Kelvin Mubarok

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mereka yang Meninggalkan Ku ( Bulu yang Merantau)

Mereka yang Meninggalkan Ku ( Bulu yang Merantau)

”MEREKA YANG MENINGGALKAN KU”

“Mamah....Rasyid pulang....” Ucapku membuka pintu rumah yang tertutup rapat tanpa di kunci, akupun langsung masuk dan duduk di sebuah sofa yang telah menyambutku di rumah ini dengan ramah. Sebuah hening yang menggema di telinga ku kini menjelma menjadi sesuatu yang membosankan, ditambah pikiranku yang masih lelah karna banyak ilmu yang kian masuk ke kepalaku saat diriku berada di sekolah. Kini aku mencoba menghangatkan suasa dengan memutar lagu yang telah aku putar dari ponselku ini.

Aku yang duduk kini berdiri untuk mengambil air minum dari sebuah lemari Es yang berada di dapur. Sebuah kesegaran yang telah ku buka dari lemari Es meniup-niup ke seluruh badanku membuat pikiranku kini menjadi dingin dan sangat ringan untuk memikirkan sesuatu yang positif. “Akh.....” ucapku setelah meminum air Es yang berada di sebuah kulkas dengan perlahan. Sepasang kaki sekarang melangkahkan diriku menuju kamar untuk mengganti pakaian dan langsung beristirahat diatas sebuah ranjang yang diatas nya telah disiapkan sebuah kasur yang empuk dan nyaman , ditambah AC yang sedari tadi menyala sebelum aku melangkahkan kakiku ke kamar untuk beristirahat.

Lagi-lagi sebuah kebosanan menghantui ku dengan perlahan dan membuatku ingin bermain ke luar dengan jiwa-jiwa yang dilanda kebahagiaan, tapi aku takut sebuah ancaman datang kerumah ku tanpa diundang dengan senang. Akupun yang kini dikerumuni kebosanan kembali keruang tamu untuk menyalakan Televisi dan bersantai bersama acara Televisi yang dihadirkan untuk memeluk sebuah kebosanan dan mengubahnya dengan kegembiraan .

Tanganku menekan sebuah tombol remote yang telah kuambil dari meja yang berada disamping sofa empuk yang ku gunakan. Senyuman kecilku mengawali kecerian kecil yang ku dapati dari seputar acara yang sedang ku nikmati. “Ayah yang salah...!!!!!” sebuah teriakan seseorang membuatku terkejut dari ketenangan yang sedang ku hidangkan dari acara televisi di depan. Aku langsung mengecilkan Volume pada Televisiku ini dan mencari dimana sumber suara itu terjadi. Aku berdiri dan berjalan dengan perlahan mencari asal suara itu terjadi, dengan memasang baik-baik telingaku dengan detail. Akupun mula-mula menuju dapur mengecek takut suara itu berasal dari situ dan aku berjalan menuju taman yang berada di belakang rumahku, saat aku sesampai disana lagi-lagi aku tak menemukan sumber suarannya. Setetes keringatpun jatuh dari kepalaku, aku yang lelah belum menyerah mencari sumber suara itu terjdi, aku yang tadi berada ditaman langsung kembali masuk ke ruang tamu lagi, langkah ku sekarang menjadi gemetar karna takut hal yang tak diinginkan terjadi pada ku. Aku langsung mematikan Televisi dan mengunci pintu dengan gembok besi yang telah berada di dekat balkon jendela dekat pintu. Aku langsung menuju ke kamarku untuk diam dan bermain dengan HandPhoneku, setelah aku mau memasuki kamar ku, aku mendengar suara dari kamar orang tuaku tanpa sengaja dan karna rasa penasaran yang sangat panas aku mendengarkan dari depan pintu yang sedang ditutup dan menemelkan telingaku di depan pintu itu untuk mendapatkan suara yang lebih jelas. Kini suara itu makin jelas dan lantang setelah ku menempelkan telingaku di depan pintu. “ Kalo ayah begini terus ibu gak kuat...!!! dan mau kita cerai titik sekarang juga... !!!!” teriakan dan suara tangisan ibu kepada ayah terdengar olehku dan membuatku meneteskan air mata ke lantai lalu aku langsung melangkah pergi menuju kamar dengan tangisan yang tertahan oleh pikiran. Kini aku menangis histeris dibawah selimut tebal yang ku gunakan dan menutupi seluruh area tubuhku yang tak ingin di ganggu oleh siapapun.

”Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuaku sampai mereka bertengkar seperti itu, aku rasa mereka selalu akrab dimanapun dan kapanpun kondisinya. Aku tak mau yang kutakutkan terjadi pada diriku sendiri.” Ucapku lirih dengan air mata yang masih tersisa dalam mataku ini. Takutku sekarang menjelma menjadi nyata, pertengkaran keluarga itulah yang ku takutkan dikeluarga ini, ya karna kalau mereka berpisah aku akan jauh salah satu dari mereka dan aku harus memilih mau ikut kepada siapa? Ayah atau ibu?. Kini sebuah keputusan yang sangat rumit terngiang ditelingaku, aku tak tau harus berbuat apa kepada mereka agar sesuatu yang tidak di inginkan terjadi padaku.

“PLAKKK..!!!” suara tamparan keras membuat jantungku berdebar cepat dan membuatku berkeringat dingin, aku langsung bangun dari kasur ku dan berlari menuju kamar orang tuaku dengan cepat. “ Udahh...!!!! jangan sakitin mamah ayah..!!!” aku berteriak kepada ayahku dan melihat ibuku yang sedang menangis ditambah bekas tamparan yang merah dipipinya. “Mamah...jangan nangis Rasyid sayang mamah,gak mau mamah kenapa-napa..” air mataku kini keluar dengan kencang dan tak bisa ku kendalikan dengan pikiran. “Ayah kenapa sihh..nyakitin mamah?? Salah mamah apa??!! Gak nyangka Rasyid liat ayah kaya gini, yang Rasyid tau ayah itu selalu ada dan setia dimana mamah sedih, termasuk kepada Rasyid. Ayah kan yang ngajarin Rasyid gak boleh suka nyakitin orang tanpa alasan, dan ayah juga pernah bilang kalau Rasyid gak boleh buat mamah sedih, apalagi menangis. Mana Yah...mana!! ucapan ayah yang pernah diucapkan kepada Rasyid waktu itu....mana??!!! Yah...!! Mamah itu sayang sama Ayah dan Mamah itu istri nya Ayah,Ibunya Rasyid,kalau Ayah gak mau buat Rasyid sedih kenapa Ayah buat mamah menangis, sedangkan Rasyid sayang sama Mamah gak mau Mamah kenapa-napa...” Suara kecilku membentak ayah berharap ayah meminta maaf kepada mamah termasuk aku. Kini ayahku yang sedari tadi memegang kepalanya karna merasa bersalah kian melangkah menjauh dari tempatnya dan pergi ke kamar Mandi.

“Udah mah...jangan menangis lagi ada Rasyid kok yang nemenin mamah” ucapku sambil mengambil tisu dari meja yang berada disamping untuk ku berikan kepada Ibu agar dia mengusap air mata nya yang tersisa dengan tisu itu. “Makasih ya Rasyid, Ibu bangga punya anak kaya kamu. Kamu harus bisa jadi yang Terbaik diantara yang terbaik, jangan mencontohi sikap Ayahmu tadi ya Nak. Udah yang tadi jangan lagi dipikirin, kita makan siang dulu yuk kamu pasti laparkan.” Ucap Ibuku sembari mengelus kepalaku dengan pelan ditambah senyuman manis nya yang membuatku membalikan senyuman itu dengan ringan.

Aku duduk disebuah bangku yang telah Ibu siapkan untukku dimeja makan dan Ibu memasak sesuatu entah itu apa tapi yang pasti aromanya wangi akan rempah-rempah yang telah ia olah sedemikian rupa. Aromanya kini menyebar sampai ke lubang hidungku yang sedang menikmati udara segar. Seekor kupu-kupu terbang mendekatiku dan singgah disebuah pot yang berisi bunga matahari didepanku. Tanganku mulai mendekati kupu-kupu tersebut untukku tangkap, saat tangan ku mendekati kupu-kupu itu tiba-tiba kupu-kupu itu terbang menjauh dari bunga yang tadi dia singgahi itu dan keluar dari ruangan tempatku makan, seolah dia takut akan bahaya yang mengancamnya karna banyak orang yang selalu menangkap nya dengan cara yang salah, yang membuat sayap nya rusak dan tak bisa lagi terbang melayang dengan bebas diudara. Mungkin karna itu mereka selalu kabur ketika sepasang tangan mendekatinya. Aku yang tadi melihat tingkah laku kupu-kupu tersebut langsung mencerna dengan sebuah pemikiran yang sangat tajam dan langsung melihat ke arah Ibu. Jika kupu-kupu yang tidak sempurna pola fikir nya menjauh dari manusia karna trauma akan sebuah kelakuan yang tak sepantasnya diberikan, lalu bagaimana manusia yang punya pola fikir sempurna lalu disakiti, apakah mereka menjauh?.... bisa jadi tak ingin bertemu selama-lamanya ataukah takut. Jujur saja aku takut peristiwa itu menghantui apalagi terjadi.

“ Taraa....!!! sudah siap makanannya, ini ibu masak spesial untuk anakku tersayang Rasyid...” Ibupun datang dan memberikan ucapan surprise padaku. Akupun yang sedang berimajinasi dan mencerna pemikiran tadi kini tersadarkan oleh suara Ibu yang kini kian menggema dikepalaku dan langsung melihat Ibu yang telah menyiapkan beberapa hidangan diatas meja makan. “ Wahhh..enak banget nih kayak nya masakan mamah...” ucapku sambil tersenyum lebar kepada ibuku,dan ibuku langsung membalikan senyuman itu kepadaku dengan senyuman nya yang begitu manis.

“Mamah....Rasyid udah bangun” sebuah teriakan kecil mengawali bangunku dari istirahat yang cukup lama saat dimalam hari. Matahari telah menyambutku lebih awal, aku yang baru bangun pelan-pelan meregangkan badanku seperti biasanya. Sorotan SunRise membuat mataku menjadi segar akan rasa ngantuk yang masih terasa. Aku langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajah ku dengan air. Kurasakan air yang sangat dingin menyentuh kulit hangatku dan aku langsung membasuh wajahku dengan air lalu mencuci nya dengan FaceWash yang berada di samping kaca dan beberapa sabun dan shampoo yang menemaninya. Kutatap kaca dan menatap wajahku dengan detail dan menarik nafas dalam-dalam dan menutup mataku sambil berdo’a untuk kebaikan hari ini.

*****

“Ayah....mau kemana kok masukin baju ke kopernya banyak??” Ucap ku bingung karena sudah keluar dari kamar mandi dan menuju ke kamar Ayah dan Ibu.”Enggak nak.....Ayah mau ke luar kota dulu buat menafkahi keluarga kita, jaga mamah baik-baik yah...jangan buat mamah sedih dan marah lagi apalagi nangis. Ayah minta maaf gara-gara kemaren kamu jadi sedih dan nangis, Ayah gak bermagsud buat bikin kamu nangis, ini urusan orang tua, kamu kan masih kecil belum waktunya mengetahui dan itu juga adalah aib. Kita sebagai manusia yang sempurna gak boleh mengetahui aib seseorang tanpa ada ridha dari nya sekalipun itu mendengar. Yah nak, gaja diri kamu baik-baik jangan bandel dan harus nurut kepada mamah kamu.Ini ayah ada uang buat kamu,kamu pergunakan dengan benar yah jangan boros oke....belajar yang rajin.Yaudah ayah pamit berangkat dulu yah... Pesan ayah satu buat kamu jangan menjadi orang yang selalu tidak diridhai....” sebuah permintaan maaf dan nasehat-nasehat kecil ayah berikan kepada ku. Ayahku yang meneteskan air mata lalu mencium keningku mengingatkanku tentang masalalu yang pernah aku alami dengan ayah yaitu saat bermain,bercanda-tawa,dan yang paling tak ingin dilupakan saat aku menangis dan ayahpun ada disampingku dan mengajaku berbicara sampai aku melepaskan tawa yang membuat air mata sedihku berubah menjadi air mata kebahagian yang sangat diharapkan. Akupun mencium tangan ayah dan tak bisa berkata apa-apa karna banyak kata yang kaku untuk kukeluarkan dengan lepas. Kini ayahpun perlahan melangkah menjauh meninggalkan kenangan-kenangan keluarga yang telah diukir diingatannya. Aku hanya bisa menatapnya dari belakang dan meneteskan air mata, dan kini air mata itu membasahi sebagian bajuku. Ternyata tangisanku membawaku berlari menuju ayah dan langsung memeluknya dengan rasa sedih yang telah meledak dan tak bisa lagi tertangani dengan pikiran Positif. “Ayah....jangan pergi!! Rasyid masih sayang sama ayah...gak mau ayah jauh dari Rasyid...”

Ucapku sembari menangis histeris dengan hebatnya. “Hhmmm.... iya Nak, ayah juga tau tapi ayah harus keluar kota untuk menafkahi keluarga kita. Ayah pasti akan kembali kesini lagi....” jawab ayahku yang kini berkaca-kaca dimatanya. Dan ayahku langsung memasuki Mobil untuk segera berangkat, aku yang hanya menangis dan menatap ayah dari belakang. Kini aku kembali masuk kedalam rumah dengan semua kesedihan yang menyelimuti .

Ibukupun datang dengan membawa sejuta hiburan dan ide Brillian “Rasyid...ayo kesini ibu ada Surprise buat kamu nak...” panggilan ibu membuatku mendatangi seorang diri dan langsung memeluknya karna peristiwa tadi. “Udah....jangan nangis lagi, kapan-kapan ayah kesini kok...” Ucap ibuku sambil mengusap air mataku yang kian bertambah. Akupun langsung diajak Ibu untuk pergi ke Taman bunga untuk melepas semua kerinduan dan kesedihan yang sedang menyelimutiku dengan erat.

Pagipun menyapa dengan ramah dan ditambah Semburat SunRise yang menyoroti ke arah jendela kamarku dan membuatku bangun dengan keadaan mata yang masih merah dan sedikit lelah. Suara langkah kaki kian terdengar mendekatku dari kejauhan. “Rasyid, bangun yuk..udah pagi nih, kan kamu mau sekolah. Sekarangkan hari Senin,kan kamu juga upacara.” Ucap Ibuku yang langsung mencium keningku dan langsung menyimpan makanan diatas meja dekat kasur. Akupun kini bangun dari tempatku istirahat dan langsung sarapan terlebih dahulu yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Ibuku. “Makasih Bu...udah nganterin sarapan buat Rasyid. Ohh iya lupa, kemaren Rasyid dipanggil sama Bu Indah untuk kedepan buat ngerjain jawaban Matematika yang telah ditulis di Board, dan Rasyid menulis jawabannya dengan benar dan dikasih nilai harian seratus...” ucapku kepada Mamah yang sedari tadi menatapku. “Wahhh...keren anak mamah, Mamah kasih hadiah mau gak kamu?” ucap Ibuku yang tersenyum manis itu. “ Pastilah Mah,mau banget banget bangetttt...” balasku kepada Ibu dengan rasa yang sedang dilanda gembira. “Yaudah,nanti abis Rasyid pulang sekolah...Mamah akan berikan kepada Rasyid oke..” ujar ibuku sambil tersenyum. “ Siap Mamahku tersayang....” Teriakku dengan bahagia dan langsung berlari menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh yang lelah ini.

“Assalamu’alaikum mamah.....” Salamku mengawali hadirku dirumah. Aku yang sudah pulang sekolah masih dipenuhi dengan kelelahan yang singgah ditubuh ini. Aku lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum didalam lemari es yang sebelumnya membuka dan menaruh sepasang sepatu kecil ku ketempat ranjang yang berada di samping pintu. Kini sebuah keheningan mendekatiku dengan perlahan dan ditambah suara pohon yang tertiup angin menjadikan sebuah keheningan menjadi sebuah refreshing yang sangat tenang, dan aku yang tadinya melangkah ke dapur langsung duduk sejenak menikmati keheningan dengan berdua bersama ketenangan.

Grrtt...grrtt. getaran HandPhone terdengar dari sebuah tas gendong mungil yang ku kenakan, aku langsung mengangkat panggilan tersebut dengan cepat, barangkali ada yang penting. “Hallo...ini siapa?” ucapku penasaran kepada seseorang yang telah menelponku tadi. “Rasyid....ini Mamah nak, Rasyid taukan rumah Paman yang dekat perumahan taman bunga, soalnya Mamah sedang ada disini, Mamah lupa beritahu kamu sebelum pulang sekolah lewat telpon.” Ternyata itu adalah Ibuku yang tadi menelpon lalu ibu berkata bahwa ia berada dirumah paman.” Ohh....Mamah, Rasyid tahu mah rumahnya paman, tapi Rasyid gak berani kalau Mamah suruh Rasyid untuk pergi kesana sendirian, takut mah....” ujarku kepada Ibu sambil berharap ada orang yang datang untuk menjemputku dan membawa kerumah Pamanku. “Hhmmm....yaudah, Mamah minta paman buat jemput kamu dirumah yah, kamu tunggu aja disana jangan kemana-mana.” Balas Ibu dengan nada ramah.” Iya Mah.....Rasyid tunggu dirumah sekarang.” Aku langsung membalas nya dengan cepat dan mamatikan HandPhoneku dengan perlahan.

Kini aku yang tengah berada didapur langsung menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Aku langsung mengambil sebuah remote untuk menyalakan Televisi dan menonton sebuah acara yang dipersembahkan untuk memeluk.

“ Tok...tok...tok” suara ketukan pintu membuatku kaget dan langsung melihat kearah jendela dekat pintu tersebut. “Ohh....paman.” ucapku kaget karna yang tadi mengetuk pintu itu adalah paman, akupun langsung membuka gembok pintu yang masih dikunci tersebut lalu membuka pintu dan mempersilahkan paman untuk masuk. Aku yang menyambut paman langsung bersaliman dan tersenyum lebar dengan senang atas kehadirannya itu. “Rasyid, ayo kita berangkat sekarang soalnya Mamah udah menunggu kamu di rumah Paman.” Ucap Pamanku sambil membalikan senyum nya itu dan mengelus kepalaku dengan pelan.”Iya paman siap, Rasyid ganti pakaian dulu yah...” jawabku sambil berlari menuju kamarku dan langsung mengganti pakaianku dengan kaos panjang dan celana pendek khas bermain anak-anak pada umumnya. Akupun langsung berlari lagi menuju kearah paman untuk langsung pergi kerumahnya dan menemui Ibu disana. “ Wihh....keren banget pakaian kamu Rasyid...hebat-hebat” ucap pamanku yang langsung menembak dengan pujian itu. “ Hehehe...iyalah paman kan Rasyid mau ketemu Mamah” jawabku sambil memainkan jari telunjukku berarahan dengan pelan. “Hmm...yaudah yuk kita berangakat.” Ucap pamanku “ Ayo..!!” jawabku teriak sambil gembira karna akan bertemu dengan Ibu. Aku langsung naik motor yang dibawa oleh Pamanku tadi saat kesini, dan kamipun langsung jalan menuju rumah paman di perumahan taman bunga.

“ Rasyid nyampe,tara..!!!” teriakanku mengawali kedatanganku dirumah Paman tersebut dan Ibu langsung melangkah maju menuju kearahku. “ Wahh....anak Mamah udah sampe rupanya, gimana tadi dirumah ada orang gak yang masuk? “ suara Ibu kini menyambutku dengan santai dan Ibu langsung bertanya kepadaku apakah dirumah ada orang yang masuk selain aku. “ Ada mah...” jawabku tersenyum “Hah...siapa yang masuk? Coba bilangin ke mamah” ibuku sontak menjawab pertanyaanku dengan heran karena aku yang tersenyum seperti tidak mengalami hal-hal yang negatif sekalipun dan langsung bertanya siapakah yang masuk kerumah itu selain aku. “ Paman mah, kan tadi mamah nyuruh paman jemput Rasyid kerumah, hehehe....” balasku ke Ibu dengan senyuman nakal yang sedikit menampakan gigi. “ Hhmm.....kamu yah Rasyid ada aja jawabannya, bikin mamah kaget aja.” Ibupun langsung menjawab dan tersenyum karna aku yang ditanya malah seperti bercanda, tapi aku menjawab benarkan?. “ Hehehe...maafin mah Rasyidkan masih kecil jadi belum tau apa-apa” aku langsung menjawab perkataan ibu dengan tersenyum jahil kepdanya dan langsung mendekatinya. “ Dasar anak mamah, paling pinter bencanda nya. “ Ibupun langsung memegang kepalaku dan mengelus-ngelus dengan perlahan.” Ngomong-ngomong kamu udah makan saing belum nak, kalo belum kita makan yuk.” ucap ibu kepadaku.” Belum mah, Rasyid belum makan siang. Kita makan aja yuk. Rasyid juga udah lapar nih.” Ucapku sambil tersenyum tipis. “ Yudah kita pergi kedapur yuk untuk makan, tadi mamah udah masakin makanan buat kamu.” Jawab Ibu dengan tenang. Dan kami langsung pergi menuju dapur untuk makan bersama yang lainnya.

Aku tak tau mengapa aku pergi kerumah paman dan disana ada ibuku yang telah datang lebih awal dariku dan sebelumnya tidak memberi tahuku bahwa dia disana, mungkin ia lupa karna semua kesibukan yang dikerjakan selama berada dirumah dengan sendiri.

Semenjak kepergian Ayah ke luar kota kini keluargaku terasa sangat berbeda, tak sama seperti pengalaman-pengalaman yang telah dialami diwaktu sebelumnya. Aku masih ingat saat Ayah berada disampingku saat aku ketiduran disebuah karpet yang berada diruang tamu saat aku menonton acara Televisi bersama Ayah. Aku tak tau kapan ayah akan datang kembali untuk menemuiku dan Ibu yang berada disini dua orang jiwa saja. Do’aku yang selalu dilangitkan kepada Tuhan tak pernah terlewatkan saat malam menjelang. Coretan kerinduan yang selalu kutuangkan dalam selembar kertas harian yang sering ku kerjakan.

Kini aku hanya bisa merindu mengingat masa lalu ayahku dan menikmati anganmu walau hanya didalam sebuah halusinasi yang baku. Terkadang air mataku terjun kedaratan mengingat masa-masa yang telah terlewatkan saat Aku, Ayah, Ibu masih dalam kebersamaan yang mendalam.

Aku yang selalu bertanya-tanya tentang kenapa sekarang Ibu singgah dirumah Paman dan keluarganya, serta mengajaku untuk menginap disana, dan kini rumah yang ku diami selama masih ada Ayah dikosongkan sementara, tanpa sepengetahuan dariku.

“ Rasyid...Ayo bangun udah pagi nih, kamu cepat mandi sana, terus sarapan Ibu udah nyiapin sarapan buat kamu dimeja makan.” Suara Ibu membangunkan diriku dari mimpi-mimpi halusinasi yang sedang ku alami.” Iya mah Rasyid bangun...” kini aku terbangun dengan rasa yang tak biasa aku alami sebelumnya pada saat dirumah.SunRise yang tak tampak pada pagi hari karena sebuah pohon besar menghalanginya.Jendela yang telah dibuka hordengnya dengan menyisi. Aku langsung melangkah kaki mencari tempat dimana aku harus mandi terlebih dahulu. Kamar mandi yang beda dan ruangan-ruangan yang tak sama percisnya dengan ruangan dirumahku yang berada di perumahan Mawar Merah itu.

“ Huh, dingin sekali rupanya airnya guys..” ucapku sendiri tanpa ada yang menemani terkecuali sabun, shampoo, dan sikat gigi. Aku yang sedang berada di kamar mandi dan sedang mengguyur seluruh badanku. kini aku kalah kedinginan dengan segayung Air dingin dipagi hari. Lagi-lagi sebuah ingatan menghantuiku secara perlahan saat aku tak melihat sebuah cermin dihadapanku. Aku yang selalu bercermin ketika menggosok gigi kini hanya dapat mengingat nya lewat sebuah keadaan yang berbeda. Aku langsung melanjutkan mandiku dan melupakan kenangan-kenangan bersama sebuah benda mati tapi menghidupkan ingatan. Dan yang selalu menemaniku saat di rumahku yang berada di perumahan Mawar Merah.

“ Mamah...baju Rasyid sekolah Rasyid mana?” ucapku bingung karna aku rasa semua bajuku berada dirumah ku yang disana. “ Ada kok Nak, itu disamping kasur kamu ada koper besar, disana baju-baju kamu.”ucap Ibu yang sedang membereskan kamar tempatku tidur tadi. “ Oh, iya mah..”jawabku tenang sambil tersenyum tanpa seorangpun melihat nya dariku. Aku masih heran kenapa semua baju-bajuku dimasukan kedalam sebuah koper besar dan dibawa kesini, tapi aku tetap menghiraukan takut diriku banyak pikiran.

Sepasang baju sragam Merah Putih yang ku kenakan membuatku siap untuk melangkah kesekolah untuk mencari segudang ilmu yang berkah. Akupun langsung mamakai sepatu yang telah disiapkan oleh Ibuku sejak tadi dengan sebuah senyuman kepercayaan.

“ Mamah....Rasyid mau berangkat sekolah” ucapku sambil memanggil Ibu yang masih berada dikamar untuk merapikan tempat tidurku tadi.” Iya Nak, tunggu Mamah segera kesana” jawab Ibuku dengan nada seperti yang sedang berbahagia akan anak nya yang bersemangat untuk mencari ilmu. Ibupun datang seperti membawa sejuta kebahagiaan yang mendalam. “ Rasyid, kamu dianterin sama Paman dulu yah. Nih uang jajan buat kamu 30.000 cukupkan, takut ada lagi keperluan kamu yang mendesak saat disekolah.” Iya mah, gapapa. Mah, do’ain Rasyid ya.... supaya dilancarkan dalam belajarnya. Kan kalau Rasyid lancar belajarnya bisa dapet nilai baik, kalau nilai Rasyid baik kan Mamah jadi bahagia.” Ucapku sambil tersenyum lebar dan meminta do’a kepada Ibu agak dilancarkan dalam belajar. “Iya Rasyid, Mamah selalu mendoakan kamu setiap saat kok.” Kini senyuman Ibu menjadi bukti bahwa do’a nya telah dilangitkan untukku.” Assalamu’alaikum Mah, Rasyid berangkat....” sebuah salampun ku ucapkan kepada Ibu dan dengan melambaikan tangan.“Wa’alaikumsalam Rasyid....hati-hati nak.” Balas ibu dengan meniru ku melambaikan tangan nya keatas

” Pagi anak-anak...apa kabarnya sehat?” Bu Indah mengawali belajarnya dengan menanyakan kabar kepada murid-murid. “ Sehat Bu...” serentak murid-murid menjawab kabar mereka yang telah ditanya oleh Bu Indah. Kamipun memulai pelajaran dengan diawali membaca do’a terlebih dahulu. Kini aku yang sedang duduk siap disebuah bangku kayu menatap tajam ilmu-ilmu yang sedang ditulis oleh guruku dan menghafalkannya berkali-kali agar saat waktu ditanya aku bisa menjawab dengan ringan dan mudah. Bu Indahpun membuat soal-soal untuk kami tulis dan jawab soal-soalnya dengan benar. Untung aku sudah menghafalkan materi-materi yang disampaikan oleh Bu Indah dan langsung menulis jawaban-jawaban nya pada sebuah buku yang telah kusiapkan dari tadi.

”Kring..kring..kring...” Suara bel menggema sampai ke beberapa kelas terdengar dan ditambah teriakan sukaria murid-murid karna waktu pulang telah datang. Akupun langsung merapikan buku-bukuku yang masih diluar untuk dimasukan kedalam tas gendong kecilku.

Mataku menyapu lingkungan sekolah yang sangat rapih dan bersih, tidak ada sampah yang berserakan sedikitpun ditambah pepohonan kecil yang melengkapi lingkungan ramah ini.

“ Paman, Rasyid udah pulang sekolah nih, Paman bisakan jemput Rasyid ke Sekolah” ucap ku setelah aku menyalakan ponselku dan langsung menelpon Paman. “ Iya Rasyid...ini Paman sedang dijalan kamu tunggu aja disana.” Jawab Paman dengan nada terburu-buru. “ Yaudah, Rasyid tunggu Paman yah..” Akupun langsung mematikan ponselku dan pergi kegerbang untuk menunggu paman sampai.

Sebuah kendaraan roda duapun terlihat dari kejauhan dan langsung menuju ke arahku bersinggah. “ Rasyid,ayo kita pulang....” Seseorangpun membuka Helm nya dan ternyata itu adalah Paman yang menggunakan Helm agar saat diperjalanan tak terjadi hal yang tak diinginkan. “ Oke siappp paman, Meluncurrrr....” ucapku sambil mau mengajak Paman bercanda dengan perkataanku ini. “ Hahaha....ayo ayo kita Meluncurrrr...” Pamanpun menjawab candaanku tadi dan kami langsung pergi menuju rumah untuk beristirahat dan makan siang.

Terik Matahari siang yang panas dan Polusi udara saat dijalan membuatku batuk dan sesak nafas kecil. Sesampai dirumah aku menyapa Ibu yang mungkin sedang berada di dalam rumah. “ Ibu Rasyid pulang...” dengan diawali senyuman seperti biasa. Aku yang dari tadi menunggu Ibu keluar rumah kini membuatku terdorong untuk memasuki rumah dan ingin bertemu Ibu. Kudapati rumah yang tiada siapa-siapa kecuali Bibiku seorang. “Bibi, Mamah kemana ya kok gak ada dirumah gak atau dirumah Rasyid yang di perumahan Mawar Merah?” ucapku terheran karna sedari tadi aku mencari Ibu tapi ku tak menemukannya dirumah ini. “ Ohh..Iya lupa,Rasyid..tadi Mamah kamu nitip surat buat kamu. Gak tau surat apa? Tapi pas Mamah kamu nitip ini Mamah kamu bawa koper besar dan keluar.....” belum juga Bibiku melanjutkan perkataan nya aku langsung berlari dan mengambil surat yang dititipkan Ibu kepada Bibi untukku dengan perlahan. “ Bi...emang mamah Rasyid kemana? Kok bawa koper banyak dan nitipin surat ke Bibi untuk Rasyid?” ucapku lirih dengan mata yang berkaca-kaca tanda siap meneteskan air mata. ” Bibi juga belum tau Rasyid, tapi Bibi disuruh buat kasih surat ini buat kamu aja.” Ucap Bibi yang yang agak bingung dan tersenyum tipis. Aku langsung membuka surat tersebut yang sudah dimasukan kedalam amplop putih dan membacanya dengan perlahan.

“ Anakku tersayang Rasyid, yang selalu mamah banggakan dan mamah harapkan. Mamah tidak tau harus berkata panjang lebar apa kepada mu nak.....Mamah harap kamu bisa betah dan senang bersama Paman dan Bibi kamu disana, karna mamah harus mencari uang buat menafkahi semua kebutuhan kamu. Anakku tersayang Rasyid....Maafkan Mamah bila Mamah tak memberitahu kamu waktu itu, Mamah cuma gak mau kamu menangis lagi. Mamah harap kamu bisa banggain Mamah sama Ayah walaupun kamu jauh dari kami berdua. Mamah percaya sama kamu nak.... kamu pasti bisa menjalani ini semua dengan ikhlas dan tulus. Bukan magsud mamah menelantarkan kamu disini, tapi mamah ingin kamu bisa menjadi anak yang mandiri dan dewasa walaupun kamu masih Sekolah Dasar. Anakku Rasyid.... mamah sangat bangga... sekali punya anak seperti kamu yang walaupun manja tapi kamu berprestasi dan selalu nurut pada Ayah dan Mamah. Mungkin suatu waktu Mamah akan main-main kesana untuk melihat kamu dengan pendewasaan yang sangat matang dan kemandirian yang telah siap untuk diamalkan dikehidupan sehari-hari.

Maafkan Mamah anakku, jika Mamah harus meninggalkanmu saat dini, terima kasih untukmu Nak... udah bisa bikin Ayah sama Mamah bangga dan bahagia dengan sikap dan perbuatanmu yang mulya. Mamah akan selalu mendoakan kamu dan mengingatmu dalam pikiran Mamah walaupun kamu jauh dari Mamah.”

SELAMAT BERJUANG ANAKKU....

Mamah ,18 juli 2010

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post