Chapter 1 ( awal pertengkaran orang tua melita )
Greng...greng....greng...
Terdengar suara motor ayahku yang baru pulang kerja. aku langsung berlari menghampiri pintu untuk menyambut ayahku.
‘’Ayah pulang..’’ayahku berkata dengan lesu.
Aku langsung menyalami ayahku. ayahku tampak sangat lelah malam ini,ia langsung masuk ke kamarnya untuk mandi kemudian beristirahat sebentar sebelum makan malam. Ibuku sudah memasak makanan untuk makan malam kami sekeluarga. aku memanggil ayah untuk makan malam bersama. ayahku mencicipi makanan yang dibuat oleh ibuku.
Tiba-tiba Ayahku membantingkan semua makanan yang ada di meja makan ini sampai semua piring, gelas, dan mangkok ikut pecah. Aku hanya bisa melihat sikap ayahku saat marah. Ibuku langsung mengambil sapu untuk mempersihkan piring, gelas, mangkok, nasi dan lauk pauk. Di saat ibuku membersihkan pecahan tersebut, tiba-tiba ayahku berbuat kasar kepada ibuku
‘’ aduh....sakit....sakit...." Teriakan ibuku yang meraung kesakitan karena disiksa oleh ayahku.
aku meminta kepada ayahku agar berhenti menyiksa ibuku. Melihat wajah ibuku yang sudah merah karena menahan sakit akibat di siksa oleh ayahku. Aku memohon-mohon kepada ayahku agar tidak menyiksa ibuku , sayangnya permohonan tersebut tidak membuat ayahku berhenti menyiksa ibuku. Aku mencari cara bagaimana aku bisa memberhentikan sikap kasar ayahku terhadap ibuku.
Aku mencoba memegang tangan ayahku agar tidak menyiksa ibuku lagi. Tapi sayangnya itu tidak berhasil. ayahku malah menghempaskan tangannya sehingga aku terdorong sampai ke dinding ruang makan. aku berlari ke dalam kamarku sambil menangis.
“ ayah jahat….ayah jahat….ayah jahat’’ Aku berkata sambil menangis.
Dalam keadaan menangis, aku masih mencari ide untuk menolong ibuku. Sudah bingung bagaimana cara memberhentikan ayahku agar tidak menyiksa ibuku lagi. Rasa benciku kepada ayahku mulai timbul.
Akhirnya aku mendapat ide. Aku mengambil handphoneku untuk menelpon nomor handphone ayahku, supaya ayahku berhenti menyiksa ibuku. Aku berfikir jika aku menelpon ayahku, ayahku akan mengangkat teleponnya. Ternyata ayahku masih tetap membiarkan handphonenya berdering. Aku masih mencoba menelpon handphone ayahku, tetapi masih tidak diangkatnya. Sudah tidak tau lagi bagaimana cara memberhentikan perilaku kasar ayahku, akhirnya aku menyerah dan pergi ke ruang makan di mana tempat ayahku masih menyiksa ibuku.
‘’ ayah…..jika ayah masih, menyiksa ibu… aku akan pergi ke kantor polisi untuk melaporkan sikap ayah yang telah menyiksa ibu dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga. ‘’ aku berkata dengan sangat tegas.
Aku segera pergi keluar rumah menuju kantor polisi. Baru beberapa langkah aku berjalan, tiba-tiba ayahku berhenti menyiksa ibuku dan berlari mengejarku. Ayahku langsung menarik tanganku sehingga aku berhenti melangkah menuju kantor polisi. Tidak banyak bicara lagi ayahku langsung menyiksaku
‘’ aduh….sakit….sakit…ampun….ampun ayah….aku tidak akan melaporkan ke kantor polisi yah…’’ aku berkata sambil menangis menahan kesakitan.
Ayahku bukannya berhenti menyiksaku, akan tetapi ia malah menjadi-jadi menyiksaku. Aku sudah tidak bisa berkata lain kecuali “ sakit…” aku teriak sekeras-kerasnya, sampai-sampai tetanggaku mendengar teriakanku. Dengan berkata
“ apa itu “ dari rumahnya.
Akhirnya ayah langsung berhenti menyiksaku. Ia Langsung pergi menuju kamarnya sambil membanting pintu kamar. Aku pergi berlari ke kamar sambil menangis dan menahan rasa sakit di kepalaku akibat siksaan ayahku. Ibuku menggedor-gedor pintu kamarku, tetapi aku tidak mau membuka pintu tersebut karena aku takut ibuku malah menjadi sedih. Aku sengaja tidak berbicara satu kata pun agar ibuku mengira aku sudah tidur.
Keesokan harinya, ayahku langsung berangkat bekerja sementara aku ke sekolah dan ibuku di rumah saja, karena ia akan dinas siang di rumah sakit.
“Aku pulang’’ , terlihat di dalam rumah ini kosong tidak ada orang. Aku langsung pergi ke kamar untuk membersihkan badanku. Selesai membersihkan badan, aku melaksanakan shalat asar kemudian tidur.
Jam menunjukkan pukul 20.00 ibuku masih juga belum pulang dari dinas, aku mencoba menelpon ibuku karena aku sangat khawatir jika ibuku terjadi apa-apa. Sayangnya ibuku tidak mengangkat teleponnya. Aku masih mencoba menelpon ibuku berulang-ulang kali, tetapi masih juga tidak diangkatnya. Biasanya ibuku pulang dinas pukul 20.00. dua jam kemudia, Akhirnya ibuku pulang ke rumah.
" Ibu ada sesuatu untuk kamu..." Kata ibuku sambil tersenyum.
" Apa itu ibuuu? " Kataku dengan rasa penasaran.
Aku langsung mengambil sesuatu di tangan ibuku yang diberikan untukku. Di saat aku hendak mencicipi makanan tersebut. Tiba-tiba ayahku merampas makanan tersebut dan di buangnya ke luar rumah. Ibuku sangat marah kepada ayahku, karena ibuku sudah lelah mengantri berjam-jam hanya untuk membeli makanan itu untuk kami sekeluarga. Ayahku langsung masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya. Ibuku ikut masuk ke dalam kamar. Terdengar suara keributan dari dalam kamar ibu dan ayahku. Aku langsung mendekati kamar orang tua ku secara diam diam untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan hingga aku mendengar suara tamparan yang membuatku sangat terkejut.
" aduh....sakit.... sakit...lepas...lepas..." Terdengar suara ibuku yang meraung kesakitan.
Aku sangat khawatir dengan keadaan ibuku. Sudah 2 kali ibuku diperlakukan oleh ayahku hingga menjerit kesakitan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa agar ayahku berhenti membuat ibuku menjerit kesakitan. Aku langsung berlari kekamar sambil menahan tangis karena ibuku disiksa lagi oleh ayahku. Sesampainya aku di kamar aku menangis pelan-pelan karena takut di dengar oleh orang tua ku. Aku mencari buku dan pena di dalam tas sekolahku. Setelah itu aku menulis
" Untuk ayahku.....
Ayah.... Jangan ayah sakitin ibu....jika ayah menyakiti ibu... Maka ayah juga menyakitiku. Karena aku ini juga perempuan.” Aku menulis sambil menangis.
Aku tidak bisa memejamkan mata ku dikarenakan keributan ayah dan ibu ku . namun sekarang sudah tidak terdengar lagi suara keributan orang tua ku. aku menatap langit langit kamar sambil memikirkan bagaimana ibu dan ayahku kedepannya. Beberapa jam memikirkan masalah tersebut, akhirnya aku bisa tertidur dengan pulas.
Keesokan harinya ibuku memangilku untuk sarapan bersama. Terlihat dimeja makan aku tidak melihat ayah.
“ ibu….ayah kemana?
“ ayahmu sudah pergi sejak subuh tadi.”
tampilan ibu sangat berantakan ditambah dengan wajah sedikit lebam akibat tamparan ayahku membuatku ingin memarahi ayahku namun aku takut.
“Ibu tidak apa apa?tadi malam aku mendengar ayah dan ibu bertengkar lagi. apakah ini sakit ibu?” aku berkata sambil memegang pipi ibuku.
ibuku hanya diam tidak bergeming dan melanjutkan menyiapkan makanan untuk sarapan kami berdua. Aku berangkat sekolah dengan rasa khawatir,aku memikirkan bagaimana jika ayah pulang kerumah dan ia akan melakukan kekerasan lagi terhadap ibu. aku sangat cemas dengan keadaan ibuku dirumah hingga belajar pun aku tidak bisa fokus.
Kring…kring…kring…Bel istirahat berbunyi,Teman teman sekelasku berhamburan keluar kelas menuju ke kantin untuk membeli makanan. aku membereskan buku bukuku yang berantakan diatas meja ku.aku keluar dari kelas menuju ke mushalla sekolah untuk melaksanakan sholat dhuha.Selesaisholat aku berdoa kepada Allah
“Ya Allah,hamba mohon lindungi lah ibu hamba dimana pun ia berada ya Allah berikanlah ia kekuatan kesabaran dalam menghadapi berbagai macam masalah. ya Allah semoga keluarga hamba hangat seperti dulu lagi ya Allah...aamiin ya rabbal al-amin”.
Selesai shalat dhuha, aku menghapiri teman temanku di depan kelasku yang sedang asik bersenda gurau dan bercerita namun aku hanya diam aku tidak berniat untuk bercerita ataupun berbicara aku hanya diam dan tidak memperdulikan apa yang mereka ucapkan. Kring...kring...kring....Bel istirahat berakhir. aku dan teman temanku bergegas menuju ke kelas.
Aku masih memikirkan keadaan ibuku di rumah, sehingga membuatku melamun di dalam kelas. Teman-temanku yang asik belajar bersama-sama sementara aku sibuk dgn duniaku sendiri yaitu permasalahan didalam rumahku. “kring….kring….kring….” suara bel berbunyi yang menandakan waktunya untuk pulang. Aku masih seperti tadi memikirkan ibuku sehingga membuatku tidak sadar jika sekarang ini sudah waktunya pulang. Semua teman-temanku sudah keluar dari kelas sementara aku masih duduk di bangkuku.
“ melita….melitaaa…melita…sekarang sudah waktunya pulang “ kata ibu guruku sambil menepuk tubuhku dengan lembut.
“ hahahh….” Kataku dengan terkejut.
“ sekarang sudah waktunya pulang melita. Semua teman-temanmu sudah pada pulang tinggal kamu sendiri yang masih di sini. “ kata bu guruku.
Aku langsung memasukkan bukuku yang masih tertata rapi di mejaku ke dalam tasku. Tiba-tiba bu guru bertanya kepadaku
“ kamu kenapa melita? “
“ aku tidak apa-apa bu. “ jawabku sambil menyalami bu guru.
Aku baru saja keluar dari gerbang sekolah, terlihat ayahku datang sepertinya ia menjemputku .Diperjalanan kami berdua hanya diam tidak ada satupun yang memulai percakapan hingga sampailah kami dirumah. ayahku langsung berangkat lagi karena akan melanjutkan pekerjaan nya.
“Ayahhh tunggu sebentar ada yang ingin melita kasih buat ayah”
Aku berkata supaya ayah jangan berangkat kerja dulu.
“Apa itu melita?cepat ya,soalnya ayah mau bekerja lagi. ”ayahku menjawab
Aku langsung masuk kedalam rumah untuk mengambil surat yang aku tulis tadi malam dan memberikannya kepada ayah. " ini apa nak? " Kata ayahku dengan rasa penasarannya.
" Baca aja yah. " Kata ku dengan tersenyum melihat ayahku.
Ayahku membaca surat yang aku tulis untuknya. ayahku terkejut membacanya, ia langsung membuang surat tersebut dan menamparku sambil berkata
" Kamu itu masih kecil tidak perlu ikut campur dengan urusan orang tuamu ini." Kata ayahku samba membentakku.
Ayahku langsung berangkat bekerja kembali sementara aku lari menuju kamarku menangisi sikap ayahku terhadapku. padahal aku membuat surat tersebut agar ayahku merubah sikapnya terhadap ibuku.
"tega-teganya ayah menamparku. Aku sangat benci dengan ayah....aku tidak mau menegur ayah lagi..."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar