Apa Kataku Tentang Menjadi Murid Kelas Olimpiade
Hai semua! Kenalin, namaku Kiyya. Sekarang, aku sudah kelas 8 dan akan segera naik ke kelas 9(huhu, nggak kerasa ya). Kalau kalian membaca artikelku yang berjudul 'Mau Tahu Sekolahku di Mana?', kalian pasti tahu di mana aku bersekolah.
Yap! MTsN 1 Kota Malang, di kelas olimpiade.
Dan di kesempatan kali ini, aku ingin menceritakan kisahku selama menjadi murid kelas olimpiade.
Sejak SD, hidupku memang sudah terikat dengan 'olimpiade'. Seperti ada benang tak kasat mata di antara kami berdua. Dan alhamdulillah, sekarang aku sudah memiliki 1 medali OSN dan 1 medali KSM. Tentu saja hasil jerih payah pembinaan setiap hari dari pagi hingga sore. Aku sampai tidak bersekolah untuk menyiapkan dua kompetisi paling bergengsi itu.
Dan berkat dua medali itu, aku berhasil masuk MTsN 1 Kota Malang melalui jalur undangan, alias tanpa tes, yuhuu! Aku senang sekali begitu tahu kalau aku tidak perlu mengikuti tes masuknya. Tinggal menyiapkan tes ma'had, dan aku sukses menjadi warga Malang.
Eits, tapi, walaupun aku murid Jalur Undangan, aku tidak bisa begitu saja menjadi murid kelas olimpiade. Sekolah akan memilih seratus murid dari seluruh murid kelas 7, lalu mengadakan Placement Test. Jadi, ya... tetap harus tes.
Dan benar saja, aku berhasil memasuki kelas olimpiade dengan bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Aduh, sepertinya aku jadi cinta mati dengan sains.
Dimulailah kehidupanku sebagai warga Malang yang terperangkap oleh gerbang sekolah. Bangun Subuh, setoran hafalan dari buku Simaathul Mamduud karya mudir ma'had, mandi, sarapan, sekolah hingga pukul 3 sore(kalau tidak ada pembinaan dan ekskul), mandi, ke masjid 10 menit sebelum adzan Maghrib, makan malam, setoran hafalan kitab Risalatul Mahiidh, sholat Isya', lalu kegiatan bebas hingga pukul 09.45 malam. Kegiatan bebas ini sebaiknya diisi dengan belajar, dan umumnya seluruh santri ma'had membuka laptopnya di waktu ini.
Waktu istirahat yang sedikit membuatku sering sakit di awal kehidupan SMP. Namun syukurlah, aku bisa segera beradaptasi.
Pada semester genap, seluruh murid kelas olimpiade kelas 7 dan 8 diwajibkan mengikuti seleksi delegasi OSN. 6 murid terpilih--termasuk aku--akan diberi pembinaan intensif sementara. Pembinaan intensif dilangsungkan satelah ishoma, jadi otomatis kami meninggalkan pelajaran. Tugas dan PH tidak boleh ditinggalkan, jadi, manajemen waktu di sini sangatlah penting. Dan setelah sekitar satu atau dua bulan menjalani pembinaan intensif, kami akan diseleksi lagi hingga jumlah yang ditentukan oleh pihak Puspresnas yang bisa dibilang adalah panitianya OSN.
Kelas 7 adalah masa dimana Kiyya adalah seorang remaja yang mudah sekali menyerah dan terguncang. Tuntutan OSN, tugas, lalu PH, dan berlanjut dengan Penilaian Akhir Tahun, itu semua membuatku tertekan. Apalagi aku tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Dan akhirnya, aku hanya bisa bertahan hingga tingkat provinsi dan gagal menuju tingkat nasional.
Eh, sebentar, aku tidak lolos ke tingkat nasional bukan karena itu! Aku baru ingat, masing-masing sekolah hanya boleh mengirimkan maksimal 2 murid yang dapat maju ke tingkat nasional. Nah, berdasarkan peringkat provinsi Jawa Timur, aku kebagian peringkat 3. Dan dua kakak kelasku meraih peringkat 1 dan 2. Jadi sebenarnya aku bisa saja lolos ke tingkat nasional, karena tiap provinsi diambil 5 peringkat tertinggi. Tapi karena aturan maksimal 2 murid per sekolah, aku tidak bisa lolos, deh:(
Dan, sekarang aku sudah kelas 8. Aku akan meraih tingkat nasional itu dan menjadi medalisnya! Doakan, yaa!
Sebentar, kehidupanku tidak melulu soal OSN. Ada side story lainnya juga, jadi ayo ikuti aku!
Kelas olimpiade bisa dibilang cukup 'khusus'. Pembinaan dua kali tiap pekan, guru di beberapa pelajaran yang lebih nyaman dibanding guru di kelas excellent, dan sebagainya. Namun, ada satu yang membuat kami tidak suka:
Kami dibatasi dalam ekskul dan organisasi. Pentingkan akademik dan olimpiade.
Kami bahkan tidak boleh mendaftar OSIS! Bayangkan. Padahal, dulu, saat lulus SD dan membayangkan kehidupan SMP, aku ingin sekali menjadi anggota OSIS. Namun, impian itu sirna setelah aku mennjadi anak Olimpiade.
Baiklah, itu adalah kekurangan Kelas Olimpiade. Lalu, ada juga keluh kesah kami terkait pertemanan.
Kelas Olimpiade adalah kelas heterogen, jadi siswa dan siswi digabung. Berbeda dengan kelas excellent yang dipisah. Kalian tahu, lah, perempuan dan laki-laki itu ada baik dan kurangnya. Laki-laki yang sering ogah-ogahan ketika disuruh-suruh, tapi bisa kadang-kadang menjadi sangat membantu. Perempuan yang bijak memutuskan suatu solusi, namun cenderung sensitif dan perasaannya mudah rapuh. Sangat kacau. Apalagi ada anak perempuan yang sempat di-bully oleh anak laki-laki tanpa alasan yang jelas. Kacau.
Syukurlah, mulai kelas 8 ini, kami bisa bersatu perlahan-lahan. Tentu setelah beberapa musyawarah dengan wali kelas kami tercinta, Pak Yoga yang bijaksana. (Pak Yoga itu seorang penulis, lho. Beliau sudah menulis banyak buku!)
Sekarang, mari kita kesampingkan kekurangan kelas Olimpiade. Dari lubuk hatiku yang dalam, aku merasa bahwa sekelas dengan laki-laki itu lumayan seru. Mereka humoris. Apalagi kalau sudah dalam kerja kelompok. Walau terkadang ada yang harus dipaksa terlebih dahulu, menurutku itu lumayan mengasyikkan. Apalagi saat kejadian kompor meledak(baca di artikelku yang berjudul Wuuushh!!), itu adalah momen yang lumayan berkesan bagiku. Juga saat kami menampilkan drama musikal untuk P5 yang bertema jamu tradisional.
Ah, ya, aku belum bercerita tentang itu, ya. Ya sudah, aku ceritakan di artikel berikutnya, deh.
Singkatnya, aku juga mencintai masa-masaku di sekolah ini. Suka duka telah kulalui, dan kini aku terbiasa dengan hidup mandiri.
Apa pesanku untuk kelas Olimpiade?
Aku cinta kelas Olimpiade. Jangan sampai terpecah, dan setelah lulus nanti, aku ingin kami tetap saling berkomunikasi. Aku tidak ingin lost contact dengan teman-temanku. Mereka semua adalah teman yang mengasyikkan, namun juga menyebalkan. Seimbang. Aku menikmati genre hidupku, olimpiade. Aku sudah nyaman dengan olimpiade.
Baiklah, sekian artikel kali ini. Maaf kalau ada kesalahan dalam tanda baca, tulisan, dan sebagainya. Terimakasih sudah membaca, dan jangan lupa like dan follow!
Kiyya
MTsN 1 Kota Malang, 16 April 2025
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar