BAB 1 SI ANAK DESA (secercah angin di pagi buta)
1. Si Anak Desa
Suasana pagi menyapa pedesaan di mana Bagus tinggal. Desa yang mayoritas penduduknya adalah petani. Hamparan sawah membentang di sekelilingnya. Hijau pemandangan menyejukkan mata. Di musim ini adalah musim pemeliharaan karena musim tanam telah usai. Hijau tanaman membahagiakan semua petani.
Bagus terlahir di Desa Bagus dari keluarga petani dengan sawah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itupun jika berhasil panennya. Jika gagal panen, kebutuhan keluarga tidak akan tercukupi. Sebenarnya ayahnya yang bernama Rohman dan Ibunya bernama Sitisangat rajin mengurus sawahnya karena itu adalah sumber penghasilan utamanya.
Kondisi seperti itu membuat kehidupan keluarga Bagus sangat sederhana. Rumah yang berdinding bambu dan atap genting banyak yang pecah sehingga sering bocor di musim penghujan. Kalau musim penghujan, semua kebingungan mencari wadah untuk menadahi air hujan yang menetes. Namun, tidak ada keluh kesah terdengar di antara mereka. Mereka akan mengatasi semua masalah dengan gembira.
Situasi pedesaan yang sejuk dan asri membuat Bagus nyaman dan betah tinggal di desa. Di waktu siang, angin semilir menerobos dinding-dinding rumah bagus karena ada yang berlubang-lubang. Namun, Bagus sangat bersyukur sebab tidak perlu membeli kipas angin ataupun AC seperti orang-orang kaya. Justru udara yang masuk ke rumah adalah udara yang segar. Udara yang menyehatkan karena langsung dihembuskan oleh daun-daun. Kandungan oksigen yang banyak dan dibutuhkan untuk kesehatan pernafasan. Demikian juga di pagi hari, matahari muncul langsung menyapa seisi rumah karena sinarnya menerobos dinding-dinding berlubang. Hal itu membuat mereka selalu bangun pagi agar tidak kedahuluan mentari. Sebab bangun tidur langsung silau jika terlambat bangun.
Bagus terlahir sangat gemuk. Hingga Bagus kecil dijuluki si Gembul. Gendutnya ini membuat orang yang melihat akan merasa gemes. Pipinya yang tembem, matanya yang bulat, dan perutnya yang membuncit membuatnya sangat lucu jika berjalan. Bahkan kadang-kadang akan sulit berlari karena kakinya terlalu berat menyangga badannya yang gemuk. Kekalahan akan selalu disandangnya jika lomba lari dengan teman-temannya.
Bagus yang selalu dekat dengan cahaya matahari, setiap pagi selalu menatap sinarnya yang menyapanya. Sambil memandang lekat-lekat sinar itu terbersit dalam bayangannya. Bagus ingin menggantungkan harapan agar Bagus dapat memiliki badan kurus dan ingin menjadi anak pintar. Seakan cahaya matahari itu memberikan jawaban dengan sinarnya.
Kini Bagus duduk di kelas VI SD. Ia selalu ingin menjadi juara di kelasnya. Ia ingin menjadi sinar secercah matahari pagi. Terang, menghangatkan, dan menimbulkan semangat siapa pun yang tertimpa cahayanya. Namun, impian bagus menjadi anak pintar selalu gagal, Bagus selalu peringkat terakhir di kelasnya, entah apa yang menjadi penyebab dia kurang beruntung. Mungkin karena dia selalu berusaha belajar sendiri di rumah tidak ada yang menolongnya ketika kesulitan. Atau memang hanya sebatas itu kemampuannya.
Setiap libur atau hari Minggu, Bagus selalu membantu ayahnya ke sawah. Meski gemuk namun Bagus sangat cekatan dan tekun. Saat ini adalah musim tanam. Yaitu musim yang bersamaan dengan musim penghujan karena kebutuhan air akan terpenuhi di saat musim penghujan sehingga tidak perlu tambahan biaya untuk membeli air agar sawah tetap teraliri air. Tanah yang basah akan mudah dibajak. Setelah tanah gembur dapatlah ditanami. Itulah sebabnya mereka akan menanam padi.
Sejak pagi buta setelah salat subuh mereka sudah berangkat agar tidak terbakar sinar matahari. Selain itu, suasana masih sangat sejuk dan udara sangat bersih. Sambil berolah raga jalan cepat mereka menuju sawah membawa peralatan yang dibutuhkan. Pagi ini mereka berdua akan menyemai benih. Lahan untuk menyemai benih sudah disiapkan. Lahan persemaian sudah dalam kondisi basah. Dengan bekerja sama yang baik akhirnya selesailah mereka menyemai.
Mereka mulai beristirahat mencari tempat berteduh untuk sekedar melepaskan dahaga. Air yang mereka bawa dari rumah cukup untuk berdua sanpai siang nanti. Dari jauh tampak Ibuk membawa makanan untuk sarapan. Memang pada jam 09.00 WIB adalah waktu yang paling enak untuk sarapan. Rasa lapar sudah datang. Perut sudah keroncongan. Karena memang organ tubuh bekerja untuk menyerap sari makanan sekitar pada jam 09.00. Nah, apa lagi yang ditunggu. Kebutuhan tubuh sudah akan tercukupi oleh Ibuk yang membawa makanan.
“Wah. ini pasti enak masakan ibuk, meski tak semewah Restoran tetapi menikmati makanan Ibu yang sederhana ini serasa makan di restoran bintang lima,” seru Bagus yang mengecapngecapkan lidahnya.
“Ditambah makannya di Gubug sawah, dan kondisi yang sangat lelah juga lapar akan menambah kenikmatan, ” lanjut Ayah.
Mereka sekeluarga sarapan pagi dengan senang dan gembira layaknya di Restoran Bintang lima. Demikian juga petani-petani yang lain menjemput sarapan pagi. Dengan saling bercanda kebahagiaan dan kemeriaahan suasana bertambah. Di situlah begitu nampak sangat guyub rukun kebersamaan mereka.
Setelah membantu ayahnya di sawah Bagus pulang ke rumah, di siang hari yang terik Bagus berjalan melewati pematang. Kadang melompat ketika berpapasan dengan sungai pengairan sawah, kadang berjalan pelan jika pematangnya sempit. Sesekali juga harus berjalan miring karena satu pematang dilewati dua orang yang berpapasan. Dalam kondisi seperti ini, saling menyapa dan lalu tertawa. Itulah kebahagiannya pula.
Sesampainya dirumah Bagus langsung mengerjakan PR atau tugasnya dari sekolah, tidak seperti anak-anak yang hidup di kota, Bagus mengerjakan PR yang diberikan guru SD nya itu hanya dibantu oleh buku ala kadarnya saja, itupun didapatnya dari meminjam tetangga yang sudah lulus. Buku nya tidak lengkap harus membeli buku sampingan LKS untuk mengerjakan, namun Bagus tidak punya buku sampingan karena harganya yang mahal sehingga ia akan mencatat soal=soal yang ada di LKs milik temannya.
“Enak ya temen temenku yang tinggal di Kota, bisa pinjam buku di perpustakaan kota, kalau mau beli buku sampingan juga bisa, karena teman temanku kaya semua! Mungkin di SD hanya aku saja yang tinggal Desa, aku berharap ingin tinggal di Kota dan memiliki rumah yang bertingkat dan juga mobil yang bagus.” Bagus bergumam sendiri dalam hatinya. Di desa memang tidak seperti di kota. Bagus tidak dapat meminjam buku di perpustakaan kota karena jauh, dan dirumahnya hanya ada sepeda motor, itu pun masih dipakai ayahnya di sawah untuk mengangkut gabah.
Malangnya kondisi Bagus tak membuatnya menyerah. Dia mencari pinjaman kesana-kemari meskipun kadang-kadang harus menelan kekecewaan karena oleh yang punya tidak diberikan.
Bagus merupakan satu satunya siswa di SD tersebut yang tinggal di Desa, dulu Bagus dapat bersekolah di SD karena Bagus lolos dalam Lomba cerdas cermat, Awalnya ibu Bagus tidak mengira bahwa Bagus, anaknya, dapat mengikuti Lomba cerdas cermat di SD kota, ibunya setiap hari selalu berdoa dan memohon kepada Allah SWT dalam salatnya agar Bagus dapat menjadi anak satu satunya yang sukses di desa ini. mengapa demikian? Karena Desa yang ditempati Bagus ini merupakan desa yang terpelosok di pedalaman dan desa tertinggal.
Di desa ini hanya ada Taman Kanak Kanak saja yang disebut, dan itupun masih minim sekali pengajarnya mungkin hanya ada sekitar 5 guru di Taman Kanak Kanak tersebut, dan guru itu pun rumahnya banyak yang jauh dari desa tempat tinggal Bagus. Di Desa tempat tinggal Bagus, yang masih terpelosok ini banyak sekali yang setelah menempuh taman kanak kanak tidak melanjutkan ke jenjang SD, Mayoritas anak-anak hanya membantu orang tua nya bekerja berjualan, di sawah, dan beternak. Namun juga masih ada sedikit yang orang tuanya masih sadar akan pentingnya pendidikan, menyekolahkan anak anaknya di Pesantren luar desa ataupun di Sekolah Dasar yang dekat. Di tetanggan desa yang masih satu kecamatan dengan desa tempat tinggal Bagus.
Kata kepala Desa, di Desa ini akan ada pembangunan SD agar warga desa nya tidak usah jauh-jauh menyekolahkan anak-anak nya di desa sebelah. Namun dana yang diajukan desa masih tersendat dan tidak mencukupi, kepala desa tersebut juga masih bingung karena ingin warganya menjadi kaum terpelajar, tetapi dana anggaran juga tidak mencukupi. Beruntung sekali ibu dan ayah Bagus saat itu yang mengetahui Bahwa Bagus anak satu-satunya dapat bersekolah di Kota, sekolah yang Favorit dan lebih maju, dan itu semua berkat Bagus yang sangat tekun dan giat dalam belajar.
Saat Bagus asyik mengerjakan Tugas sekolahnya, sang ibu dari dapur memanggil Bagus
“Le, tolong ambilkan tampah dan bawa kesini ya tolong bantu ibu bikin pisang goreng” Ibu Bagus menyuruh Bagus untuk membantu membuat pisang goreng di dapur.Bagus bergegas ke dapur membantu ibuya memasak pisang goreng,
“iya bu, Bagus ambilkan sekarang ya!” Jawab Bagus. Memang Bagus anak Desa yang sederhana namun sifat Bagus yang tawadhuk dan sopan terhadap orang tua, dan tekun dalam belajar bisa dikatakan Luar biasa, mengalahkan teman teman nya yang lain. Jam menunjukan pukul satu siang Bagus pun bergegas ke musholla untuk sholat Dzuhur berjamaah.”
ibu, sekarang sudah jam satu siang... Bagus sholat Dzuhur terlebih dahulu yaa...”
“Iya le, silahkan sholat Dzuhur dulu” . Sembari menunggu Bagus sholat di Musholla ibu Bagus melanjutkan menggoreng pisang sambil memenungkan Bagus.
, “Gus... Bagus, Ibu bersyukur punya anak seperti kamu, sudah rajin, tekun dan juga nurut sama orang tua, setiap hari membantu ibu memasak, dan juga mbantu ayahnya di sawah, sungguh kamulah satu satunya kebanggaan mereka gus” kata Ibu Bagus. Hari semakin terik ayah Bagus pun pulang, sambil membawa gabah dan nampak kelelahan,
“Wah, Mas sudah pulang, sini aku bantu.” “
“Iya Dik, makasih ya” ibu Bagus pun membantu suaminya pak rohman menurunkan Gabah dari motornya. Tidak lama kemudian Bagus pulang ke rumah setelah berjamaah di Musholla.
“Ayah sudah datang, sudah selesai disawah tadi?” “sudah gus... barusan saja naruh gabah, sudah selesai PR mu tadi gus?” “belum yah, sedikit lagi selesai.”
Kemudian Bagus menyelesaikan tugas nya tetap dengan Buku nya yang seadanya saja, tetapi Bagus tetap rajin dan Niat dalam mengerjakan Tugas demi tugas yang diberikan gurunya. Bagus tidak peduli kalau dia tidak punya buku sampingan, dan Bagus tidak mempedulikan kalau dia bertubuh gemuk, meski teman-teman nya mengejek Bagus si anak gemuk, serba kekurangan dan Bagus si anak desa pelosok.
Akhirnya tugas sekolah Bagus sudah selesai, sembari menutup tugas nya Bagus berdoa
“Ya Allah, semoga langkah ku ini membawaku kesuksesan, dan aku ingin membanggakan kedua orangtua ku, aku ingin menjadi anak yang sukses dan juga dapat memajukan Desa ku ini yang masih terpelosok, dan masih serba kekurangan.”
“Aamiin, ibu doakan semua cita-cita mu tercapai le, dan kelak kamu mendapatkan semua harapan yang selama ini belum terwujud, kamu jangan malu kalau tubuh kamu gemuk, ibu dan ayah mu bangga dan suka dengan tubuh kamu apa adanya, yang terpenting kamu sehat, dan juga penuh nutrisi, setiap hari ibu masak kan pisang goreng, ketela rebus, kacang rebus, kacang hijau, jagung dan tak lupa beras untuk sehari-hari tentunya asli dari sawah kita sendiri.”
“Ayah juga senang punya anak seperti kamu, gemuk tidak masalah buat ayah yang terpenting kamu selalu rajin sekolah, rajin belajar, dan selalu menghormati orang tua insha allah kamu akan menjadi anak yang sukses, semua harapan mu terwujud” Ayah dan Ibu Bagus sangat menyayangi Bagus. Dan ketika siang Bagus dan keluarga nya menikmati makan siang disamping rumahnya dengan menikmati pemandangan sungai yang mengalir deras.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar