Tak luput dari pandanganku, kutemukan kau dalam diri ini. Bu, layaknya yang semua orang katakan. Kau dan aku adalah satu orang dalam dua raga. Sesungguhnya aku ialah rengkarnasi darimu. Bagaikan pinang dibelah dua, aku hampir sama sepertimu. Seolah-olah aku ini adalah kau versi kecil. Sikap tegas, pemberani, dan tak kenal takut semuanya melekat pada diri ini.

Kusadari, kita memang hanyalah manusia yang tak sempurna, yang hanya saling melengkapi. Terkadang, aku dan kau sama-sama tak ada yang mengalah. Kerasnya batu bertabrakan dengan kerasnya besi. Ya, kita memang seperti itu. Tetapi, ketahuilah diriku ini begitu menyayangimu walau terkadang gengsi selalu menutupi semua itu. Jauh dari hatiku yang terdalam selalu ada namamu. Yang membuatku selalu semangat menjalani hari-hari. Memang benar, apa adanya yang mereka katakan. Kau begitu tegas kepadaku, bahkan bisa dikatakan kau keras kepadaku. Tetapi, mereka semua tak tau apa-apa. Mereka tidak tahu penderitaan yang kau alami. Mereka hanya melihat, tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.

Engkau merupakan seorang ibu sekaligus ayah untukku. Hidup dan mengurus anak sendirian, Bukankah itu melelahkan? Banyak yang membujukmu untuk segera memiliki pasangan, namun yang kau jawab adalah "kau ingin fokus untuk membesarkanku ". Jujur Bu, aku begitu terharu. Kaulah satu-satunya orang yang pertama peduli padaku. Disaat dunia menjauhiku kau tetap menggenggamku. Disaat mereka semua menyalahkanku kau tetap memaafkanku. Sesungguhnya aku tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu, Bu. Kau begitu baik, sangatlah baik. Pernah aku berpikir, terbuat dari apakah hatimu? Sungguh Bu, jika ada yang bertanya siapa orang yang paling berjasa dalam hidupku. Maka, dengan lantang aku kan menjawab "Ibu, ibu, dan ibu".

Begitu bahagianya Aku, ketika senyuman indah terbit dari bibirmu. Sorot teduh, kau tujukan padaku. Seakan berbicara bahwa kau begitu menyayangiku. Kaulah tempatku berpulang, ketika aku bersedih kaulah satu-satunya orang yang akan kutemui. Begitu beruntungnya aku memiliki seorang ibu yang luar biasa layaknya dirimu. Kaulah orang pertama yang ingin aku bahagiakan. Kaulah juga orang pertama yang menjadi alasan sampai sekarang aku bertahan.

Bu, kini aku sudah dewasa. Aku sudah mengerti kejamnya dunia. begitu bodohnya aku dulu yang sangat memaksa ingin cepat-cepat dewasa. Bayanganku dimasa kecil tentang kehidupan orang dewasa begitu menyenangkan. Nyatanya itu berbanding terbalik dengan keadaan. Persetan, dengan semua itu. Kini, aku begitu kacau bu. Di sepertiga malam aku selalu menangis. Bersujud pada Tuhan. Mengadu mengapa dunia ini terlalu kejam. Tidak peduli apa yang orang katakan. Biarlah mereka berkata aku ini lemah, aku ini cengeng. Nyatanya memang benar, aku hanyalah manusia biasa yang berpura-pura bahagia di tengah kesedihan yang melanda. Tetapi, mengapa Aku tidak pernah melihat air matamu, Bu? Apakah kau terlalu kuat atau Kau yang begitu hebat dalam menyembunyikan tangismu?

Sungguh, Aku begitu bangga padamu. Entah dikondisi apapun Kau selalu tegar, kau tak pernah risau. Seolah semua akan berjalan baik-baik saja. Kupandang lagi wajahmu, tak ada sekalipun sorot gusar di wajahmu. Yang kau tampilkan hanyalah sorot teduh beserta senyuman menenangkan. Bagaikan panglima di medan perang, kau tak pernah takut dan ragu. Dan semua itulah yang membuatku kagum akan dirimu. Kaulah Sang Rani Dirandra.

Biodata Siswa

Nama : Anita Oktavia Rahmawati

Sekolah : SMPN 1 SUBOH

No telpon : +62 895-3303-12549

E-mail : [email protected]