dengan Semesta
Aku memaksa kelopak mata ku untuk terbuka
Memandangi langit-langit kamar
Otak ku terus mengolah kata
Kata yang harus aku katakan sore ini
Rupanya sore hendak pergi
Dan malam yang akan menyambut
Semoga malam ini tidak ada lagi tangisan
Batinku mengeras
Aku beristighfar, mengingat Allah
Terlintas fikiran ku agar Allah menjemput ku
Tapi , matahari tidak mengizinkan
Karena aku masih diberi kekuatan olehnya
Seberat apapun masalah yang aku pikul
Serapuh apapun hatiku
Kata matahari "jangan menyerah"
Aku menoleh pada bulan
Bulan masih sibuk menari bersama bintang
Dan yang tersisa hanyalah matahari
"Aku lelah" ucapku pada matahari
Matahari tersenyum hangat
Padahal malam sudah hendak datang
"Terima saja, ini semua hanyalah ujian"
Aku mendengus kesal
Matahari tersenyum kembali
"Aku yakin, kamu kuat dan kamu pasti bisa"
Aku membuka mulutku "A..aku lelah"
Bulan dan bintang yang tadinya menari kini berhenti
Menghampiri gadis yang tengah menyerah
"Kamu boleh lelah, cantik" kata Bulan
"Tapi jangan menyerah" ujar Bintang seraya memancarkan sinarnya
Gadis itu menangis
"Hiks.. hiks.. aku ingin bersama ayah ku"
Tangisannya pecah, seketika ingat dengan ayahnya
Matahari membuka suara "Ayahmu akan bahagia jika melihat gadis kecilnya juga bahagia"
Bulan dan Bintang merangkul Gadis itu
"Jangan lupakan ayahmu, tapi ikhlaskan" ujar Bulan mengelus kepala gadis itu
"Aku menyayangi ayah, Bulan" balas gadis itu dengan tangisannya
"Tersenyumlah dan doakan ayahmu, jangan buat ayahmu kecewa" tutur Semesta pada gadis yang tengah berputus asa dan mengadu kepada bulan,bintang,dan matahari
Gadis itu menoleh "Se..semesta"
Semesta tersenyum "Lihatlah duniaku, para pribumi sedang berjuang melawan virus. Dan aku harap kamu juga berjuang melawan segala masalahmu"
Bintang memeluk gadis itu "Aku harap kamu paham maksud dari semesta"
Gadis itu terbangun dari mimpinya
Ia menepuk kedua pipinya dan berlari menuju kamar mandi
"ASTAGA, AKU MIMPI? SYUKURLAH" ujarnya
Gadis itu menatap matanya dari kaca, sangat merah dan sipit
"Aku menangis?" tanyanya pada dirinya
10 MENIT ia termenung di depan kaca berukuran minimalis
Ia masih disibukkan dengan tanda tanya besar dalam benaknya
Tapi semesta memang punya rencana yang indah
Lewat mimpi itu, ia berusaha tersenyum kembali meski harus memaksa
Dan ia berusaha tegar meski banyak masalah yang ia hadapi
Baginya "KEBAHAGIAAN ORANG LAIN LEBIH PENTING, DARIPADA KEBAHAGIAAN DIRINYA SENDIRI"
dan ia telah yakin bahwa ; "SEMUA MASALAHKU AKAN SEGERA SELESAI, JADI AKU HARUS MENGALAH"
-selesai-
"ini hanyalah monolog dan dialog diri sendiri seraya membayangkan bahwa ia sedang bertemu dengan makhluk semesta"
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar