Mayditia Nur

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Hanya Kebahagiaan Imajinasi

Hanya Kebahagiaan Imajinasi

Hanya Kebahagiaan Imajiasi

“Mas, kapan kamu tepati janjimu!”. Kata Meysa berteriak pada Ardo suamiya. “Dasar laki-laki bodoh”. Lanjjutnya lagi.”Aku kasi kamu waktu seminggu kalau kamu belum kuasai harta keluargamu aku akan pergi”. Ancam Meysa.

“jangan pergi! Aku janji aku bakal kuasain harta keluargaku”. Balas Ardo. “Tapi dengan satu syarat”.

“Apa syaratnya?” Tanya Meysa.

“Kamu harus tetap sabar dan jangan coba-cobba pergi dari rumah ini!”. Jawabb Ardo tegas.

“Oke, baiklah”.

Ardo dan Meysa. Pasangan yang aru saja menikah 3 bulan yag lalu. Ardo yang memiliki sifat angkuhh an istrinya yang sangat angkuh dan suka memaerkan harta yang ia miliki. Mereka ingin menguasai harta keluarga Ardo. Mereka membuat siasat untuk melukai Ibu Ardo bernama Rohmah.

Mereka sedikit sulit untuk membbuat luluh hati Ibu Rohmah. Karena mereka pernah ketauan hampir membunuh Ibunya. Lalu Ibbunya melapor ke plisi dan ingi memenjarakan mereka berdua atas kasus pembunuhan.

Tapi karena Ibunya masi menyayangi mereka, maka ibunya mecabut balik keputusannya. Walaupun begitu di hati Bu Rohmah terdapat segelintir kekecewaan. Akhirnya warisan yang ia berikan pada anaknya hanyalah 1 unit mobil dan 1 unit rumah. Sedangkan perusahaan dan tanah seluas 1500 hektar ia berikan kepada anak yatim piatu. Ardo dan Meysa sangat berterima kasih bada ibbunya. Mereka janji akan membalas budi dengan menjaga dan merawatnya di sisa-sisa umurnya.

Nyatanya janji itu tidak tersampaikan. Mereka malah memanfaatkan kesempatan erhara itu. Mereka hanya berpura-pura baik pada iunya. Sedangkan, Ardo berenana mengubah surat warisannya di pengaara keluarganya. Ardo menggaja pegaaranya di café dekat rumahnya.

“Selamat siang Pak Ardo, ada yang perlu di bantu”. Ucap pengacara itu dengan lema lembut.

“Emmm, jadi begini. Saya ingin mengubah surat warisan ibu saya. Apakah bisa?”. Terang Ardo sambil member surat warisan yang ia ambil di lemari ibunya.

“Sebentar saya lihat dulu”. Ucapnya sambil menerima surat dari Ardo.”Mohon maaf Pak Ardo, surat ini sudah di tetapkan leh Ibu Rohmah. Jadi surat ini hanya bsa dig anti oleh ibu rhmah sendiri”. Sambungnya lagi.

“Apa tidak ada cara lain?”. Ucap Ardo degan nada cemas. “Begini saja, jika kamu bisa megubah surat warisan ini kamu akan saya beri bayaran yang kamu minta. Deal?”. Llanjutnya.

“Maaf pak, saya tiak bisa”. “Saya harus pergi karena ada urusan mendadak, saya pamit”. Ucap pengacara itu.

Ardo sangat was-was. Ia takut tidak bisa mendapatkan harta keluaranya. Akhirnya Ardo pulang dan menoa membuat rencana dengan istrinya untuk bisa mendapat harta warisan ibunya.

Sesmpainya di rumahh, ia mulai berbicara pada istrina tentang apa yang ia bicarakan di café bersama pengacara. Istrinya pun mengerti dan menemka ide untuk medapatkan harta keluarganya.

“Mas, aku tahu! Kamu harus mengajak ibu pergi. Di tengah- tengah jalan kamu harus berheti dan illang, bahwa mobil yang kamu pakai sedang mogok. Lalu kamu pergi mencari montir, dan tinggalkan ibu sediri”. Ucap Meysa.

“Begitu saja, lalu ibu bagaimana. Diakan cuma sendiri”. Sahut Ardo kesal.

“Kamu itu gimana sih. Bodo amat. Ya tinggal suruh anak buah kamu lah untuk bunuh ibu”. Ucap Meysa dengan membentk.

“Baus uga itu renana. Ok besok aku akan beraks”. Ucap Ardo dengan nada semangat.

Keesokan harinya Ardo pun segera bergegas untuk menjalakan rencana yang suda di buat. Ia mengajak ibunya ke panti asuhan yang berkisar 3 km jaraknya. Di tengah perjalanan ia akhirya menjalankan rencananya.

“GRGGGRGG”

“Suara apa itu Ardo?”. Tanya bbu Rohmah.

“Sepertinya mobilnya mogok bu, coa Ardo lihat dulu”. Jawabnya dengan pergi ke uar menecek moobil. “Wah benar u mobilnya mogok, ibu tunggu sini ya. Ardo mau cari montir seentar”

“Iya”. Jawab Bu Rohma dengan singkat.

Setelah Ardo pergi, Bu Romah beranjak ke luar untuk menunggu di pinggir mobil. Lalu anak buah suruhan Ardo lalu datang menyerang Bu Rohmah degan pisau belati. Bu Rohmah berteriak meminta tolong tetapi belum ada yang membatunya.

Setelah itu Bu Rohmah mencoba berteriak sekuat-kuatnya. Lalu datangla seorang wanita penjual bbakso keliling dan anaknya yang kira-kira berusia 5 tahun. Ibu itu langsung menyerang preman suruhan itu dengan serok bakso yang masih panas. Tapi preman itu malah melukai tangan iu itu dengan pisau yang ia pegang.

Lalu seorang pemuda datang dan berhasil mengusir preman suruhan itu. Tetapi Bu Romah seketika jatu pingsan. Ibu penjual baks dan serang pemuda tadi menolongnya. Saat itu Ardo pun datang. Ia langsung menelpon ambulace ruma sakit.

Saat tiba di ruma sakit, Ardo, istriya, ibu tukang bakso dan anaknya ikut menjenguk Bu Romah yang sedang di rawat inap. Dkter menyatakan bahwa Bu Rohmah terkenna serangan jantung. Sontak orang-orang yang ada di kamar itu pun kaget.

Ibu tukang bakso itu melihat jemari Bu Rohmah bergerak. Lalu emua rang menole dan memperhatikan u Romah. Ia Nampak sangat lemah.

“Dimana aku?”. Tanyanya .

“Ibu di rumah sakit bu. Jangan khawatir ibu akan baik-baik saja. Saya pamit, mari”. Jawa dokter yang mengobati u rohma

“Ardo,Meysa. Apakah kalian boleh ke luar sebentar,? ibu ada urusan dengan ibu ini”. Kata bu rohmah.

“Iya bu”. Jawab Ardo dan Meysa bersamaan.

Ardo dan Meysa berniat mendengarkan percakapan ibu dengan tukang baks itu. Mereka tidak pergi ke depan. Melainkan mereka hanya menunggu di pintu saja agar bisa mendengarnya.

Di dalam hanya ada Bu Rohmah, ibu tukang bakso dan anaknya. Ibu tukng bakso itu sangat ramah, baik, canti dan shlihhah. Begitu juga dengan anaknya. Bu Rohma menganggapnya sebagai menantunya sendiri.

“Nak, siapa namamu?”. Tanya bu rohmah pada tukang bakso dan aaknya.

“Saya Ratih dan ini anak saya Rara”. Jawanya

“nama yang cantik sama seperti rangnya”. Puji Bu Rohma. “Nak, ini di terima ya. Ini sebagai rasa terima kasih saya”. Up bu rohmah sambil member se amplp uang.

“Tidak bu terima kasih, saya ikhlas kok membantu ibu”.

“Baiklah kalau begitu”. Jawa bbu Rohma. “Nak, bolehkah aku mengadopsi anakmu seagai cucuku”.

“Alamdulilah nak”. Sambil menoleh ke anaknya. “Baik bu, saya mau. Tapi bolehkah saya menjadi pembantu di rumah anda?”. Tanya Ratih.

“Iya. Sangat boleh sekali”.

Ratih dan Rara sangat ahagia. Kebutuhan mereka akan tercukupi. Mereka tidak lagi tinggal di gubbuk tua yang biasa mereka tempti. Rara akan isa melanutkan sekolahnya. Bu Rohmahh memerikan apa yang ia ingin berikan pada anak yatim pada mereka.

Di luar, Ardo dan Meysa sangat terkejut. Mereka tidak menyangka iunya akan mempercayai orang yang aru ia kenal. Mereka membuat siasat bagaimana caranya Ratih dan Rara bisa pergi dari rumah itu dan mereka tetap bisa mendapatkan harta keluarganya.

Setelah pulih, Bu Rhhmah dan keluarga barunya pulang ke ruma mereka. Sedangkan Ardo dan Meysa iri pada mereka. Bu Rohmah sangat menyayangi Ratih dan Rara daripada keluarga mereka sendiri.

Tetapi, sejak Ratih dan Rara berada di rumah itu, sikap Ardo sedikit demi sedikit beruah. Ia menjadi saying pada Rara. Dan istrinya Meysa merasa iri atas perlakuan suaminya pada Rara. Niatnya yang igin mereut harta keluarga suaminya beruah menjadi ingin mencelakai Rara.

Saat Meysa mulai membuat siasat. Ia mengetahui semuanya. Ternyata Ardo mendekati Rara karena ia mencintai Ratih. Ardo yang isa di katan mulai tobat mulai di incar oleh istrinya sendiri.

Meysa mala mejadi-jadi. Niat awalnya yang ingin membunuh Rara saja sekarang berubah. Ia juga ingin membunuh Ratih. Keputusannya sudah bulat. Ia akan memulai aksinya mala mini saat semua rang suda tertidur.

Saat malam telah tibba Meysa pergi ke kamar Ratih dan rara. Ia memawa pisau tajam. Ia dengan lagsung memotong leher Rara dan Ratih. Tapi mereka masih sempat bberteriak saat lehernya sudah terpotong. Ardo sontak angun dan pergi ke kamar mereka.

Ardo lanngsung memunuh Meysa atas peruatannya. Dan malam itu terjadi anyak pembunuhan. Di kamar itu terdapat anyak darah berlumuran. Bu Rohma yang mendengar kabar itu saat pagi sontak terkena serangan jantug dan meninggal secara tragis.

Ardo menyesal teah melakukan ini. Ia belum sempat memahagiakan seorang iu tercita. Ardo mulai memperbaiki kesalahannya. Ia memutuskan untuk taubat nashuha. ia sholat dengan teratur. Dan tak lupa setiap pagi ia ke makam ibunya.

Aro berusahha melupakan kejadian tragis terseut. Tapi ia tetap tidak isa melupakannya. Saat ia teringat ia selalu menangis sambil memeluk fto keluargannya. Ia akhirnya berdiam diri.

Saat Ardo susah, ia selalu pergi ke makam ibunya. Saat itu ia hampir seharian tidak makan dan tidak minum. Ia terus duduk di sebelah makam iunya. Orang-orang setemat berusaha membawanya agar pulang. Tapi usaa itu sia-sia.

Sudah 2 ari Ard belum pulang. Orang kampong mencarinya di mana-mana tapi tdak menjumpai Ardo. Setelah lama mencari Ardo di temukan di samping makam iunya. Ia terus menerus mengelus nisan ibunya. Orang orang memawanya ke ruma sakit karena takut terjadi apa-apa. Dokter akhirnya mendiagnosa ahwa Ardo terkena gngguan jiwa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post