Maria Diandra Amara Kinanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Nyanyian Jiwa  Kunjungan ke Panti Werdha
Ada apa dibalik panti?

Nyanyian Jiwa Kunjungan ke Panti Werdha

4 Juli 2024, hari yang penjang. Panas terik dari matahari menyengat di kulit. Topi yang kukenakan sekarang tak berfungsi lagi karena rambut sudah banyak keringat yang muncul. Terkadang pula ada angin yang berhembusan diikuti daun serta debu yang bertebaran dimana mana. “permisi pak, saya Kikan dari lampung yang kemarin janjian dengan bapak” kalimat yang saya ucapkan kepada Pak Supri yang kemudian ia menyambutku dengan hangat. Aku menyapa juga beberapa karyawan di ruangan tersebut. Mengobrol sejenak tentang tujuan kedatanganku di sini serta berkenalan. Plot twist nya, pak Supri adalah adik kandung tetanggaku. Dunia sempit ya ternyata.

Panti tersebut terletak di sukomoro rt No.27, Sukamoro, Kec. Talang Klp., Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan 30961, bertepatan di sebelah kanan Via Crucis Sukamoro. Jadi selagi aku berkeliling di panti, ayah, ibu, dan adikku keliling Via Crucis. Berjumlah 32 jiwa sebagai penghuni panti di antaranya terdapat orang tua yang dititipkan dan lainnya orang tua yang ditemukan terlantar serta hidup hanya sebatang kara. Canda tawa yang mereka ciptakan, membawa kehangatan dalam suasana panti siang hari ini.

Dengan kak Agnes, aku mengelilingi panti dengan penuh penasaran. Bagaimana mereka dapat bersosialisasi dengan orang lain? Bagaimana mereka dapat menerima keadaan yang mereka rasakan? Banyak pertanyaan yang ada di benakku, dan seiring berjalannya waktu, pertanyaan itu terjawab. Mereka, para penghuni panti memiliki jadwal harian sama seperti asrama pada umumnya. Mereka juga masih bisa beraktifitas di luar panti pada jam rekreasi. Terkadang pula, bila ada kunjungan yang datang, mereka amatlah senang, karena mereka butuh semangat dan dorongan untuk selalu bersyukur.

Setiap obrolanku dengan para penghuni panti mengingatkanku dengan sikapku yang kadang kurang bersyukur. Bertemu dengan mereka membuatku sadar bahwa semua orang membutuhkan perhatian, empati, dan peka dari orang lain. Semangat yang kuberikan kepada para penghunni panti dan mendengarkan kisah mereka saja sudah cukup.

Simbah sang pelukis

“kami punya simbah yang suka dengan melukis, ini kamarnya, silahkan masuk” mendengar pernyataan itu aku kaget karena di panti ada yang hobi melukis padahal dia sudah berumur 60 tahun keatas. Tidak diketahui namanya, dan aku hanya memanggil dia dengan sebutan ‘simbah’. Baginya melukis adalah cara beliau untuk mengutarakan perasaannya. Lewat melukis, dia sadar akan warna warna yang kan dilampiaskan di sebuah kertas. Lukisan lukisannya sangtlh menarik perhatian. Saat aku melihat di salah satu lukisannya yang sangat memiki arti yang mendalam, akupun tertrik untuk mendeskripsikan lukisan tersebut dan mengartikan lukisan tersebut. Simbah menggambarkan pemandangan gunung yang sangat cantik. Namun disisi lain ada coretan emosionl yang di lakukan, namun tidak mengubah objek yang beliau lukis. Dalam benakku, aku berkata “ada saatnya semua indah di mata namun akan ada tantangan yang mengganggu pemandangan tersebut, pemandangan tersebut adalah kebahagiaan yang semata”

Aku diberi kesempatan untuk mengobrol santai dengan simbah. Biliau sangat suka juga mendengarkan radio, maka saat kami asik mengobrol, beliau juga mendengarkan radio. Simbah bercerita saat ia akan singgah di lampung, yakni di Metro. Saat aku mendengarkan cerita tersebut, beliau sangatkan senang akan ceritanya yang membuatku memberikan beberapa pertanyaan. Selesai aku mengobrol, menurutku beliau seperti orang normal, lalu saat aku mendengar pernyataan dari kak Agnes, ternyata simbah hidup hanya sebatang kara.

Pada kunjungan tersebut ada beberapa pelajaran yang aku petik. Kunjungan ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan seingga aku bisa leih tau tentang kehidupan. Manusia memang tak akan pernah luput dari masalah dan tantangan. Dalam kehidupan pula tidak ada manusia yang hidup sendiri. Ia memerlukan teman yang dapat membantunya. Dan bersyukur adalah caraku berterimakasih kepada Tuhan. Memanglah tantangan yang dihadapi setiap orang berbeda beda, namun bila aku melihat diriku sendiri, dan walaupun aku hidup jauh dari kata sempurna, maka aku harus tetap bersyukur karena ada yang lebih susah daripada aku.

Maria Diandra A. K.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post