Ceriakan Ramadhan Tanpa Kufur Nikmat
Ramadhan, bulan yang Allah sediakan untuk ummat manusia yang menginginkan ampunan atas segala dosanya. Bulan penuh keberkahan dan kebahagiaan. Bulan yang selalu dirindukan kedatangannya dan selalu disambut meriah oleh siapapun yang dikehendaki untuk masuk ke dalamnya. Bahkan, orang non muslimpun ikut handil dalam memeriahkan kedatangan bulan ini. Bulan yang diturunkan Al-Qur’an di dalamnya. Semua begitu bahagia dan ceria menyambut bulan ini, dengan mengadakan tarhib Ramadhan misalnya. Tapi, semua itu berubah. Pengaruh globalisasi begitu kuat. Seakan-akan bulan ini sama saja seperti bulan yang lain dalam kalender hijriyah. Tak perlu disambut dengan suka cita. Betapa sedihnya aku, melihat anak muda yang lebih memeriahkan perayaan tahun baru masehi ketimbang menyambut bulan suci Ramadhan dan perayaan hari besar islam yang lain.
Cerita ceria di bulan Ramadhanpun mulai sedikit berubah sejak tahun lalu, saat dimana wabah korona mulai masuk ke Indonesia. Sedih rasanya, biasanya bulan Ramadhan adalah bulan bagi kita untuk kumpul bersama keluarga. Tapi, semua itu sirna. Semua harus tetap di rumah. Lockdown, tidak boleh membuat perkumpulan. Bahkan mudikpun dilarang demi mencegah penyebaran virus ini.
Ramadhanku juga berubah pada saat itu. Dari segi kualitas dan kuantitas ibadahku. Sangat menurun. Bagaimana tidak, di zaman serba teknologi ini semua pekerjaan sehari-hari kita tidak bisa jauh dari yang namanya teknologi juga, terutama gadget. Karena tak bisa mengontrol penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-harilah yang membuat Ramadhanku kebablasan. Walaupun puasanya tetap full 1 bulan. Tapikan, ibadah di bulan Ramadhankan bukan cuman puasa. Rugi rasanya kalau kita cuman ngandalin ibadah puasa. Padahal Allah udah memberikan kita peluang untuk beramal sebanyak-banyaknya dengan diberikannya pelipat gandaan pada setiap amal kebaikan. Itu kisah Ramadhanku selama covid melanda Negeri Ibu Periwi ini. Begitu berbeda dari Ramadhan-ramadhan sebelumnya yang pernah kujalani. Meski, aku bersekolah di sekolah yang basicnya islam. Yang namanya godaan, tetap godaan. Gak pandang bulu setan mah buat goda manusia. Betulkan?
Kisah haru Ramadhan tahun lalu yang terjadi padaku. Tapi, semua itu berubah tahun ini. Karena sekolahku yang kebetulan sekolah boarding telah memasukkan siswanya kembali ke sekolah. Terhitung sejak bulan September 2020, lalu mendapat jatah libur akhir tahun dan masuk lagi pada tanggal 16 Januari 2021 hingga saat ini, aku masih berada di sekolah. Menjalani Ramadhan selama 10 hari di sekolah.
Aku begitu bahagia, karena terakhir kali aku menyambut bulan Ramadhan bersama teman-temanku ialah 2 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2019. Namun, tahun ini kisah itu kembali lagi. Puasa bersama, buka puasa bersama, tukaran makanan bukaan dan momen kreasi sahur sih yang paling berkesan. Terlihat simpel tapi membahagiakan. Namun, aku seharusnya bersyukur bisa merasakan Ramadhan dengan tenang. Padahal, ada saudara kita yang ada di negeri terdampak konflik dan lain sebagainya. Mereka harus rela berpuasa dalam keadaan susah payah. Terkadang merekapun sulit mencari makanan sahur dan berbuka. Dan tak jarang pula diantara mereka yang sahurnya di dunia lalu berbuka di syurga, karena mereka wafat dalam keadaan jihad di jalan Allah.
Terkadang aku sadar, sebagai manusia terlalu sering kufur nikmat. Bersyukur bisa bertemu bulan Ramadhan. Eh, malah minta lebih. Buka puasa harus yang enak-enak. Sahur juga harus makan yang enak-enak, tanpa melihat kondisi saudara kita di negeri yang terdampak konflik. Rayakan Ramadhan dengan ceria oke sih, tapi jangan sampai kufur nikmat aja ya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar