Ibnaty Qanita Larasati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Chapt 1 The Strongest Child of the Blood

Awan mendung kelabu membumbung tinggi di atas langit, menutupi cahaya matahari dan seakan enggan untuk pergi dari sana. Tak lama kemudian tetes demi tetes air hujan turun, membasahi lapangan dan baju anak pondok Ares, semakin lama semakin deras. Tetes air hujan yang bercampur peluh keringat sepertinya sama sekali bukan masalah bagi anak pondok Ares. Seringkali karena terlalu bersemangat latihan, mereka melupakan makan siang hingga Aaron-- si ketua harus menaikkan nada bicaranya. Delfi melirik ke arah Alana-- penghuni pondok Athena yang kebetulan lewat sambil membawa payung. "Dasar barbar, tidak pernah memikirkan kondisi." Gumam Alana sembari melemparkan tatapan sinis pada Delfi. Alana dan Delfi memang bak kucing dan anjing, belum diketahui pasti mengapa mereka selalu bertengkar, tiada hari tanpa baku hantam antara Alana dan Delfi. Agak tidak masuk akal memang bagi pemuda kekar seperti Delfi untuk menyerang gadis mungil semacam Alana, tapi teknik bertarung Alana juga tidak bisa diremehkan. Ia seringkali digadang gadang sebagai masa depan kamp demigod karna keahliannya mengatur strategi di usianya yang masih muda, ia juga lincah bak daun yang meliuk meliuk tertiup angin, tentu ia tak mau kalah dengan Delfi. Delfi yang tak terima di bilang "barbar" berjalan marah kepada Alana. "Apa kau bilang?" "Apa? Kau tuli ya? Jelas jelas aku bilang barbar dan tidak pernah memikirkan kondisi!" Ketus Alana. "Oh ya? Kenapa kau peduli? Aku jauh lebih hebat darimu!" Sahut Delfi tak kalah ketus. "Ha! Dasar barbar dan sombong, kau mau ku buat penyet dengan batu seperti yang ibuku buat pada ayahmu hah?!" "Dasar kutu buku penggila sejarah! Siapa perduli tentang ibumu! Coba saja kalahkan aku kalau bisa." TAK Aaron turun tangan dan menjitak kepala Delfi yang membuat empunya terkejut dan kesakitan. "Kak! Kenapa hanya aku yang dijitak?!" Tanyanya tak terima. "Bisa diam tidak?" Tanya Aaron dengan nada ramah dan senyum manis yang bermaksud "jangan membangkang kalau masih mau tidur nyenyak malam ini" Delfi langsung bungkam dan berjalan lunglai kembali ke lapangan barak dan Alana menyeringai penuh kemenangan. *** Sinar mentari pagi menembus celah jendela kamar pondok Ares, suara derap langkah mulai terdengar bergemuruh. Orang orang berteriak dan piring piring terdengar berjatuhan. Pintu digedor keras keras dari luar membuat kegaduhan seisi pondok Aaron tersentak bangun dan membuka pintu. "Aaron gawat! Ada ledakan misterius yang mengeluarkan selusin Gryffin di dekat danau di hutan pohon Ek!" Teriak Gru si Centaur. "Tenang, siapkan saja kuda kuda kami. Kami akan siap dalam lima menit." Jawab Aaron lalu menutup pintunya. Anak anak pondok Ares melesat cepat bersiap, sudah menjadi tabiat mereka untuk bersiap dalam lima menit, dalam pertempuran satu detik saja berharga, itu lah wejangan yang diberikan oleh Aaron kepada adik adiknya. Pasukan yang beranggotakan 6 anak pondok Ares dan gabungan beberapa anak pondok lainnya akhirnya siap, mereka memacu kuda mereka ke arah gelapnya hutan di pagi hari yang masih gelap. Jalanan yang becek karena hujan kemarin hari dan kabut yang menutup pandangan tidak menjadi masalah. Aroma petrikor tercium di hidung, mereka melesak semakin dalam ke hutan dan kabut semakin tebal. Bau darah segar menusuk hidung dan kuda mereka mulai gelisah. "Tahan!" Seru Aaron. Benar saja, suara derap kaki kuda mereka terlalu kuat hingga menutup suara geraman Griffin yang sudah mulai terdengar. "Now what?" Tanya Alana dengan nafas tercekat. "Kita tinggalkan kuda kita disini, danau tidak jauh lagi, kita lanjutkan dengan berjalan kaki saja, kita tidak mau kuda kuda kita jadi sarapan pagi bagi para Griffin itu." Selepas turun dari kuda. Baru terlihat bahwa bau darah segar tersebut berasal dari bangkai sekawanan rusa dan babi hutan yang tergeletak begitu saja. Tidak dihabiskan namun hanya dibunuh dengan bekas cakaran di perut mereka. Menguap sudah nafsu sarapan mereka tergantikan dengan degup jantung waspada. Salah satu Griffin akhirnya menampakkan batang hidungnya, Gru dengan sigap menarik anak panahnya dari busur yang sedari tadi siap. Satu busur menancap sempurna di leher Griffin tersebut.

Ia membuat langkah ceroboh, bulu bulu Griffin yang setajam pisau tak mungkin dapat di robohkan oleh satu anak panah biasa. Selesai sudah, Griffin lain mulai berdatangan dari berbagai arah bak air bah. Suara mereka melengking dan tubuhnya tiga kali lipat lebih besar daripada Griffin biasa.

Pecah sudah pertempuran di tengah hutan, formasi mereka kokoh melingkar menahan serangan dari berbagai arah. Tapi jangankan membunuh, bertahan saja sudah sulit. Monster monster ini terlalu kuat dan tak mengenal kata lelah.

Setengah jam bertahan mati matian. Mereka mulai kehabisan stamina, sedangkan para Griffin tidak menunjukkan tanda tanda lelah, mereka malah semakin brutal menyerang. Si kembar Tim dan Tam membuat celah yang dilihat oleh Griffin, mereka terpelanting di udara beberapa saat sebelum terbanting ke pohon Ek. Darah segar mulai mengalir dari mulutnya.

"Kita tak bisa menang! Mundur! Kembali ke kuda kalian!" Seru Aaron.

Alana bersiul dan kuda kuda mereka berdatangan. Para Griffin membaca strategi mereka, dua kuda ditumbangkan begitu saja dan tersisa 10 kuda. Tim dan Tam terpaksa ikut bersama anggota yang lainnya.

Mereka segera meninggalkan arena pertempuran tersebut, namun para Griffin jauh lebih cepat dari mereka. Aaron mempunyai insting harus melakukan sesuatu. Ia memutar balik dan menghadap Griffin, ia melakukan misi bunuh diri.

"Kak Aaron!" Seru Delfi yang menyadari ada salah satu derap kuda yang tak senada.

"Jangan khawatir! Aku bisa melakukan ini! Jaga diri kalian baik baik!"

Itu adalah seruan terakhir Aaron sebelum suaranya tergantikan dengan suara Griffin yang melengking dan mengoyak daging.

Aaron telah tiada.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post