Bayangan Seorang Abang
Keluarga adalah unsur yang penting dalam hidup. Bagi saya, yang dapat disebut dengan keluarga tidak hanya ayah, ibu, adik atau yang lainnya. Akan tetapi, teman dan sahabat juga bisa disebut sebagai keluarga. Mereka adalah orang-orang yang selalu ada, mendukung, dan berbagi suka duka dengan kita.
MAN 1 Langkat adalah sebuah lembaga pendidikan yang sedang saya tempuh saat ini. Awalnya bersekolah di sini bukanlah pilihan saya tetapi saya sadar bahwa di mana pun saya menempuh pendidikan, saya harus menjalaninya dengan semangat. Walaupun MAN 1 Langkat bukan pilihan awal saya, tetapi dengan menempuh pendidikan di sini, saya mendapatkan banyak hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Salah satunya yang berkesan adalah memiliki seorang teman yang saya anggap seperti abang saya sendiri.
Awal mulanya dimulai sejak pertama kali menjadi siswa MAN 1 Langkat dan ditetapkan sebagai siswa di kelas X-2. Ketika Matsama (Masa Ta’aruf Siswa Madrasah), kami satu ruangan dan ketika penetapan kelas belajar, ternyata kami masih satu lokal. Semasa Matsama, saya sama sekali tidak kenal dengan siapapun di ruangan tersebut. Melihat beragamnya tingkah dan sifat orang-orang yang ada di ruangan tersebut ada yang membuat saya kagum, tertawa, bahkan ada yang membuat saya tidak suka dengan tingkah mereka. Akan tetapi, lambat laun semua itu bisa saya maklumi karena tingkah dan sifat manusia itu memang begitu dan saya harus bisa menyesuaikan diri.
Ketika awal masa sekolah saya tidak memiliki teman sama sekali. Rasa canggung kerap kali melekat pada diri saya ketika itu. Namun, seiring berjalannya waktu mulai ada kedekatan di antara kami sekelas. Perlahan saya mendapatkan teman baru dan tidak dipungkiri bahwa saya akan memiliki teman yang telah saya anggap layaknya abang sendiri.
Kenalin ia adalah Raihan, teman yang saya anggap seperti abang saya sendiri. Bermula ketika ia sering chat saya melalui WhatsApp untuk mananyakan tugas sekolah. Hampir tiap malam jika ada tugas ia selalu chat saya. Saat itu saya masih menganggapnya sebagai teman biasa. Melihat ia yang sering menanyakan tugas pada saya baik di sekolah ataupun di luar sekolah membuat saya merasa senang. Saya merasa senang karena bisa berbagi dan belajar dengan teman-teman baru yang belum lama kenal. Kesenangan tersebut membuat saya nyaman berteman dengannya.
Setelah beberapa bulan berlalu, saya masih berteman biasa dengannya. Akan tetapi, tibalah suatu saat yang membuat saya menganggapnya seperti seorang abang. Karena usianya lebih tua dibandingkan saya makanya saya menganggapnya sebagai abang. Selain mengenai tugas, hal random juga menjadi topik pembicaraan kami di WhatsApp. Berteman dengannya adalah hal yang istimewa karena saya menemukan bayangan seorang abang pada dirinya. Ketika ada tugas kami sering satu kelompok. Dari situ membuat saya semangat dan nyaman jika satu kelompok dengannya. Semenjak itu, saya selalu memanggilnya dengan sebutan “abang”.
Hari demi hari pun berlalu, menciptakan beragam kejadian. Demikian halnya yang saya alami dengannya. Saya lebih senang jika bersamanya dibandingkan teman-teman yang lain. Kebaikannya pun tak terlupakan oleh saya. Banyak sekali kebaikan yang ia lakukan dan berikan kepada saya. Darinya saya banyak belajar dan darinya juga saya mendapatkan banyak hal baru.
Salah satu momen berkesan adalah ketika kami berada dalam satu kelompok saat pembelajaran P5PPRA diadakan. Kehadirannya di kelompok membuat saya bersemangat dan merasa lebih percaya diri. Kami mampu menyelesaikan seluruh tugas dengan baik, meskipun ada beberapa kendala yang kami hadapi.
Sikapnya yang selalu mendukung dan menyemangati saya saat menghadapi masalah, baik itu masalah tugas, organisasi, keluarga, atau lainnya, membuat saya semakin menghargainya. Ia selalu berada di pihak saya ketika saya merasa terpojok dan membantu saya menyelesaikan tanggung jawab saya. Effortnya yang besar meski sering kali hanya bermain di belakang layar membuat saya semakin kagum padanya.
Suatu hari, ketika saya sedang mengalami masalah keluarga yang cukup berat, ia datang dan menawarkan bahunya untuk saya bersandar. Ia mendengarkan keluh kesah saya dengan sabar, memberi nasihat dan dukungan yang membuat saya merasa lebih tenang. Saat itu, saya menyadari bahwa ia bukan hanya seorang teman, tetapi sudah menjadi bagian dari keluarga saya.
Perjalanan saya di MAN 1 Langkat masih panjang. Banyak tantangan dan rintangan yang harus saya hadapi. Namun, dengan adanya ia sebagai seorang abang yang selalu mendukung dan menguatkan, saya merasa lebih siap menghadapi segala hal. Kisah ini adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya, dan saya bersyukur bisa mengenalnya.
Di akhir cerita ini, saya ingin menyampaikan satu hal penting. Kadang keluarga bukan hanya tentang ikatan darah, tetapi tentang ikatan hati dan perasaan. Teman-teman yang sejati bisa menjadi keluarga yang selalu ada untuk kita, dalam suka dan duka. Juga hal yang berharga dalam hidup adalah dipertemukan dengan sosok tidak berdarah namun ia peduli dan sangat baik padamu dengan setulus hati tanpa berharap apapun darimu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
semangat teruss farhannn emng ya cerita nyaa ga pernah gagal,good job hann!
thaankss wee