Sudah dua Minggu semenjak kepindahan Selena ke sekolahku. Aku juga dapat berteman baik dengannya. Walaupun dia terlihat aneh, sebenarnya, dia baik kok. Mereka yang tidak dekat dengan Selena, pasti berpikir, anak ini dingin sekali. Walau memang kenyataannya gadis itu sangat dingin dan cuek. Tapi, menurutku dia hanya kesepian dan butuh seorang teman.

"Selamat Pagi, Selena!" Sapaku ceria sambil melambaikan tanganku. Senyum terukir manis di wajahku.

"Pagi Lily." Balasnya walau tanpa ekspresi.

"Bagiamana tugas kemarin? Susah?" Tanyaku basa-basi sembari menaruh tas di meja.

"Tidak." Jawabnya sambil menatap ke bawah. Aku bisa melihat sorot mata tajamnya berubah sendu dan sedih.

Lalu, ia menatapku.

Ada beberapa hal yang aku tidak ketahui tentang Selena. Itu membuatku penasaran. Ada hal aneh yang aku ketahui juga. Selama ini, aku tidak pernah melihat Selena makan, minum, tersenyum, dll. Itu membuatku heran. Lalu, di mana pun dia berada, dia selalu membawa buku hitam tebal miliknya. Aku selalu bertanya, tapi ia selalu menghindar. Seperti ini.

"Itu buku apa?" Tanyaku sambil menunjuk buku di genggaman Selena.

"Untuk apa kamu tahu?" Balasnya dengan judes.

***

Sekarang, sudah waktunya pulang sekolah. Aku dan Selena berjalan bersama.

"Lily, apa itu teman?" Tanyanya dengan polos. Aku yang mendengar itu pun terkejut.

Oh hei, siapa yang tidak tahu apa itu teman? Apa dia sedang bercanda? Mana mungkin dia tidak tahu apa itu 'teman'. Ya ampun, ternyata teman sebangkuku sendiri saja tidak tahu apa itu pertemanan. Jadi, selama ini dia menganggabku apa? Aku pikir kita teman. Ternyata aku yang terlalu PD.

"Apa maksudmu?" Aku balik bertanya dengan binggung. Dia malah terdiam.

"Teman itu orang yang selalu berada di sampingmu ketika semua orang menjauh. Yang menerimamu apa adanya, dan selalu ada untukmu." Aku menjabarkan tentang 'teman' ke Selena walau masih binggung.

"Apa kita ini teman, Lily?"

"Tentu saja!" Jawabku bersemangat.

"Lily, apa kau ada waktu nanti sore?"

"Iya. Kenapa?" Jawabku.

"Nanti sore kau temui aku di taman Florencia! Aku akan memberitahumu sesuatu. Aku tunggu kamu di sana." Ujar Selena, lalu, ia pergi meninggalkan ku.

***

"Mama, Lily pergi ke taman, ya!!!" Seruku sambil menutup pintu.

Aku menaiki sepedaku dan menggoesnya menuju taman Florencia.

Sesudah sampai, aku memarkirkan sepedaku. Lalu, aku mencari-cari keberadaan Selena. Saat aku membuka semak-semak, di sana ada bangku dan seorang gadis yang duduk sambil menaruh buku hitam tebal itu di atas pangkuannya.

"Selena!" Seruku. Dia mengangkat kepalanya, dan memperlihatkan wajahnya yang tadinya tertutup rambut panjangnya. Ia menyibakkan rambutnya, lalu tersenyum padaku. Senyum Selena yang kaku dan pucat sebelumnya belum pernah kulihat.

"Lily, aku sudah menunggumu." Dia berdiri. Aku menghampirinya.

"Selena, ada apa?"

"Aku akan memberitahumu sesuatu." Ujar Selena lalu melirik belakang pohon di samping bangku. Lalu, muncul lorong waktu dan keluar seekor kelelawar yang berubah menjadi anak laki-laki yang umurnya berjarak satu tahun di atas kami. Dia menyeringai, jujur aku takut melihatnya.

***

Bersambung