Oleh: M. Syafiq Wildan Madani

MAN 3 Jember-Jawa Timur

Impian dan cita-cita, itulah kata yang sering aku dengar dari bangku sekolah dasar hingga bangku sekolah tingkat atas. Sering kali aku mendengar kata itu, sehingga menjadi pertanyaan bagiku, "apa cita-cita dan impianmu, jika sudah besar nanti?" Setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Tetapi, terkadang untuk meraihnya bukanlah hal yang mudah. Berbagai rintangan perlu dilewati terlebih dahulu.

Pada awal di bangku sekolah dasar, impianku adalah menjadi seorang guru yang terkenal di dunia dan memiliki banyak lembaga pendidikan. Yah, itulah hal yang aku impikan pertama kali saat itu. Meskipun, banyak profesi yang dapat dipilih. Itu hanyalah gambaran di benakku kala itu. Menginjak bangku sekolah menengah, impianku mulai bermunculan. Tetapi, tidaklah mungkin bila beberapa impian akan diraihnya dalam satu waktu sekaligus. Perlu ada perencanaan yang matang untuk meraihnya. Karena, untuk meraih impian tersebut memerlukan proses. proses tidak membohongi hasil. Bila prosesnya baik, maka impian yang diraihnya juga baik. Begitu pun sebaliknya. Saat ini, aku duduk di bangku tingkat atas. Impianku berubah, sesuai dengan pengetahuan yang ku dapatkan. Kini, impianku ingin menjadi Rektor dan Penulis ternama.

Tentunya, dua profesi yang kuimpikan seiring dan sejalan. Boleh dikata, linier. Menjadi rektor hendaknya memiliki banyak karya yang harus didokumentasikan. Tentunya, identik dengan penulis. Apa yang menjadi karyanya, dituangkan dalam tulisan. Untuk meraih menjadi rektor, perjalanan menuju arah tersebut perlu disiapkan sejak dini. Memilih gabung dengan komunitas SasiSabu di Media Guru Indonesia, sangatlah tepat. Karena di komunitas ini, aku dapat belajar menulis dan mengahsilkan karya. Bila karya yang dihasilkan diterbitkan, rasa bangga yang ku dapat. Selain itu, sering mengikuti lomba SasiSabu setiap bulannya, menambah wawasan dan menjadikan kebiasaan menulis. Disitulah aku dapat berkarya untuk mempersiapkan diri meraih cita menjadi rektor. Tak lepas dari hal tersebut, tentunya perlu diimbangi dengan belajar yang giat dan berdoa.

Belajar. Dalam sebuah hadits disebutkan, tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahad. Hal ini sudah jelas, bahwa kita tidak boleh berhenti dalam belajar. Karena dengan belajar, kita akan mengetahui berbagai bidang ilmu. Ilmu yang kita dapatkan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dan meraih cita. Tak kan terwujud suatu cita, bila tidak memiliki ilmunya. Seperti halnya seorang dokter, dia harus ahli dalam kedokterannya. Tentunya, ilmu yang dimilikinya tentang kedokteran, bukan yang lainnya. Karena bila tidak sesuai dengan keilmuannya, maka bersifat fatal.

Berdoa. Ikhtiyar atau usaha yang dilakukannya tanpa diimbangi dengan doa, maka hasilnya akan sia-sia. Karena, ridha Allah dan kebarakahan dariNya, sangatlah penting dan utama. Sesuai dengan firman Allah yang tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 21, “wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” Dalam firman tersebut sudah cukup jelas, bahwa apa yang kita impikan dan sudah diraih, maka hendaknya kita beribadah kepadaNya. Selain itu, hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita. Wujud syukur, juga merupakan bagian dari doa. Barang siapa yang selalu bersyukur kepada Allah, maka janji Allah kepada hambaNya adalah akan ditambah kenikmatannya.

PROFIL PENULIS

M. Syafiq Wildan Madani lahir di Jember pada tanggal 6 September 2005. Sekarang dia sedang menempuh pendidikan di MAN 3 Jember kelas X IPA1. Pelangi di Pesantrenku, merupakan karya solo perdananya. Dia juga sepuluh kali menang lomba menulis tingkat nasional bersama Media Guru Indonesia. Dia dapat dihubungi melalui WA. 085204952649.