Miranda

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KASIH SAYANG DAN PENYESALAN

Alvian Graziano adalah seorang remaja yang tinggal di kota Jakarta, Alviano atau lebih dikenal dengan sebutan Vian adalah seorang anak dari pasangan Diani dan Zian, mereka sangat mencintai putra tunggalnya dan mereka berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan Vian. Alviano hidup berkecukupan penuh dengan kemewahan dan itu semua berkat kerja keras kedua orang tua nya,walaupun begitu Vian merasa tidak senang karena kesibukan orang tua nya membuat Vian tidak diperhatikan serta tidak mendapatkan kasih sayang sepenuhnya, setiap hari diani dan Zian disibukkan oleh bisnis, perusahaan , bahkan hampir tidak ada hari libur untuk berkumpul bersama anaknya. Sehari-hari Vian hanya diurus oleh asisten rumah tangganya,mulai dari mempersiapkan sarapan, pakaian sekolah dan kebutuhan lainnya, terkadang Vian merasa iri melihat teman-teman nya yang pergi liburan dan bersama keluarga,tetapi Vian selalu berpikir bahwa orang tua nya bekerja untuk memenuhi kebutuhan Vian dan dia tidak boleh egois dan dia harus jadi anak yang mandiri, walaupun ia sangat butuh kasih sayang dari Diani dan Zian. Disekolah Vian adalah seorang ketos/ketua osis,ia juga salah satu murid berprestasi dan selalu mengharumkan nama baik sekolah, banyak lomba-lomba yang ia menangkan,serta piala yang ia dapat dari semua lomba yang diikutinya. Alvian dikenal sebagai anak yang ceria, periang,serta penuh kegembiraan,dan orang mengetahui bahwa seorang Alvian tidak mungkin memiliki masalah besar, disekolah Vian memiliki dua orang sahabat yaitu Fares dan Aletta, mereka tau bagaimana kehidupan Vian yang sebenarnya dan mereka sangat bangga sahabatnya itu yang tanpak baik -baik saja tanpa adanya masalah dalam hidupnya. Alvian selalu berusaha agar tegar dan kuat ia tidak ingin memperhatikannya oleh orang lain terutama kedua dan dilihat oleh orang tua, apalagi Fares dan Aletta merasa sayang melihat Vian yang kekurangan kasih sayang. Fares dan Aletta menjadi pendengar dan tempat mengadu terbaik bagi Vian, Vian hanya bisa bercerita kepada sahabatnya, Alvian ingin bercerita kepada Diani dan Zian tentang semua perlombaan yang diikutinya, tetapi selalu diabaikan oleh mereka , banyak alasan yang mereka berikan mulai dari lelah setelah bekerja, butuh istirahat, dan lain sebagainya, tetapi Vian selalu mengerti ia berusaha kuat. Suatu hari Vian baru saja pulang sekolah,dan ia merebahkan tubuhnya di atas kasur nan empuk,ia merasa lelah karena seharian belajar disekolah, tiba-tiba Vian terfokus pada gambar yang menunjukkan dirinya dan kedua orang tua nya, seketika ia menjatuhkan air mata,jujur​ Vian sangat rindu, dipeluk,disayang,dibelai,dan diperhatikan oleh orang tua nya," ma,,pa,,bukan kemewahan yang sayang Vian mau,tapi kasih mama dan papa,,"lirih Alvian. Bi Siti yang berniat untuk mengantarkan makanan ke kamar Vian langsung meletakkan makanannya di meja belajar Vian dan langsung memeluk anak itu, ia sangat prihatin dengan nasibnya, Alvian hanya bisa menangis dipangkuan sang bibi. Jam menunjukkan pukul 21:30 Vian masih sibuk dengan buku dan penanya, entah apa yang ia catat, setelah selesai bermain dengan dua benda tersebut ia menutup dan meletakkannya di meja belajar, kemudian beranjak ketempat tidurnya, karena besok pagi ia harus sekolah. Pagipun tiba,Vian telah selesai mengenakan pakaian sekolah,ia berjalan menuruni tangga rumah menuju meja makan,hanya terlihat Bi Siti yang asyik mempersiapkan sarapan,Vian sedih karena untuk sarapan bersama kedua orang tuanyapun tidak bisa,kalau malam pun ia juga tidak bisa bertemu dengan mama dan papanya mereka pulang bekerja sangat larut dan tentu saja Vian sudah tidur, Alvian hanya bisa tersenyum, walaupun jujur, sangat sedih. Setibanya disekolah Vian langsung masuk ke kelas dan disambut oleh kedua sahabat yang ia sayangi,Vian selalu bercerita tentang semua yang dialaminya,dan hanya ada satu yang tidak ia ceritakan yaitu Vian mengalami penyakit gagal ginjal, ia tidak mau khawatir. Hari demi hari Vian lalui dan penyakit itu semakin parah, Alvian terlihat dan pucat, BI Siti yang sangat khawatir dengan keadaan Vian,bi Siti memberi tahu Diani dan Zian, tapi merekapun tidak peduli, dan mungkin bahwa mungkin Alvian itu hanya kelelahan. Suatu hari disekolah, Melihat Alvian yang tadinya ceria, paling aktif jika disekolah,kini menjadi lemah serta wajah pucat Pasih, Aletta dan Fares Sangat khawatir dan heran ada apa dengan Alvian?, mereka bertanya tapi Vian hanya menjawab bahwa ia tidak cukup tidur dan butuh istirahat , Vian memutuskan untuk beristirahat di UKS. Pada saat bel pulang sekolah telah berbunyi, semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas, begitupun ketiga sahabat tersebut,kini Vian agak mendingan ia sudah tidak terlihat pucat lagi,Vian dan kedua sahabatnya itu berjalan menuju parkiran, tiba-tiba Alvian terjatuh,Fares dan Alettapun berusaha membantu Vian untuk berdiri tapi sepertinya itu tidak berhasil,Vian kembali lemah,pucat serta hidungnya yang keluar darah. Merekapun panik dan segera membawa Alvian kerumah sakit, setelah sampai Vian langsung dibawa ke UGD dan langsung ditangani oleh Dokter, Aletta dan Fares segera menghubungi orang tua Alvian. Diani dan Zian sempat menolak untuk pergi ke rumah sakit karena sibuk, tapi berkat desakan dari Aletta karena Vian pingsan dan akhirnya memutuskan untuk ke rumah sakit. Tangis Diani pecah karena telah mengetahui tentang penyakit yang diderita Alvian, dokter telah menceritakan semuanya, dan ia tidak mengira Vian manutupi semua dari mereka bahkan ia marah dan tidak menerima tentang apa yang dikatakan dokter, karena selama ini Alvian terlihat biasa-biasa saja dan sehat, tapi apa boleh buat semuanya itu benar dan sekarang Alvian masalah lemah di atas ranjang rumah sakit, Aletta pun sangat sedih melihat teman yang selama ini mereka kenal dengan orang yang selalu ceria meskipun ada masalah sekalipun, sekarang orang tersebut berbaring dengan mata yang tertutup ,wajah yang tenang tanpa adanya senyum sedikit pun. Setelah berbicara dengan dokter Diani semakin menangis histeris karena penyakit Vian sudah berlanjut ketahap akhir dan jantungnya pun sudah kena, seperti tidak akan ada harapan lagi untuknya, Aletta dan Fares ikut sedih dan sedikit marah kepada kedua orang tua Vian, mengapa baru sekarang, kemana mereka selama ini ini, dan bahkan tidak pernah memberikan kasih sayang kepada Vian,"kenapa baru sekarang Tante,om?, kemana selama ini?, mengapa tidak memprioritaskan Vian,jika kalian tidak sibuk dengan pekerjaan kalian, semua ini tidak akan terjadi, bukan kemewahan yang Vian mau tan,tapi kasih sayang!!!!"kata Aletta yang sedikit tak bisa menahan emosinya,Farespun merangkul dan menenangi Aletta,Diani dan zian hanya bisa diam,mereka tidak marah karena apa yang Aletta itu benar,dan sekarang mereka menyesal. Satelah 2 jam, akhirnya Vian membuka mata,ia tersenyum melihat orang-orang yang disayang ada disampingnya mulai dari kedua orang tua yang berada di samping kanannya dan kedua sahabat yang berada disamping kirinya,Diani dan Zian langsung memeluk putra tunggal mereka,Vian tersenyum jujur ​​sangat senang, pelukan itu adalah salah satu yang ia rindukan selama ini,vianpun meneteskan air mata jujur​ ia tidak mau tuhan memberinya penyakit tapi ada hikmahnya yaitu orang yang ia sayangi kembali ke pelukannya. Mereka memeluk putra tunggalnya itu berharap semuanya bisa diperbaiki,Vian pun membalas pelukan kedua orang tuanya,ia sangat senang dan tersenyum kepada Tuhan karena berterima kasih kepada Tuhan, sampai-tiba-tiba pelukan Vian terlepas dan Vian melemas, perlahan-lahan -lahan Alvian menutup mata dengan senyum yang tak pernah pudar. Aletta dan Fares berlari memanggil dokter, setelah Dokter dan suster masuk mereka dipersilahkan untuk keluar terlebih dahulu, Diani yang melihat Vian ditangani oleh dokter dan beberapa suster hanya bisa menangis dan berdoa semoga mereka diberi kesempatan untuk membahagiakan Vian, Aletta dan Fares tidak jauh berbeda, mereka menangis sejadi jadinya. Setelah beberapa menit dokter, mereka segera menghampiri dan bertanya-tanya bagaimana keadaan Alvian?dokterpun hanya bisa menunduk, melihat respons dari dokter, Zian emosi dan mencekal kera baju Dokter itu, dan berharap memberi penjelasan kepada mereka, dokterpun angkat bicara dan menjawab"maaf saudara Alvian Graziano sudah kembali kepangkuan sang pencipta" tangis histeris pun pecahh, semua menangis Diani pun sempat tak sadarkan diri,Zian berusaha keras untuk tegar dan semua sang istri, begitupun dengan sahabat Alvian mereka tersungkur tak berdaya, mereka tak menyangka ini terjadi cepat, berharap mereka semuanya hanya mimpi dan ingin kembali tersadar dari mimpi tersebut,tapi sayang semua ini nyata,mereka merasakan sakit hati seperti disayat pisau. Melihat wajah Alvian yang tenang tanpa ada nya Beban yang ia pikul lagi, Aletta tersenyum ia mulai bisa mengikhlaskan kepergian sahabatnya bagitupun dengan Fares, setidaknya Alvian tidak merasa sedih lagi,dan mungkin Tuhan kepada Vian dan tidak mau melihat Vian yang terus-terusan sedih. Lain dengan kedua orang tua Alvian mereka menangis tersedu-sedu, meninggalkan mereka secepat ini, diberi kesempatan lagi untuk memprioritaskan Vian dari segalanya, meninggalkan semua pekerjaan demi perhatian dan kasih sayang Alvian, tapi Nasi telah bubur semua harapan. sia, mereka sangat menyesal dan tidak bisa memanfaatkan diri sendiri, melihat Diani dan Zian yang terus menangis Aletta dan Fares menghampiri mereka dan memberitahu mereka bahwa Vian sangat menyayangi mereka, Vian tidak marah, Vian senang berkumpul bersama dengan mereka walaupun dengan cara yang ni .

............................

Hari demi hari dilewati, sekarang Diani dan Zian masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa anak yang disayangi telah pergi untuk selamanya,Diani pun berdiri dari duduknya dan berjalan menaiki tangga menuju Alvian, membuka pintu dan melihat rapinya kamar ini,dan kamar ini masih ada aroma parfum yang wanginya khas seperti wangi Alvian, Diani pun meneteskan air mata,ia juga melihat banyak piala-piala yang bersusun rapi di dalam lemari kaca milik Vian, piala tersebut adalah hasil dari semua lomba yang diikutinya, Diani tak menyangka bahwa anaknya hebat dan ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, setelah puas melihat piala-piala Vian diani duduk didekat meja belajar Vian, disana ada sebuah buku yang ada tulisan. "~untuk Mama,papa Vian tidak menceritakan tentang penyakit Vian,Vian tidak ingin mama,papa kepikiran kalau Vian pergi dulu ma,pa jangan sedih yah,kalo sedih Vian juga sedih,Vian hanya rindu diperluk mama dan papa, semoga suatu hari kita bisa ngumpul bareng lagi yah~" ~Alvian Graziano~

Diani pun menangis histeris,dan dihampiri oleh Zian mereka berdua menangis membaca surat dari Alvian, mereka Gagal menjadi orang tua untuk Alvian, mereka terlalu sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan Vian agar ia bahagia tapi lupa yang dibutuhkan Alvian, harta tapi kasih sayang dari mereka .

................................................................... ................. .................

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post