Watashi no Neko
Mana orang yang tidak tahu apa itu kucing? Seluruh orang di dunia pastinya tahu apa itu kucing, kecuali mereka yang memang belum pernah melihat, atau sudah pernah melihatnya namun tak tahu namanya apa.
Kucing adalah hewan favorit saya. Dan warna rambut kucing yang paling saya suka adalah warna putih, apalagi kalau berjenis Anggora. Yah, walau kata orang-orang, kucing putih itu bloon.
Saya memiliki kucing di rumah. Saat masih tinggal di Pamekasan, ketika siang hari, saya mendengar kucing yang mengeong. Segera saya cari tahu asalnya. Dan ketika menemukannya, astaga, seekor kucing berwarna putih-abu abu berjenis kampung tercebur ke dalam ember besar berisi air. Sontak saya panggil ibu saya yang dengan sigap mengambilkan kain kering dan memberi minum kucing itu menggunakan susu H*lo vanila hangat.
Semenjak kehadiran kucing yang adik saya beri nama Gracia(ya, betina) itu, kucing-kucing kampung lainnya berdatangan. Satu yang menarik perthatian ibu saya adalah kucing jantan berwarna oranye, mungkin? Kucing itu nampak gembul seperti kucing anggora. Namun, si kucing bulunya tidak mekar. Jadi sudah dipastikan bahwa itu kucing kampung biasa yang ‘mungkin’ hasil persilangan anggora dan kampung.
Kucing oranye itu kembali kami pelihara dan diberi nama Romeo. Setelah itu, datanglah lagi kucing kecil kurus berperut buncit yang nampak sakit. Kami beri nama Mungil, karena kecil dan lucu. Tapi, Mungil sering muntah setelah diberi makan. Dan ketika kami sekeluarga pergi keluar kota, Gracia dan Mungil dititipkan ke teman ayah saya yang pecinta kucing—Romeo tidak dititipkan, biarkan dia mencari makan sendiri. Dan ketika masih di perjalanan, bahkan kami belum sampai tempat tujuan, datanglah kabar buruk bahwa Mungil sudah mati dan dikuburkan dengan layak di sekitar rumah teman ayah saya.
Saat itu, ibu saya sangat sedih hingga menangis. Namun, setelah kami kembali ke Pamekasan, datang lagi kucing kecil berwarna hitam yang sangat manis. Kami beri nama Mimi. Awalnya kami kira dia betina, jadi diberi nama Mimi, tapi ternyata dia jantan! Saya ingin mengganti namanya, tapi Mimi sudah terlanjur selalu datang ketika dipanggil, “Mimiiii!!”.
Beberapa minggu kemudian, perut Gracia nampak membesar. Adik saya bilang, “Gracia bunting, buk!”. Saya jelas tidak percaya. Tapi, makin lama, perutnya makin besar, dan beberapa bulan kemudian, Gracia melahirkan di pojok garasi rumah. 3 anak kucing yang mungil menggeliat kesana kemari. Warna ketiganya miriip sekali—bukan putih, justru hitam belang kecoklatan. Kami beri nama Ciki, Cika, Ciko. Ciki ini masih ada putih-putihnya dan paling aktif dibanding dua saudaranya. Cika dan Ciko mirip sekali, tapi masih bisa dibedakan dengan, dengan... dengan apa ya? Entahlah, tidak bisa saya definisikan. Intinya, wajah mereka berbeda dan keduanya sama-sama pemalu. Tidak dengan Ciki yang sangaaaat aktif.
Saat saya menduduki kelas 6, Ayah sudah merencanakan untuk pindah ke Magetan, tepatnya di Sampung, Goranggareng. Kami mulai mencicil barang-barang ketika mudik ke Magetan dan Madiun. Kata Ayah, kami akan tinggal di rumah peninggalan almarhum-almarhumah Kakek-Nenek alias orangtuanya Ayah. Kami juga mencicil kucing. Yang dibawa pertama kali adalah Mimi dan Romeo yang dibawa bersamaan. Sesampainya di rumah Magetan, eehh, keduanya malah lari, kabur ke belakang rumah. Mimi berhasil kembali ke rumah, sedangkan Romeo, hilang entah ke mana. Ayah sampai-sampai meminta tolong tetangga jika mereka melihat Romeo.
Kemudian, Gracia, yang paling kalem ketika dibawa. Tiga anaknya? Ciki, Cika, dan Ciko sedang bermain entah ke mana saat kami akan berangkat mudik. Jadi, Ayah menitip pesan pada teman kerjanya untuk memberi makan trio imut ini setiap hari.
Gracia tidak kabur ketika sampai di rumah Magetan, seingat saya. Yang jelas, Romeo masih belum pulang. Hari-hari Gracia dan Mimi di rumah cukup mengasyikkan. Di Pamekasan, mereka tidak diperbolehkan masuk rumah. Namun sekarang, mereka bebas masuk-keluar rumah.
Datang kabar buruk. Teman Ayah yang diamanahkan untuk memberi makan trio imut setiap hari mengabarkan kalau ketiganya sudah mati. Setelah dipanggilkan dokter hewan, kemungkinan besar penyebabnya adalah keracunan. Kami tidak tahu bagaimana tiga kucing imut, lucu, dan menggemaskan itu bisa keracunan, tapi kematian Ciki, Cika, dan Ciko sudah kami ikhlaskan.
“Yaah, hujan.”
Itulah kata-kata yang saya ucapkan ketika hujan turun di Sampung. Biasanya, tidak ada hal menarik ketika hujan. Tapi, hari itu, sangatlah berbeda.
“Romeoooo!!!” Ayah berteriak memanggil Romeo. Ia melihat kucing berbulu oranye, persis seperti Romeo ketika hendak masuk rumah. Alhasil, Ayah dan Adik berlari mengejar Romeo di tengah hujan tipis itu.
“Ibuuk! Romeo ketemuuu!”
Kami bersorak bahagia.
Aku persingkat saja...
Suatu hari, Gracia pergi entah ke mana. Saya pun juga sudah lupa bagaimana kucing betina itu pergi dari rumah. Artinya, tersisa Romeo dan Mimi saja di rumah. Namun! Ketika Ayah hendak pergi bekerja, tepat sebelum Ayah mengunci pintu rumah, Mimi berlari cepat. Seingat saya, Mimi berlari ke sawah di belakang rumah. Yaah, jadinya, tinggal Romeo yang di rumah.
Beberapa kali, Ayah sering melihat Mimi ketika sedang berkebun. Bahkan sempat menoleh ketika dipanggil! Tapi setelah itu, kucing kesayanganku itu pergi lagi. Walau tinggal Romeo yang di rumah, kami tetap senang, dan Romeo malah jadi sering lapar dan minta makan pagi-pagi, padahal tuannya sendiri belum sarapan.
Setiap saya melihat Romeo, aku membatin, "Rom, kalau kamu mati nanti, siapa yang bakal nemanin kita, ngehibur kita? Aku harap, umurmu panjang, dan dapat menemaniku lebih lama lagi. Tapi, sebelum itu terjadi, bisa tolong panggilkan Gracia dan Mimi nggak? Barangkali kamu ketemu sama mereka, kan? Kalau tidak bisa membawa mereka pulang, tidak apa. Biar kami kenang semua kisah kalian."
Kalian tahu? Apa makna tulisan ini?
'Kucing adalah makhluk hidup. Mereka perlu perhatian, kasih sayang, dan makanan. Mereka dapat menjadi teman hidup yang baik. Mereka dapat memberikan energi positif, ketika kita sedang badmood misalnya. Jadi, jangan sekali-kali menyakiti kucing!'
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar