BAB 1 MISTERI ORANG-ORANG SAWAH
Misteri Orang-orang Sawah
Suatu hari, seorang anak bernama Anggi pulang dari sekolahnya. Ia melewati sebuah sawah yang terkenal dengan keanehannya.
Saat sedang berjalan dengan riangnya, tiba - tiba ia melihat sesuatu yang bergerak di sawah itu, terlihat olehnya hanya orang - orangan sawah yang pendek dan berdiri tanpa memakai tumpangan. Lalu, ia melanjutkan perjalanannya. Tiba - tiba orang -orang sawah itu bergerak mendekatinya. Karena ketakutan, Anggi lari sekencang - kencangnya.
Setibanya dirumah, Anggi menceritakan kejadian yang dialaminya tersebut kepada orang tua, teman temannya, dan semua orang yang ada di desa tersebut. karena kurang percaya, 4 orang teman Anggi ingin membuktikannya. Mereka adalah Thifa, Julia, Restia, dan Aulia.
Pada awalnya mereka hanya ingin melihat-lihat saja, mereka pergi tanpa menyusun sebuah rencana. Jadi, setelah sampai di sawah mereka mendapati orang-orang sawah itu sedang duduk seperti manusia biasa, tanpa berpikir panjang Thifa, Julia, Restia dan Aulia langsung mengangkatnya dan membawanya pulang ke rumah Aulia untuk diperlihatkan kepada semua orang.
Setelah sampai di halaman rumahnya Aulia, mereka langsung memanggil Anggi dan semua orang yang ada di desa tersebut, seketika itu juga halaman rumah Aulia menjadi sangat ramai, dan orang-orang menjadi heboh. Tapi keramaian itu tidak berlangsung lama, karena orang-orang sawah itu dapat berdiri sendiri dan langsung melarikan diri, tidak ada yang ingin menghentikan orang-orang sawah tersebut karena semuanya terheran-heran dan sedikit takut, mereka berpikir mungkin saja orang-orangan sawah tersebut telah dirasuki oleh hantu karena di dalam naluri kita benda mati tidak dapat bergerak sendiri.
Semenjak saat itu, tidak ada lagi yang ingin membuktikan misteri orang-orang sawah, kecuali Thifa, Julia, Restia dan Aulia. Mereka masih ingin memecahkan misteri yang membuat mereka sangat penasaran, mereka pun menyusun rencana dan sepakat akan menyelidikinya pada jam 2 siang.
Setibanya di sawah tersebut, mereka pun berpencar dan memulai rencananya. Saat itu Aulia lah yang menjadi umpannya supaya orang-orang sawah itu mendekat.
Ketika orang-orang sawah itu mendekat, Aulia berteriak, lalu Thifa, Julia, dan Restia keluar dari persembunyiannya dan menangkap orang- orang sawah itu, kemudian mereka membawanya ke sebuah gudang yang biasa dipakai sebagai tempat persembunyian atau tempat pertemuan, lalu mengikatnya dengan sebuah tambang. Kemudian, bertanya kepada orang-orang sawah itu.
“Kamu siapa hah?” Tanya Thifa.
Orang-orang sawah itu pun membuka kepalanya, ternyata itu hanya sebuah topeng yang digunakan oleh seorang kurcaci. Lalu, kurcaci itu menjawab.
“Aku adalah Happy, tujuanku di sini bukan untuk menakuti kalian, tapi aku hanya ingin mencari teman. Aku memakai topeng ini untuk menutupi wajahku yang menyeramkan ini. Di tempat asalku, aku tidak pernah mempunyai seorang teman, mungkin itu karena wajahku yang menyeramkan ini.”
“Ooo… Jadi begitu ya… maafkan aku ya Happy, karena aku membentakmu tadi.” Ujar Thifa.
”Tidak apa apa” kata Happy kepada Thifa.
“Tapi kenapa sewaktu pertama kali kami menangkapmu, kamu lari seperti orang ketakutan, kan kamu mau mencari teman?” Tanya Thifa kepada Happy.
“Aku hanya gugup akan bertemu dengan teman baru dan aku takut jika topengku terbuka kalian akan kaget, karena wajahku yang menyeramkan seperti ini.” Jawab Happy.
“Happy, wajahmu tidak menyeramkan kok, malahan kamu itu imut.” Kata Julia sambil meghibur.
“Terima kasih.” Jawab Happy gembira.
“Hmm… bagaimana kalau kamu menjadi teman kami saja dan kami akan memperkenalkan kamu kepada teman kami yang lainnnya, aku yakin mereka akan mau berteman denganmu, seperti kami ini.” Ulas Restia.
“Bolehkah itu?” tanya Happy.
“Tentu saja.” jawab mereka serempak.
“Wah terima kasih ya teman-teman.” Jawab Happy.
“Happy, tempat ini adalah tempat pertemuan sekaligus tempat persembunyian kami, tidak banyak yang tahu tentang tempat ini. Biasanya kami di sini hanya untuk bermain atau terkadang kami bertemu untuk memusyawarahkan sesuatu dan sekarang kamu boleh ke sini karena kamu sudah menjadi teman kami.” Kata Thifa kepada Happy.
“Ooo begitu, terima kasih ya. Ngomong - ngomong, nama kalian siapa?” Tanya Happy.
“Aku Thifa, biasanya aku di panggil dengan sebutan Ipa, atau Thifa.” Jawab Thifa.
“Aku Julia, dan aku biasa di panggil Ijul.” Jawab Julia.
“Aku Restia, panggilanku cukup banyak lho, tapi teman-teman biasanya memanggilku Tya.” Jawab Restia
“Aku Aulia, aku lebih suka dipanggil Ila, tapi kalau kamu mau panggil aku dengan sebutan lain tidak masalah kok. Misalanya iya atau Liya. O iya… setelah ini kamu akan tinggal dimana happy?” Tanya Aulia.
“ Tenang saja, aku bisa kok membuat sebuah rumah.” Jawab Happy.
“ Wah… kamu hebat ya! Kalau begitu kami akan membantumu Happy.” Kata Thifa.
“Apa kalian tidak keberatan membantuku?” tanya Happy.
“Tentu saja tidak, kita kan sudah berteman.” Jawab mereka serempak
“Terima kasih teman teman, kalau begini rumahku akan cepat selesai, aku sangat beruntung mempunyai teman seperti kalian.” Jawab Happy dengan nada gembira.
Akhirnya, mereka berteman dengan akrab, tidak pernah bertengkar, selalu damai dan rukun.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar