MELERAI RINDU MENGECAP BAHAGIA GIRANGNYA TIDAK TERBILANG
Setahun sudah aku belajar sendiri di rumah. Tanpa ditemani sahabat, kakakku, juga ayah dan ibu. Semua terjadi karena terikat aturan, semua terjadi karena alasan keadaan, semua karena kesibukan masing-masing. Punca dari keadaan itu ialah Corona. Corona membuatku menjadi berani berada di rumah tanpa ditemani siapa-siapa. Biasanya, saat keadaan belum Corona, 1 jam saja ditinggal sendirian aku panikan. Tentu saja yang ku lakukan menelpon ayah atau ibu minta mereka segera pulang. Ada rasa takut dan gamang di rumah tanpa siapa-siapa. Belum lagi membayangkan bertemu kecoa busuk, duch jangan sampai.
Informasi tentang pembelajaran diberikan melalui grup Whatsapp. Grup itu beranggotakan siswa, guru dan orang tua siswa. Umumnya, wali kelas memberikan jadwal belajar lebih awal. Misalnya, besok mata pelajaran apa saja yang akan dipelajari. Untuk orang tua siswa, mereka mengaku senang diperlakukan pihak sekolah seperti ini. Lihat saja interview ibu padaku sepulangnya dari madrasah tempat ia bekerja. “Bagaimana tugas matematikanya rel, bisa diselesaikan”, selidik ibu. “dapat nilai berapa, nak”? kembali ibu mengajukan pertanyaan. “Alhamdulillah, semua beres bu dituntaskan, nilai ku pun sempurna, 100” jawabku dengan senyum bangga. Ku lihat ibu mengangguk lega. Tentang belajar, ku akui aku tidak ingin main-main. Apalagi berbohong. Menurutku jika aku berbohong maka aku yang akan menciptakan kesulitan itu sendiri. Jika dapat sebuah tugas saat itu dikerjakan dengan baik, kenapa harus ditunda. Menumpuk sebuah pekerjaan berakibat pada kegagalan. Gagal disiplin waktu, gagal memenuhi tanggung jawab yang pada akhirnya gagal fokus. Terburu-buru dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan berakibat pada hasil yang asal jadi. Produk asal jadi biasanya punya nilai jelek. Aku tidak ingin itu terjadi.
Selain Grup Whatsapp terkait pembelajaran, masih ada satu grup whatsapp lagi. Aktivitas dan interaksi siswa khususnya tentang pembelajaran Al-quran bersama guru pembimbing dibahas di grup Quran. Setoran ayat oleh siswa dimuat melalui rekaman suara. Rekaman itu selanjutnya dikirim kembali ke bu guru melalui grup WA Quran. Bu Nurul, guru Quranku memiliki suara yang sangat merdu. Bacaan Tajwidnya bagus. Bu Nurul juga cantik. Meskipun terbilang guru muda, bu Nurul sangat kompeten, teliti dan sabar mengoreksi bacaanku. Jika masih salah bacaannya biasanya bu Nurul minta aku memperbaiki. Aku dengan senang hati mengulang baca. Semakin diulang semakin fasih dan lancar. Lancar kaji karena diulang, pepatah ini sering ku ingat agar menjadi penyemangat diri.
Menuju Ujian Sekolah, beberapa persiapan diberikan pihak sekolah. Ada menu baru yang disuguhkan membuat kami siswa kelas VI menyambut bahagia. Pembahasan soal akan diberikan bu guru melalui Zoom. Hem, tidak sabar melihat wajah sahabat sekelas. Si Bino yang suka ngemil cokelat apa kabarnya ya. Adakah ia semakin bulat dan sehat. Membayangkan sahabatku yang hobi makan itu, aku jadi senyum sendiri. Aku sendiri merasakan semenjak belajar dari rumah berat badanku semakin bertambah. Sebentar-sebentar lapar, sebentar-sebentar buka kulkas. Duch, jadi tidak sabar menunggu datangnya pagi. Rasa rindu bertemu teman-teman semakin menggigit.
Hari yang dinanti pun tiba. Pagi-pagi sekali aku telah wangi. Laptop sudah dinyalakan. Menunggu persetujuan diterima admin saja. Ku isi waktuku dengan membuat teh manis. Sebungkus roti siap menemani. Tiba-tiba terdengar suara beberapa teman yang ku kenali suaranya menyapa. “Assalamualaikum Orel, rel mana muka mu” itu pasti suara dimas, Bima, dan nisa. Aku bergegas menuju ke sumber suara. Yang ku lakukan hanya senyum dan melambaikan tangan. Aku merasa tidak enak dilihat bu guru. Ini kan ruang yang dipersiapkan untuk belajar bukan untuk hal tidak penting. “Tapi, ke mana bu guru”, tanyaku dalam hati. Sepertinya, bu guru sengaja memberi kesempatan kepada kami untuk saling menyapa. Ruang virtual itu seketika menjadi riuh. Semua bicara. Satu persatu wajah sahabat yang ku rindu kini dapat ku lihat kembali. Sebaliknya, mereka pun merasakan hal yang sama. Lima belas menit kemudian bu guru pun memulai pembelajaran.
Muhammad Aurel biasa disapa bang Orel. Lahir di Batam, 15 Januari 2009. Saat ini merupakan siswa kelas VI SDIT Darul Mukmin Karimun, Kepulauan Riau. Menulis membahagiakan. Berkah menjadi penulis Cilik aku bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan. Alhamdulillah sudah dua kali diundang jadi nara sumber. Pertama menjadi naras sumber cilik di webinar IBF Sasisabu tahun 2020. Kedua, diundang di Radio Talk show Azam FM. Karimun. Aku juga mendapat penghargaan dari PGRI Kabupaten Karimun pada hari Guru Nasional sebagai Penulis Cilik. Jika ingin kenal lebih jauh, aku dapat dihubungi di nomor WA 085365423348 atau email [email protected].
Karimun, 10 Maret 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pipinya..... rasanya pen cubit
Hehehe
Kamu keren.........
Terima kasih.