Muhammad Rizky Ramadhan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Langkah Kecil Menuju Mimpi Besar

Langkah Kecil Menuju Mimpi Besar

Hari ini, Rabu, 16 April 2025. Langit tampak biasa saja, tapi hati kami tak begitu.

Di ruang kelas yang sebentar lagi hanya akan menjadi kenangan, kami diberi tugas oleh guru Bahasa Indonesia: membaca dan mendeskripsikan Bab 6, halaman 156 dan seterusnya. Materi tentang masa depan dan perencanaan setelah lulus dari SMP. Materi yang terasa seperti cermin—memaksa kami menatap bayangan diri sendiri di masa depan yang belum tentu jelas bentuknya.

 

Tiga tahun telah berlalu begitu cepat.

Dari langkah pertama di gerbang sekolah, hingga kini berdiri di ambang kelulusan. Rasanya baru kemarin aku belajar mengeja makna persahabatan dan tanggung jawab, kini sudah waktunya berpikir tentang langkah besar berikutnya. Tentang arah hidup, tentang mimpi yang tak boleh padam.

 

Aku pun telah menyusun rencana, bukan sekadar untuk memenuhi tugas sekolah, tapi sebagai kompas untuk diriku sendiri. Sebuah pijakan agar aku tak terjatuh saat jalan di depan mulai menanjak.

 

Setelah SMP, aku ingin melanjutkan ke SMK 58 Jakarta.

Ada jurusan yang sejak lama diam-diam memikatku—Desain Komunikasi Visual. Aku ingin belajar bagaimana bentuk dan warna bisa menjadi bahasa yang menggugah.

Bagaimana imajinasi bisa bertemu pesan, dan menyapa dunia lewat karya. Katanya jurusan itu melelahkan—tapi mungkin lelah itu tak terasa, jika yang dilakukan berasal dari hati.

 

Dan bila Tuhan mengizinkan, aku ingin melangkah lebih jauh.Kuliah di Bandung, di tempat yang hanya bisa kulihat dari foto-foto dan cerita orang-orang hebat: Institut Teknologi Bandung, Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Sungguh, itu impian yang besar, bahkan mungkin terdengar mustahil.Tapi aku percaya pada kutipan yang kutemukan di dunia maya, yang sampai sekarang kujadikan pegangan:

“Sesuatu yang terlihat mustahil, jika dikerjakan dan diusahakan, akan nampak tidak mustahil.”

Karenanya, sekarang tugasku adalah belajar lebih giat, memperbaiki nilai, dan tetap menjaga semangat.

 

Namun tak bisa kupungkiri, ada rasa was-was dalam dada. Sistem pendidikan di negeri ini seringkali berubah lebih cepat dari kesiapan kami.

Kadang terasa seperti eksperimen tak berujung, di mana kami—murid-murid ini—jadi kelinci percobaan. Jika benar, kelak aku akan belajar di bawah kurikulum baru lagi, maka lengkap sudah.

Tiga jenjang pendidikan, tiga kurikulum berbeda.

Kadang aku bertanya, untuk siapa sebenarnya semua perubahan ini?

Apakah untuk kami? Ataukah untuk mereka yang ingin meninggalkan jejak jabatan?

 

Pikiran tentang masa depan itu melelahkan. Bukan karena aku takut bermimpi, tapi karena banyak hal yang di luar kendaliku. Namun begitulah hidup. Tak semua bisa direncanakan, tak semua bisa berjalan sesuai keinginan.

Tapi aku percaya, selama aku terus berjalan, harapan akan tetap hidup.

 

Dan di tengah keraguan itu, aku tetap menulis rencana ini. Agar suatu hari nanti, aku bisa melihat ke belakang dan berkata,

“Aku pernah takut. Tapi aku juga pernah berani bermimpi.”

 

Semoga semua berjalan baik.

Semoga yang kutulis hari ini bukan sekadar angan, tapi awal dari kenyataan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post