Crow's Memoir Bab 1
Bab 1: Welcome to the good, old world
Ariel, 4 Maret 201x, 6:21 AM
“Hei, bangun,”
Seseorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Dia sendiri sudah sadar bahwa dirinya sudah bangun. Hanya saja, entah mengapa dia sama sekali tidak mempunyai motivasi bahkan untuk membuka mata.
“Ariel, bangun sekarang, atau akan kusobek buku ini,”
Mendadak dia langsung berdiri dan menyambar buku yang semalam belum selesai ia baca dari tangan orang yang hendak melakukan pembunuhan terhadap buku itu.
“Sudah kubilang jangan sentuh bukuku. Kalau tertarik baca, bilang aja,” gerutu Ariel sambil memastikan bahwa bukunya selamat tanpa cacat sedikitpun
Rio tertawa melihat reaksi Ariel, “Sepertinya cara tadi itu efektif untuk membangunkanmu, dan itu hanyalah sebuah buku. Reaksimu tadi berlebihan,” ledeknya. “Dan jangan lupa, kau bilang sendiri kalau kamu dan Clari akan pergi keluar. Yang lain juga sudah bangun, mereka sudah ke atas sekarang.”
“Kau saja yang tidak paham pentingnya buku. Iya iya, aku akan ke atas sekarang”
“Ok, aku mau tidur dulu,” Rio mulai rebahan dengan malas di sarangnya “Ah, hampir lupa,” Rio bangun dan berdiri, “Lapor, tadi malam berjalan dengan tenang tanpa insiden apapun, kapten. Laporan selesai”
Ariel menghela napas, “Sudah kubilang tidak perlu ada ‘kapten’. Kita sudah keluar dari militer,”
Tiba-tiba Rio mendapat ide, “Siap, kapten!”
Sebuah buku langsung melayang ke arah wajahnya.
“Yo, selamat pagi,” sapa Ariel saat sampai di permukaan tanah.
“Tumben kamu bangun pagi,” ledek Jordan.
Sudah ada Jordan, Clari, dan Ethan yang masih bersantai di ruang makan. Yah, mereka semua, kecuali dirinya dan Clari, memang sedang menganggur sehingga mereka tidak punya pilihan selain menatap tembok dengan bosan.
“Ok ok, maaf.” Ariel mengakui kesalahannya. Dia terlalu asyik membaca dan sama sekali tidak mempunyai niatan untuk membahas itu lebih jauh.
Sepertinya pagi ini menunya adalah sup tomat kaleng yang ditambah air lalu dipanaskan, pikirnya ketika melihat semangkuk besar sup tomat yg isinya tinggal sepertiga. Sepertiga? Ariel baru sadar kalau dia belum melihat Kei sama sekali. “Kei ada dimana?”
“Oh, dia ada di lantai atas seperti biasa. Katanya dia masih ingin melihat-lihat keadaan di luar” jawab Ethan.
“Begitu ya?” Ariel mengambil semangkuk sup tomat dan duduk di meja makan.
“Kita masih punya stok pangan yang cukup untuk 15 hari. Mungkin jauh lebih baik kita tidak keluar hari ini,” saran Clari.
“Ini sudah hari kelima sejak kita terakhir kali pergi keluar. Kita butuh informasi dari dunia luar juga. Seperti biasa, kita cuma barter dan bertukar informasi,” Ariel mencoba menyakinkan Clari. Dia sendiri sudah paham kalau keluar dari tempat persembunyian mereka itu cukup beresiko, tetapi mereka perlu mencari makanan dan informasi di dunia luar, terutama tentang pergerakan para pengejar mereka.
Ariel memakan sendok terakhir sup tomatnya. Tidak terlalu buruk tapi dia cukup merasa bosan dengan menunya. Ariel cukup yakin kalau dia bukan satu-satunya yang merasa seperti itu. Mungkin kita butuh menu lain, pikirnya.
“Aku akan mengecek Kei di atas. Jordan, tolong bongkar Sterling punyaku. Aku akan menjualnya ke Pak Daenzer”
“Uh, kau yakin?”
“Seorang anak dengan umur kisaran 14-16 membawa senjata dengan panjang 70cm akan menyumbang topik pembicaraan selama 2 minggu disini,”
“Bukan itu maksudku,”
Ariel terdiam. Dia sadar senjata itu adalah benda berharga miliknya. Akan tetapi, prioritas mereka sekarang adalah untuk bertahan hidup. Setelah terdiam selama 3 detik, Ariel menjawab, “Tak masalah, lagipula senjata itu sudah tua dan aku juga masih punya rifle lain,”
“Baiklah kalau begitu,” Jordan langsung melaksanakan perintahnya.
Ariel menaiki tangga ke lantai 2. Tempat persembuyian mereka untuk saat ini adalah rumah 2 lantai plus ruang bawah tanah yang mereka jadikan kamar tidur mereka. Rumah ini kelihatannya sudah cukup lama terbengkalai tetapi hanya punya satu lubang yg cukup besar yang mungkin disebabkan oleh peluru artileri nyasar di atap. Seharusnya tidak menjadi masalah kecuali jika ada hujan.
Dia langsung menemukan Kei yang sedang tertidur dalam keadaan duduk sambil memeluk senapan miliknya di samping jendela di ruangan yang dulunya merupakan kamar tidur. “Hei, bangun. Kalau mau tidur, jangan disini.”
Kei langsung terbangun. Dia menyadari keberadaan Ariel dan langsung berdiri. “Oh, maaf,” hanya satu kata dan dia langsung bangun dan berjalan menuju tangga.
“Sarapan dulu, baru tidur!” seru Ariel. <name> hanya mengangguk kecil lalu menuruni tangga. Ariel menghela napas sambil menggaruk-garuk kepalanya. Kei memang memiliki sifat pendiam dan membuat mereka kesulitan berkomunikasi dengannya. Walaupun begitu, statusnya sebagai penembak jitu membuatnya menjadi anggota yang sangat penting di regunya pada saat mereka masih berada di militer. Ariel sendiri tidak begitu mempermasalahkan hal itu, tetapi sifatnya membuat Ariel sulit memprediksi apa yang ada di pikirannya dan itu cukup membuatnya pusing.
Ariel menatap pemandangan reruntuhan kota dari jendela. Sudah satu setengah bulan sejak mereka membelot dan kabur dari militer. Saat ini, Ariel hanya memikirkan tentang bagaimana caranya agar mereka tetap bertahan hidup.
Ariel terus melamun selama 5 menit. Setelah dia tersadar, Ariel langsung menuruni tangga untuk bersiap-siap untuk pergi keluar.
“Nih, Sterling-mu sudah kubongkar,” Jordan langsung melapor saat Ariel turun tangga.
“Terimakasih, Jordan,” Ariel memasukkan bagian-bagian kecil dari Sterling miliknya ke dalam tasnya. “Clari, kau sudah siap?”
“Kau mencuri dialogku.”
“Baru kali ini aku kesiangan. Give me a break,”
“Kalian berdua, hati-hati di jalan dan tolong kembali hidup-hidup,” Ethan membuat lelucon buruk seperti biasa.
Ariel hanya tertawa kecil sambil mengangkat tasnya, “Justru kita berdua yang akan kembali membawa semua yang kalian semua butuhkan untuk hidup. “Ok, kita pamit dulu.”
Pada saat mereka berdua berjalan menuju pintu depan, Ariel melihat mangkuk yang sudah kosong di meja makan. Dia hampir melupakan Kei tetapi dia merasa lega saat melihat mangkuk kosong itu.
“Situasi aman, tidak ada orang. Kita bisa bergerak sekarang,” Clari melapor setelah mengobservasi keadaan sekitar.
“Laporan diterima, kita bergerak sekarang.”
Mereka berdua langsung bergerak dengan cepat setelah memastikan tidak ada satupun manusia di sekitar mereka. Tujuan mereka adalah pusat perdagangan di Kota Baden.
Kota Baden adalah ibukota dari Distrik Baden, terletak di negara bagian Austria Hilir, Austria. Awalnya, Baden adalah kota yang indah. Mereka memiliki bangunan yang artistik dan bisa dibilang Baden dulunya adalah kota yang sempurna. Walaupun Austria bersifat netral pada saat perang dingin, tetap saja itu tidak bisa menyelamatkan Austria dari pertempuran dari kedua blok. Kedua pihak memperebutkan Austria, termasuk Baden. Pertempuran dan pengeboman secara terus-menerus menyebabkan hampir semua penduduk mengungsi.
Sekarang, Baden sudah menjadi kota yang mati. Hanya ada sedikit orang yang tinggal di antara reruntuhan kota ini. Ariel hanya pernah melihat foto kota ini di buku yang dia pungut tetapi diam-diam ia merasa sedih saat melihat reruntuhan yang ada dis sekelilingnya.
“Seharusnya kita sudah cukup jauh dari rumah,” gumam Ariel.
Clari mengangguk setuju. Mereka berdua akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Mengambil jalan memutar sambil terus waspada dengan keadaan sekitar itu sangat melelahkan. Walaupun begitu, mereka tetap harus berhati-hati dan sebisa mungkin menghindari berjalan di ruang terbuka. Saat ini, status mereka adalah buronan negara. Kemungkinan terdapat sniper yang sudah siap mengeksekusi mereka tidaklah nol.
Pada akhirnya mereka sampai di area pusat perdagangan di Baden. Terdapat sekitar 50 orang berlalu-lalang dan melakukan bisnis, seperti pasar biasa. Perbedaannya adalah semua itu berlokasi di tengah reruntuhan kota.
“Akhirnya kita sampai juga,” Clari memecah keheningan di antara mereka dan mengembuskan napas lega.
“Kita belum selesai disini. Ayo cepat selesaikan ini dan langsung bergegas pulang,” Ariel sama sekali tidak mencoba untuk menyembunyikan rasa cemasnya. Posisi mereka saat ini sama sekali tidak aman. Mungkin dia terlalu paranoid, tetapi kau tidak bisa menyalahkan Ariel untuk itu. Kurangnya intel tentang pergerakan pegejar mereka memaksa Ariel untuk memikirkan semua kemungkinan akan mungkin terjadi.
Mereka berjalan menuju sebuah bangunan yang dulunya adalah sebuah perpustakaan. Di pintu masuk, terlihat 2 orang penjaga yang langsung mengenali mereka. Tanpa basa-basi, salah satu penjaga mengantarkan Ariel dan Clari ke salah satu ruangan.
Biarkan aku yang bernegosiasi, Ariel memberi kode kepada Clari. Clari mengangguk paham. Mereka langsung disambut oleh seorang kakek-kakek yang kurus dan sudah beruban, “Ah, selamat datang di Daenzer Co., Ariel ,dan, um, Karen?”
“Clari.”
“Ah, pak tua ini memohon maaf. Sepertinya aku harus memikirkan tentang pensiun,heheh” kakek tua yang kurus itu terkekeh-kekeh. “Baiklah, saya ulang lagi,” kakek tua itu berdeham beberapa kali, “Selamat datang di Daenzer Co., Ariel, Clari. Aku sangat paham kalau kalian tidak begitu menyukai basa-basi. Jadi, ada kepentingan apa yang membuat kalian datang jauh-jauh kemari?” sambutnya lagi sambil terkekeh-kekeh.
“Ini tentang percakapan terakhir kita, Pak Daenzer. Aku membawa barangnya,” jawab Ariel sambil membuka tasnya lalu mengeluarkan tumpukan logam yang berwarna hitam.
Pak Daenzer langsung menegakkan tubuhnya dan matanya membulat. “Kau benar-benar membawanya? Bisakah kalian merakitnya kembali?”
Ariel dan Clari mengangguk dan mulai merakit tumpukan logam itu sampai menjadi menjadi benda yang bisa menembak.
“Oh, lihatlah desain submachinegun ini. Posisi magasin yang disamping, sangat unik. Ini adalah senjata yang awalnya didesain pada tahun 1944, lalu disempurnakan dan diproduksi lagi pada tahun 1953. Disini tertulis ‘L2A3’..., berarti si cantik ini diproduksi setelah tahun 1956. Umur senjata ini mungkin lebih tua daripada umurku tetapi masih bisa mengerjakan tugasnya dengan baik, heheh” Pak Daenzer terkekeh-kekeh lagi. “Aku masih tidak paham kenapa pasukan elit seperti kalian membawa rongsokan ini. Masih ada banyak senjata yang lebih modern daripada senjata tua ini.”
“Kita disini bukan untuk membahas itu,” potong Ariel. “Bisa kita mulai sekarang?”
“Ah, baiklah. Apa yang kalian inginkan? Aku mempunyai klien yang sangat menginginkan senjata yang asli tanpa modifikasi apapun dan bersedia membayar mahal. Kau tidak tahu betapa sulitnya mencari senjata tua yang masih original dan para kolektor saling berebut untuk mendapatkannya. Jadi, sebutkan apa yang kalian inginkan.”
“Bagaimana dengan 4 tas makanan kalengan, 1 dus gun oil, 6 radio, dan juga semua informasi yang berhubungan dengan kami?”
“Woah woah, kau sangat berbakat dalam berbisnis, nak. Bagaimana jika kau kurangi penawaranmu makanan kalenganmu menjadi 2 tas? Sisanya aku tidak akan tawar lagi karena aku sangat paham kalau kalian sangat membutuhkannya. Aku ini baik hati, kau tahu?” tawarnya sambil terkekeh-kekeh memperlihatkan sebagian giginya yang ompong.
Ariel mencoba menawar lebih tinggi, “Bagaimana dengan 3 tas?”
“Yah, mungkin 3 tas tidak menjadi masalah. Lagipula, aku sudah mendapatkan untung banyak dari transaksi ini,”
“Baiklah, kupikir itu penawaran yang sangat menguntungkan bagi kami,” Ariel merasa cukup puas dengan tawaran itu. Dia memilih untuk tidak memaksa keberuntungannya lebih jauh.
“Heheheh, baiklah kalau begitu. Dikirim ke alamat yang biasa kan? Aku bisa langsung memberikan kalian radio untuk dibawa pulang. 6 radio tidak akan membuat tas kalian menjadi berat kan? Informasi tentang kalian akan kukirimkan bersama makanan kaleng dan gun oil. Bagaimana?”
Ariel kebingungan, “Kita butuh intel itu secepat mungkin, pak. Anda sendiri yang bila-“
“Sebentar, sebentar, akan aku jelaskan,” Pak Daenzer menenangkan Ariel. “Tampaknya kalian sangat populer di sana. Temanku butuh waktu untuk merangkum semua informasi tentang kalian. Tenang saja, seorang pebisnis memerlukan kepercayaan kustomernya. Jika aku gagal menepati janji, reputasi Daenzer Co. akan hancur dan aku akan bangkrut. Tentunya kita semua tidak mau skenario itu terjadi. Bagaimana?”
Ariel tidak bisa berdebat tentang hal itu. Ariel berpikir sejenak, “Baiklah kalau begitu,” dia memilih untuk mempercayai Daenzer Co.
“So, it’s settled then”
Setelah Ariel menandatangani persetujuan mereka, akhirnya Clari dapat menghirup napas segar di luar. “Apa-apaan itu tadi? Mereka mencoba menjual sesuatu yang bahkan mereka sendiri masih belum punya!” Clari terus mengomel selama 10 menit. Ariel hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Rasa kesal Clari itu sangatlah wajar. Mereka sudah menaruh nyawa mereka dalam ekspedisi ini dan jawaban yang mereka dapatkan adalah “tunggu 2 hari lagi”. Daripada mendengarkan ocehan Clari, Ariel lebih tertarik untuk mendengarkan gosip yang sedang populer di kalangan penduduk Baden.
“Hei, ini daging burung kan? Mau barter? Aku punya 2 botol vodka,” Ariel menawarkan vodka yang tadi dia temukan saat ia dan Clari berjalan ke tempat ini kepada seorang pemuda.
“2 botol? Hm..., bagaimana dengan 7 ekor untuk 2 botol?”
“8 ekor,”
“Ok, deal.”
Kegiatan negosiasi mereka berjalan dengan sangat baik. Alkohol bernilai cukup tinggi di Baden. Benda yang tidak berguna tetapi bernilai tinggi, alkohol memang hebat, pikir Ariel.
“Ah, aku jadi teringat sesuatu. Ada rumor tentang sekelompok penjarah Rusia yang bersembunyi disini,” Ariel mencoba menciptakan sebuah percakapan.
“Oh, itu?”, pemuda itu tertawa, “Lebih baik kalian tetap berhati-hati walaupun itu hanyalah sebuah rumor. Jenis manusia seperti itu sama sekali tidak mempunyai adab.”
“Hm..., begitu ya? Kalau begitu, kita pamit dulu,” Ariel langsung bergegas pamit. Sepertinya tidak ada berita baru selain rumor tentang penjarah dari Rusia itu. Entah mengapa Ariel merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia cukup mempercayai instingnya. Ariel terdiam sebentar, lalu berkata, “Sepertinya urusan kita disini. Kita harus pulang sekarang,”
“Kenapa? Takut dengan penjarah Rusia?” Clari meledek Ariel sambil tertawa.
“Kau ingin kutinggal disini?”
“Hahaha, baiklah. Apa rumor itu benar? Instingmu kan cukup bagus,”
“Entah lah,” Ariel menjawab dengan ragu-ragu. “Tetapi kita harus lebih berhati-hati sekarang,”
Clari tidak menduga jawaban seperti itu dari Ariel, “Okelah kalau begitu, kita pulang sekarang?”
Ariel mengetuk pintu, tidak ada jawaban. “Gagal menembak satu burung, bersiaplah untuk tidak makan selama satu hari,” tiba-tiba pintu itu langsung terbuka.
“Selamat datang. Bagaimana jalan-jalannya?” Jordan langsung menyambut kedatangan mereka.
“Kita akan mendapatkan intel yang kita butuhkan dalam waktu 2 hari. Ternyata pak tua sialan itu sama sekali belum menyiapkan intel kita,” Clari masih agak kesal gara-gara pak tua itu. “Aku akan menyiapkan makan malam. Kita akan makan sup tomat dan burung rebus,” Clari langsung meghilang ke ruang makan.
“Yah, setidaknya kita mendapat 6 radio berstandar militer, baru dan masih terbungkus dengan rapi. 3 tas penuh makanan kalengan dan 1 dus gun oil akan dikirim bersama intelnya,” Ariel menjelaskan situasinya sambil menaruh tasnya. “Ngomong-ngomong, itu suara apa?” sejak tadi dia mendengar suara ribut di atas setelah mereka masuk.
“Ethan. Dia sedang berolahraga di lantai atas. Tubuh kita jadi agak kaku gara-gara berdiam diri disini selama berminggu-minggu,” katanya dengan nada riang. “Lain kali ajak aku keluar.”
“Kalau kamu bisa berhenti mencuri semua benda yang membuatmu tertarik, mungkin akan kupertimbangkan. Kita hampir berada dalam masalah beberapa minggu yang lalu gara-gara kamu mengambil barang seenaknya. Clari jauh lebih mudah diatur daripada kamu. Nih, radio,” Ariel menyodorkan 5 radio yang masih terbungkus dalam kemasannya sebelum Jordan bisa protes.
Jordan menjadi bersemangat, “Boleh kubongkar pasang?”
“Terserah, asalkan jangan dirusak. Bagikan juga ke yang lain. Pakai radionya saat kalian berjaga,”
“Aye, sir!” Jordan langsung melesat ke ruang bawah tanah. Ariel sudah mengenal mereka semua sejak kecil dan sudah sangat terbiasa dengan sifat mereka, kecuali Kei.
Ariel memutuskan untuk melanjutkan buku yang belum selesai ia baca. Buku ini berbeda dari buku yang sudah ia baca sebelumnya. Buku yang dia baca saat ini adalah buku filsafat yang membahas tentang kehidupan. Dia sama sekali tidak paham dengan isi buku itu tetapi entah mengapa justru membuat ia semakin penasaran. Kehidupan dan kebahagiaan merupakan konsep yang sangat asing baginya.
Tanpa sadar, hari sudah beranjak malam dan Clari sudah berteriak-teriak memanggil dirinya untuk makan malam. Tidak ada hal menarik lain yang terjadi pada hari ini. Semuanya berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Entah mengapa, Ariel berharap hari-hari yang biasa ini terus berjalan selamanya.
Willian Daenzer, 4 Maret 201x, 9:27 PM
“Halo?”
“Selamat malam, Pak Daenzer. Kuharap aku tidak menganggu waktu tidurmu?”
“Heh, tidak sama sekali,”
“Kau ini sudah tua. Kau butuh lebih banyak waktu tidur,”
“Enak saja, tubuh dan rasa semangatku masih sama seperti dulu, nak. Langsung ke intinya saja. Kau dapat intel yang kuminta?”
“Ya, akan kukirimkan seperti biasa. Akan tetapi, sepertinya aku harus memperingatkanmu,”
“Hm? Ada apa?”
“Ternyata ada banyak pihak yang mencari ‘Crow’ ini. Aku sama sekali tidak bisa mencari alasannya. Hidupmu mungkin akan berada dalam bahaya jika kau terlibat lebih jauh dengan mereka,”
“Aku sudah hidup terlalu lama. Dulu aku itu juga seperti mereka, kau tau? Ada dorongan di hatiku untuk menolong anak-anak yang malang itu,”
“Sejak kapan bapak menjadi puitis?”
“Heh, entah lah. Aku sudah tidak peduli soal hidup. Seperti yang kubilang, aku sudah hidup terlalu lama. Setidaknya aku ingin membantu Ariel dan teman-temannya,”
“Kau yakin?”
“Ya,”
“Baiklah kalau begitu, akan kukirim seperti biasa. Aku menelpon hanya untuk memperingatkanmu,”
“Heh, terimakasih. Aku paham kalau kau merasa khawatir. Tenang saja, aku tidak akan mati semudah itu.
“Sama-sama, pak. Selamat malam,”
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar