2.Anita "hasil tidak akan menghianati usaha"
Selepas Ayah dan Andini pergi ,dia pun ikut pergi kemudian pamit kepada sang ibu, “bu, Anita pamit berangkat sekolah” sambil mencium tangan ibu, “hati-hati di jalan nak” ujarnya”baik bu”.
Anita anak yang mandiri dari mulai kecil dia belum pernah di manja oleh ibunya,apa yang dia inginkan dia harus berusaha terlebih dahulu, jika sudah ada usaha baru orang tuanya kabulkan, dia juga belum pernah antar jemput ke sekolah ayah dan ibunya,
Anita lahir keadaan orang tuanya sangat sederhana mereka belum mempunyai rumah sendiri mereka tinggal di rumah dusun, dia sempat berjualan keliling dusun, hanya untuk mendapatkan satu pakaian baru, dia juga tahu bagaimana rasanya makan hanya dengan sekedar garam, waktu itu Ayahnya belum mempunyai pekerjaan tetap dia hanya bekerja ketika ada yang membutuhkan untuk merenovasi rumahnya,sempat dia muak dengan pekerjaannya yang tidak pasti kapan dia mendapatkan uang, akhirnya dia mencari pekerjaan tetap, hasil tidak akan menghianati usaha peribahasa itu banyak orang lain lontarkan padanya, di umur Anita menginjak lima tahun akhirnya Ayah pun mendapatkan pekerjaan tetap sebagai mandor di PT ARSICO PUTRA PERDANA. Sekarang ayah paham arti dari peribahasa tersebut, setelah menjadi pekerja tetap dia selalu menyisihkan uang hasil kerjanya di bank untuk kehidupan keluarganya, setelah tiga tahun bekerja dia bisa membelikan rumah untuk ibu dan Anita.
Akhirnya ayah tahu apa makna dari peribahasa itu, allah tidak akan pernah menghianati usaha hambanya, dari mulai itulah ayah selalu berusaha sekuat tenaganya, agar allah memberikan apa yang dia inginkan.
Kehidupan sederhana menjadikan banyak pelajaran bagi Anita, dengan itu dia bisa menjadi anak mandiri, dan berprestasi, di bangku kelas satu SD dia berjualan pernak-pernik yang di rancang oleh ibunya, tidak terdapat rasa malu yang menyelimuti dirinya, dia berjualan di sekitar lingkungan sekolah di jam istirahat, ketika orang lain sibuk menggunakan uangnya hanya untuk membelikan makanan.
Berkeliling memasuki setiap kelas sambil membawa tas yang terdapat pernak-pernik di temani temannya tak lain adalah Delisya, Delisya teman yang selalu menemaninya ketika dia berjualan di sekolah ataupun di luar sekolah, Delisya anak dari keluarga berkecukupan dia juga anak yang pintar, tapi dia tidak malu berteman dengan anak penjual pernak-pernik, dari arti namanya, dia anak yang selalu gembira dan bercita-cita untuk membuat hati orang lain gembira, dia anak yang rendah hati sehingga Anita menyebutnya anak patih(rendah hati), setiap harinya dia hanya mendapatkan sekitar 20.000 – 30.000, dia memberikannya kepada ibu,tetapi ibu hanya mengambil untuk membeli bahan dan membuat ulang pernak-perniknya saja, sisanya dia berikan kembali kepada anaknya untuk uang jajan, tapi Anita anak yang mandiri dia menabungkan uangnya di sekolah, setiap akhir semester uang yang dia tabung dia belikan untuk kebutuhan peralatan sekolah yang sudah habis.
Anita sadari dia tidak mampu untuk mengikuti les di sekolah, sedangkan les itu membuat teman-temannya menjadi lebih paham pelajaran di kelas untuk ujian nanti, di banding dengan yang tidak mengikuti les, karena di dalam les pelajaran yang di bahas satu kali lebih cepat dari pada pelajaran di dalam kelas, tapi tidak menjadikan alasan untuknya tidak mengetahui pelajaran tersebut, dia mengikuti pembelajaran les di luar ruangan tidak membuatnya menjadi malu, melainkan dia bangga dengan keadaannya yang seperti ini, dia juga memotivasi teman-temannya untuk mengikuti les di sekolah, suatu ketika dia pernah di tegor oleh salah satu guru les,
“Sedang apa kamu di sini?” Tanya guru les ketika keluar dari kelas,
“saya hanya bisa mendengarkan materi yang bapak sampaikan di luar kelas karena saya tidak mampu untuk mengikuti les, tapi saya menginginkannya” jawabnya
Mendengar jawaban tersebut , guru les itu kemudian menyuruh Anita memasuki kantor sekolah, lalu guru tersebut masuk kembali ke kelas dan menutup pembelajaran pada hari ini. Kemudian Anita pergi menuju kantor sambil menunggu bapak guru yang menyuruhnya menunggu di kantor, tak lain guru itu bernama bapak suprianto, pak suprianto guru paling di takuti oleh semua siswa/I di sekolahnya dia juga selalu bertindak keras jika muridnya tidak sesuai dengan aturannya, tapi berbeda ketika mendengar ucapan dari Anita dia merasa kagum kepadanya, meskipun tidak mempunyai biaya untuk ikut les,tapi dia berusaha maksimal untuk mendapatkan ilmu tersebut, dan akhirnya terpikir dalam hatinya untuk memasukannya ke les sekolah , dengan biaya di tanggung olehnya
Suara injakan bumi membuat kaget si anak mandiri itu, dia bergegas berdiri dari duduknya di atas lantai depan pintu kantor, pak suprianto kaget melihat anak itu berdiri di depan pintu kantor, tidak terpikir olehnya mengapa dia tidak langsung masuk ke dalam kantor duduk menunggu kehadirannya, dia geram dan bertanya,”mengapa kamu tidak masuk ke dalam?”
“ maaf pak , belum ada ijin dari bapak untuk mempersilahkan saya masuk ke dalam kantor, sebabnya saya menunggu di luar kantor sampai bapak datang” jawab Anita. Dia hanya tersenyum dan mempersilahkannya masuk kedalam kantor , di dalam dia memberitahukan niatnya kepada Anita, untuk mengikuti les sekolah tanpa biaya , tapi dia bertanya terlebih dahulu, dengan keseriusannya,
“ apakah kamu ingin mengikuti les sekolah?” Tanya nya
“sebenarnya saya sangat menginginkannya pak, tapi terhalang oleh ekonomi”` jawab gadis itu
“ kamu akan di biayai oleh bapak , tapi dengan syarat kamu harus benar-benar dalam mengikuti les nya, jangan sampai kamu bolos, paham” ujar pak suprianto
“ benar pak?”,air mata berbinang di matanya tak tertahan akan jatuh ke bumi ,
“ benar, jika kamu menepati syarat dari bapak, jika kamu tidak menepati, maka dengan berat hati bapak akan mengeluarkan kamu dari les sekolah”
“ baik pak, ingsya allah saya akan menepati syarat yang di berikan oleh bapak”
Siang menjemput malam Anita pergi menuju musola sekitar rumah, di atas sejadah menundukan kepala meminta petolongan kepada allah swt, berlinang air mata yang mengalir deras di pipinya, sehingga ibu datang menjemputnya pulang untuk makan, Anita segera merapihkan alat solatnya dan bergegas menuju rumah untuk makan, di rumah ibu bertanya kepadanya
“ kenapa kamu menangis tadi di musola nak, ? adakah masalah ketika kamu di sekolah, ? bisakah kamu bercerita pada ibu,?” ayah memperhatikan obrolannya ibu dan sang anak,
“ gak ko bu, Anita baik-baik saja , hanya saja Anita bingung” jawabnya.Pada saat itulah Anita bisa terbuka perasaannya kepada sang ibu, deras nya air mata terus mengalir sekian lamanya dia menginginkan hal ini pada kali ini dia bisa berbincang-bincang dengan sang ibu, ibu memberinasihat
“ lalukan apa yang terbaik untukmu nak, jangan sia-sia kan kesempatan itu , maaf ibu yang tidak bisa memberi bekal untukmu mengikuti les untuk ujian nanti,”
Dia mengikuti les dengan sungguh-sungguh selalu menepati syarat yang telah di berikan pak suprianto, sehingga sampai di hari ujian nasional , dia mengikuti ujian dengan serius. Hasil tidak akan menghianati usaha, moto keluarga Anita , dengan usahanya yang sungguh-sungguh dan ternyata dia menjadi nilai tertinggi ke dua se jawa barat, sahabatnya Delisya menjadi nilai tertinggi ke lima, Delisya merayakan kesuksesan sahabatnya Anita, dia tidak menduga jika Anita akan mendapatkan nilai lebih baik darinya.
“Ibu, apa boleh aku minta satu permintaan” tanyanya dengan gugup pada ibu,
“Boleh nak, permintaan apa?”jawab ibu, dengan antusiasi kepada anak cerdasnya
“Anita ingin sekolah di SMPN santa ursala terbuka, kata pak suprianto Anita bisa masuk melalui jalur beasiswa, dari prestasi yang di raih selama SD ,jika ibu ijinkan pak suprianto yang akan memproses semuanya, ibu jangan hawatir pada Anita, Anita bisa lulus tanpa membenani ibu ko, Anita ingin menjadi anak yang mandiri”, mendengar ucapannya dia merasa sangat gagal menjadi seorang ibu, tak terasa air mata menetes di pipi ibu, diapun langsung mengijinkannya, di lubuk hati dia berkeinginan membiayai putri cerdasnya, selepas pembicaraannya dengan Anita dia menghubungi pak suprianto memintanya untuk mengobrol.
Di ruangan kantor sekolah ibu berbincang dengan pak suprianto mengenai anaknya, setelah lama berbicara ibu tau pengorbanan anak cerdasnya, dan akhirnya ibu meminta mencabut anaknya dengan jalur beasiswa, dia yang akan membiayai semuanya, tanpa harus sepengetahuan anaknya, dia juga meminta kepada pak suprianto untuk menyembunyikan semua ini dari anaknya.
Matahari mengikuti alunan langkahnya, dunia indah dengan senyumannya, Anita anak cerdas sekolah di sekolah paporitnya, dia telah lulus dari hasil ujiannya, dua insan itu tidak terpisahkan sampai menginjak tingkat lebih tinggi pun,meskipun berbeda kelas mereka masih bisa bersama, ketika istirahat tiba saling menunggu depan pintu kelas.
Di usia Anita menginjak SMP ayah menjadi naik daun, sekarang anita sederajat dengan sahabatnya, ibu selalu mencukupi kebutuhannya Anita, tapi itu semua hanya dirasakan sekejap olehnya, ketika Andini menginjak SD semuanya berubah, ibu lebih memanjakan adiknya dibandingkan dengannya, apa yang di inginkan adiknya ibu selalu menurutinya.
Hati yang tertekan di dalam angkutan umum, Anita mengingat tolakan sang ibu ketika dia menginginkan di antar ke sekolah seperti sang adik, dia merindukan perlakuan ibu nya di waktu kecil, memandang langit yang biru, dia seperti melihat kenangannya di masa kecil, mengalir aluran air di pipinya bagaikan air terjun, sehingga menjadikan sembab di matanya, sesampi di gerbang sekolah dia tidak langsung memasuki kelas melainkan pergi menuju toilet untuk menenangkan dirinya, di taman sekolah Denisya mencari sahabatnya, dia sudah mengelilingi taman sekolah tapi anita tidak dia temukan, dia berpikiran “ apakah Anita tidak masuk sekolah karena sakit, padahal hari ini ada yang harus dia presentasikan hasil kerjanya kemarin” bergerutu dalam hati, tak ada angina tak ada hujan , dia mendadak ingin pergi ke toilet, dan ternyata dia menemukannya sahabatnya di toilet sekolah , dia berdiri di pojok westapel sambal memerhatikan wajahnya menghadap kaca, kemudian Delisya menghampirinya, “ are you okay?” Delisaya bertanya kepada sahabatnya “ I’am okay” jawabnya , sambil menghapus air matanya, kemudian membasuhnya dengan air. Denisya sahabat yang mengerti keadaan dia tidak banyak bertanya kepadanya , dan mengajaknya memasuki kelas untuk presentasi hasil kerjanya, dan hasilnya di luar dugaan , Anita tidak menyampaikan sesuai dengan apa yang di rencanakannya, dia pun mendapat nilai terkecil dari semua anggota kelas, pikirannya tidak sejernih semula, Denisya sahabat yang selalu mengertinya, dia memberikan motivasi kepadanya, tanpa Anita bercerita kepadanya, dia tahu apa yang di rasakan oleh sahabatnya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar