Badminton yang Kugemari
Namaku Muhammad Adib, biasa di panggil Adib, aku lahir sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Ibuku guru,dan ayahku bekerja sebagai wiraswasta. Aku bersekolah di SDN 03 guguk VIII Koto kelas VI. Aku suka bermain badminton.
Hampir setiap hari aku diajak ayah bermain badminton di lapangan yang berada di samping rumah. Selesai shalat ashar ayah memanggil aku dan adik untuk bermain badminton. Kami bermain hanya sebentar saja, karena tak lama lagi waktu magrib pun tiba.Habis bermain kami mandi, tak lupa sebelumnya mendinginkan badan terlebih dahulu. Bermain dengan ayah dan adik asyik sekali.
Kadang kadang ayah membawaku ke gor, biasanya setiap libur sekolah. Bermain bersama ayah, setelah ayah dan teman temannya selesai bermain. Saat ayah dan teman temannya bermain aku hanya menonton saja.
Pada hari senin di sekolah ada mata pelajaran olahraga. Olahraga dilaksanakan setelah upacara bendera. Waktu upacara bendera kami semua berpakaian lengkap mulai dari topi, dasi, ikat pinggang dan kaos kaki. Sebagai peserta upacara aku ikut grup marcing band. Pengibaran bendera merah putih dengan di iringi lagu indonesia raya. Upacara berlangsung dengan hikmat.
Selesai upacara kami bersalaman dengan semua guru kemudian mengganti baju merah putih dengan baju olahraga. Berolahraga di bimbing oleh bapak Yad. Beliau selalu sabar membimbing dan melatih kami. Rupanya hari ini pak Yad menseleksi kami untuk mengikuti O2SN.
“Siapa yang berminat untuk lomba bermain badminton? “ tanya pak Yad.
“ Saya pak” ujarku sambil mengangkat tangan..
“Kenapa kamu mau bermain badminton, apakah kamu bisa dan tahukah kamu hitungannya?” tanya pak Yad.
“Bisa pak” jawabku dengan percaya diri.
“ Lombanya hari Senin loh, apakah kamu yakin” tanya pak Yad lagi
“Aku sangat yakin pak” jawabku.
Akhirnya aku dipilih untuk mewakili sekolah dalam lomba badminton. Setelah itu kami lanjutkan olahraga dengan bermain bola kasti khusus untuk anak laki laki. Sedangkan teman temanku yang perempuan berlatih lari cepat. Gembira sekali rasanya bermain kasti. Aku dan fauzan di suruh bapak untuk menjadi kapten. Pertama tama kami suit untuk memilih tim. Aku menang dan mendapatkan giliran pertama memilih teman untuk masuk ke dalam timku. Permainan di mulai , tim fauzan yang terdiri dari Farhan kurus hebat bermain bola dan Farhan gemuk yang body bolanya sangat keras. Temanku yang bersenggolan dengan Farhan gemuk dibuat jatuh tersungkur olehnya. Dalam permainan bola kasti hari ini timku meraih kemenangan dengan skor 32:9.
Selesai berolahraga kami kembali menukar baju dengan seragam merah putih. Bel tanda istirahat berbunyi. Bersama-sama kami pergi ke kantin dan membeli nasi goreng. Nasi goreng dijual bu kantin dua ribu rupiah satu piring. Setiap harinya aku punya uang saku lima ribu rupiah. Uang jajan yang bersisa tiga ribu rupiah kumasukan dalam tabungan. Disekolah guru kelas mengelola tabungan kami.
Habis jam istirahat dilanjutkan pelajaran Budaya alam minang kabau {BAM} diakhiri shalat zuhur berjamah di mushala. Di pagar sekolah ayah ku sudah menunggu menjemputku untuk pulang. Dengan gembira kutemui ayah dan menceritakan aku terpilih untuk ikut lomba bermain badminton mewakili sekolah. Ayah berjanji akan melatihku lebih giat lagi walaupun di lapangan sederhana samping rumah.
Waktu demi waktu ku tunggu dan akhirnya hari perlombaan tiba, aku sudah berlatih dengan giat dan berdoa sebelum berangkat. Kami akan berangkat pukul 08.00, aku dan teman teman lainnya yang ikut lomba menaiki mobil ber bak. Sebelum berangkat kami semua bersalaman dengan guru guru.
Diatas mobil dengan gembira kami menyanyikan lagu indonesia raya. Setibanya di lapangan tempat acara pembukaan lomba, aku melihat sudah banyak hadir peserta lomba. Seorang peserta lomba badminton bernama Alif tampak ada disana. Alif pernah sama-sama latihan denganku di gor.
Upacara diawali aba aba dari komandan upacara, janji peserta, dan amanat dari bapak bupati sekaligus membuka acara lomba. Upacara selesai aku dan teman-temanku menuju tempat penjual sate, kami makan sate bersama.
Tak lama kemudian azan zhuhur berkumandang aku dan teman temanku pergi ke mushalla yang berada tak jauh dari lapangan upacara. Sebelum shalat imam bertanya siapa yang akan iqamah. Aku memberanikan diri untuk iqamah. Selesai sholat , kami kembali ke lapangan. Bu Meri telah menunggu kami, disampingnya sekantong plastik berisi bungkusan nasi siap untuk dibagikannya. Kami makan nasi bungkus bersama.
Saat berbincang bincang dengan Dafa dan adik sepupuku Noval sehabis makan. Ibu Meri memanggilku untuk berangkat ke gor tempat perlombaan badminton.Pak Yad mengantarkanku sekaligus pak Yad salah seorang wasit perlombaan.
Setibanya di gor aku melihat banyak anak anak yang ikut lomba badminton salah satunya ada Radit yang jago main badminton dari SDIT An Nahl. Saat aku meletakkan tasku di kursi, Radit datang dan mengajakku bermain badminton. Aku bermain dengan Radit sebelum pertandingan dimulai. Lama bermain aku tak kunjung di panggil oleh panitia.
“ Pak kapan Adib main?” tanya ku pada Pak Yad
“ Adib, lawan Adib tidak datang jadi Adib yang menang berarti boleh pulang “ kata pak Yad.
“ Tapi kembali lagi kesini besok ya “ tambah pak Yad.
Karena pak Yad mengizinkanku untuk pulang. Dengan bantuan pak Yad, dia menelpon ayah agar datang menjemputku. Aku terkejut melihat ayah datang sendiri tidak membawa adikku. Rupanya kudua adikku sedang tidur nyenyak di rumah.
Keesokan harinya bersama Pak Yad aku kembali ke gor. Setibanya di gor pertandingan pertama telah di mulai. Aku bertanding melawan Fatan. Selesai pemanasan pertandingan dimulai, set pertama aku menang dengan skor 21 : 11. Dan set ke dua aku juga menang dengan skor 21 : 9. Ayah dan adikku ikut menonton pertandingan. Selesai bermain aku kembali pulang bersama ayah dan adik. Sebelum pulang Pak Yad meminta kesedian ayah untuk mengantarku esok pagi, karena aku masuk semi final. Ayah menyanggupinya.
Keesokan harinya aku dan ayah pergi ke gor dengan adik kecilku yang mungil dan berusia satu setengah tahun. Aku bermain pertama melawan Gazi, seperti biasanya sebelum bertanding kami di perbolehkan untuk pemanasan. Set pertama aku menang dengan skor 21 : 6 dan set kedua aku juga menang dengan skor 21 : 9. Lanjut pertandingan final yaitu aku melawan Radit.
Saat melawan Radit aku kalah dalam ke dua setnya. Kuakui permainan Radit memang bagus. Radit menghampiriku ia berkata tidak apa-apa masih ada waktu yang lain. Aku hanya tersenyum, mungkin sekarang belum keberuntunganku. Ayah memang benar menang atau kalah dalam sebuah perlombaan itu biasa.
Selesai bertanding ayah mengajakku pulang, tak lupa mampir dulu makan sate di dangung-dangung. Kekalahanku kali ini menjadi penyemangat bagiku untuk lebih giat dan disiplin lagi berlatih bermain badminton. Karena badminton olahraga yang aku gemari.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar