru yang akan menyebabkan ilmu yang kita peroleh tidak mendapatkan barokah. Mari kita doakan mereka agar berlimpah pahala sebagai bekal di akhirat kelak.