Navigasi Web

Petualangan di Dunia Sihir

Cerita ini dimulai waktu tahun 90 an di Inggris. 3 orang bersahabat yang selalu menyelesaikan masalah di dunia sihir bersama-sama. Jean Granger, Billius Weasley, dan James Finnigan, mereka siswa dan siswi di Never Academy. Orang-orang selalu menyebut mereka ‘The Golden Trio’. Karena, mereka sudah menyelesaikan banyak masalah yang terjadi di dunia sihir pada usia yang sangat muda. James Finnigan selalu menjadi pusat perhatian, selain karena rupanya yang tampan, ia juga terkenal karena ia bisa selamat dari penyihir jahat terkuat pada waktu ia dilahirkan. Orang tua nya meninggal waktu itu, namun James selamat karena sihir nya memantul dan mengenai penyihir jahat itu sendiri.

Jean Granger, atau sering dikenal penyihir paling cerdas dan pintar di usianya. Ia sungguh cerdas, bahkan James dan Billius mungkin tidak akan pernah berhasil menyelesaikan misinya tanpa adanya Jean. Ia sangat suka membaca buku, jika waktunya luang ia memilih untuk menghabiskan waktunya ke perpustakaan untuk membaca buku daripada bermain-main seperti anak-anak pada usianya. Selain itu, Jean sangat cantik. Rambut ikal nya yang panjang dan terurai, mata nya yang biru sebiru lautan. Tak heran banyak siswa laki-laki yang terpukau dengan kecantikannya. Namun, Jean tidak tertarik dengan kehidupan percintaan. Menurutnya, belajar lebih penting.

Si Konyol, Billius Weasley. Ia paling konyol di antara James dan Jean. Ditengah tegangnya keadaan, Billius selalu mencairkan suasana dengan lelucon kunonya. Walau leluconnya kuno, ia tidak pernah gagal membuat teman-temannya tertawa. Billius memiliki 2 kakak laki-laki yang kembar, dan satu adik perempuan. Adik perempuannya sangat mengagumi James, ia seringkali meminta tanda tangan James ke Billius. Billius muak dengan permintaan adiknya, namun ia tetap memenuhi permintaan adiknya yang konyol itu.

***

James senang bisa keluar setelah makan siang. Kemarin hujan, tetapi hari ini cerah. Langit bersih, abu-abu pucat, rumput segar dan basah ketika mereka berjalan untuk ikut pelajaran Pemeliharaan Satwa Gaib mereka yang pertama.

Jean dan Billius tidak saling tegur. James berjalan diam bersama mereka ketika mereka melewati padang rumput yang melandai menuju ke pondok kecil Rubeus di tepi hutan. Baru ketika melihat punggung yang amat dikenal di depan mereka, Malfoy, Crabbe, dan Goyle. Mereka anak-anak yang jahil dan suka menganggu orang orang selain dari asrama mereka. James sadar bahwa mereka akan mengikuti pelajaran hari ini dengan anak-anak asrama lain. Malfoy bicara bersemangat kepada Crabbe dan Goyle, yang terkekeh. James cukup yakin apa yang mereka bicarakan.

Rubeus berdiri menunggu murid-muridnya di pintu pondoknya. Dia memakai mantel tikus mondoknya. Fang, anjing besar pemburunya yang penakut, berada di dekatnya. Rubeus kelihatannya sudah tak sabar.

“Ayo, ayo, kita mulai!” serunya ketika anak-anak sudah dekat. “Ada kejutan untuk kalian hari ini! Pelajaran istimewa! Semua sudah kumpul? Baik, ikuti aku!”

Sesaat James ngeri, mengira Rubeus akan membawa mereka ke dalam hutan. James sudah cukup mendapat pengalaman mengerikan di hutan itu untuk seumur hidup. Tetapi ternyata Rubeus berjalan menjauh dari tepi pepohonan, dan lima menit kemudian, mereka tiba di semacam tempat merumput. Tak ada apa-apa di situ.

"Semua berkumpul dekat pagar di sini!" Rubeus memanggil. "Bagus, jangan sampai kalian tidak lihat. Nah, yang pertama harus kalian lakukan adalah buka buku kalian..."

"Bagaimana caranya?" tanya Malfoy dingin. "Eh?" kata Rubeus. "Bagaimana caranya kami membuka buku kami?" Malfoy mengulangi. Dia mengeluarkan Buku Monster tentang Monster miliknya, yang sudah diikat erat dengan seutas tali. Anak anak yang lain juga mengeluarkan buku mereka masing-masing. Beberapa, seperti James, mengikatnya dengan ikat pinggang, ada yang menjejalkannya ke dalam tas sempit atau menjepitnya dengan jepitan besar. Buku Monster itu terus bergerak melahap seperti mulut Monster.

"Apa tak ada yang bisa buka buku kalian?" tanya Rubeus, tampak kecewa sekali. Anak-anak semua menggeleng. "Kalian harus belai dia," kata Rubeus, seakan hal ini sudah sangat jelas. "Lihat..." Dia mengambil buku Jean dan membuka tali yang membelitnya. Buku itu mencoba menggigitnya, tetapi Rubeus membelai punggungnya dengan satu jarinya yang besar. Si buku bergidik, kemudian membuka dan menggeletak diam di tangan nya.

"Oh, bodoh benar kita semua!" cemooh Malfoy. "Kita mestinya membelainya! Kenapa tak terpikir, ya!" "Ku...kupikir buku ini lucu," kata Rubeus bimbang kepada Jean. "Oh, lucu sekali!" kata Malfoy. "Sungguh jenaka, memberi kami buku yang mencoba menggigit tangan kami sampai copot!" "Diam Malfoy," kata James tegas. Rubeus tampak terpukul dan James menginginkan pelajaran pertama Rubeus ini sukses. "Baiklah," kata Rubeus, yang kelihatannya kehilangan pegangan, "Jadi... jadi kalian sudah punya buku dan... dan... sekarang kalian butuh Satwa Gaib. Ya, jadi aku akan ambil sekarang. Tunggu...." Rubeus meninggalkan mereka, menghilang ke dalam hutan

“Tempat ini parah sekali” kata Malfoy keras-keras. “Si bodoh itu mengajar. Ayahku akan pingsan kalau kuberitahu...” “Diam, Malfoy.” James mengulangi. “Hati-hati, Finnigan, ada Zombie di belakangmu...” "Ooooooooh!" Ejek Malfoy dan teman-temannya. James tidak peduli dengan nya.

Selusin makhluk paling ajaib yang pernah dilihat James berjalan ke arah mereka. Tubuh bagian belakang, kaki belakang, dan ekor mereka adalah tubuh, kaki, dan ekor kuda. Tetapi bagian depannya memiliki sayap, kepala dan cakar seperti elang raksasa, dengan paruh tajam dan kejam berwarna baja dan mata berwarna jingga cerah. Cakar kaki depannya sepanjang lima belas senti dan tampak mematikan. Masing-masing binatang itu memakai kalung kulit tebal di sekeliling leher mereka, yang dikaitkan pada rantai panjang, dan ujung semua rantai ini dipegang oleh tangan besar Rubeus, yang masuk ke padang rumput di belakang binatang-binatang itu.

"Ayo, maju!" serunya, mengguncang rantai-rantai nya dan mendesak makhluk makhluk itu ke arah pagar, tempat anak anak berdiri. Semua mundur sedikit ketika Rubeus tiba di depan mereka dan menambatkan makhluk-makhluk itu di pagar. "Hippogriff!" seru Rubeus gembira, melambaikan tangan ke arah binatang-binatang itu. “Nama makhluk ini, Hippogriff. Cantik kan mereka?”

James bisa melihat apa yang dimaksud Rubeus. Setelah kekagetan awal melihat makhluk setengah-kuda setengah-elang teratasi, mereka mulai mengagumi bulu si Hippogriff yang berkilat, yang berubah mulus dari bulu burung ke bulu kuda, masing-masing berbeda warna. Abu-abu gelap, perunggu, putih-kelabu agak merah jambu, cokelat berkilat, dan hitam legam.

"Nah," kata Rubeus, menggosok-gosokkan kedua tangannya, wajahnya berseri-seri, "Kalian maju sedikit..." Tak seorang pun mau maju. Meskipun demikian, James, Billius, dan Jean, mendekati pagar dengan hati-hati. "Nah, hal pertama yang kalian perlu tahu tentang Hippogriff adalah mereka angkuh," kata Rubeus. "Gampang tersinggung, Hippogriff-hippogriff ini. Jangan pernah hina Hippogriff, karena dia bisa habisi kalian."

Malfoy, Crabbe, dan Goyle tidak mendengarkan. Mereka bicara bisik-bisik dan James punya perasaan tak enak mereka sedang merundingkan bagaimana sebaiknya mengacaukan pelajaran ini. "Kalian harus selalu tunggu sampai si Hippogriff bergerak lebih dulu," Rubeus meneruskan. "Itu berarti sopan. Kalian berjalan ke arahnya, dan membungkuk, lalu kalian tunggu. Kalau dia balas membungkuk, berarti kalian diizinkan sentuh dia. Kalau dia tidak membungkuk, cepat-cepat kalian pergi, karena kalau kena cakarnya itu sakit sekali.”

"Baik, siapa yang mau coba lebih dulu?" Sebagai jawaban, sebagian besar anak-anak malah mundur. Bahkan James, Billius, dan Jean pun was-was. Hippogriff-hippogriff itu mengangkat kepala dan mengepakkan sayap kuat mereka. Mereka tampaknya tak suka ditambatkan seperti itu. "Tak ada yang mau?" tanya Rubeus dengan pandangan memohon.

“Aku akan coba.” Kata James. “Bagus, James!” Seru Rubeus. "Baiklah, kita lihat bagaimana kau berkenalan dengan Buckbeak." Buckbeak adalah nama makhluk itu. Buckbeak berarti paruh mencuat. Rubeus melepas salah satu rantai, menarik Hippogriff abu abu menjauh dari yang lain dan melepas kalung kulitnya. Anak-anak lain di balik pagar menahan napas. Mata Malfoy menyipit jahat. "Santai saja, James." Kata Rubeus pelan. "Kau sudah kontak mata, sekarang usahakan jangan kedip, Hippogriff tidak percaya padamu kalau kau kedip terlalu banyak..."

Mata James langsung berair, tetapi dia tidak berkedip. Buckbeak telah menolehkan kepalanya yang besar dan tajam dan sekarang memandang Harry dengan satu mata jingganya yang galak. "Betul," kata Rubeus. "Betul begitu, James... sekarang membungkuk..." James tak ingin menampakkan tengkuknya kepada Buckbeak, tetapi dia melakukan yang diperintahkan Rubeus. Dia membungkuk singkat, kemudian mendongak. Si Hippogriff masih memandangnya dengan galak. Dia tidak bergerak. "Ah," kata Rubeus cemas. "Baiklah, mundur sekarang, James, pelan-pelan saja..." Tetapi kemudian, betapa terkejutnya James, si Hippogriff tiba-tiba menekuk lututnya yang bersisik dan merendah. Tak diragukan lagi, itu caranya membungkuk. "Bagus sekali, James!" kata Rubeus, senang sekali.

"Bagus, kau boleh menyentuhnya! Elus paruhnya, ayo!" Walaupun James merasa upah yang lebih baik adalah diizinkan mundur, dia tetap bergerak pelan mendekati si Hippogriff dan mengulurkan tangannya. Dia mengelus-elus paruhnya beberapa kali dan si Hippogriff memejamkan matanya dengan santai, seakan menikmatinya. Anak-anak bertepuk tangan meriah, semua kecuali Malfoy, Crabbe, dan Goyle, yang kelihatan sangat kecewa. "Baiklah, James," kata Rubeus. "Kurasa dia mungkin izinkan kau naik dia!" Ini sudah melampaui yang diperkirakan James.

"Kau naik ke situ, persis di belakang sendi sayap," kata Rubeus, "dan hati-hati jangan sampai kau cabut bulunya, dia tidak akan suka..." James meletakkan kakinya di atas sayap Buckbeak dan memanjat ke atas punggungnya. Buckbeak berdiri. James tak yakin harus pegangan di mana. Segala sesuatu di depannya tertutup bulu. "Ayo, terbang!" seru Rubeus, menepuk paha belakang si Hippogriff. Tanpa peringatan, sayap selebar lebih dari tiga setengah meter merentang di kanan kiri James. James masih sempat memeluk leher si Hippogriff sebelum makhluk itu meluncur ke atas. Sama sekali tidak seperti naik sapu, dan James tahu mana yang lebih dia sukai. Sayap si Hippogriff mengepak ngepak di kanan kirinya membuat James tak nyaman setiap kali menyentuh bagian bawah kakinya dan membuatnya merasa akan dilontarkan. Bulu yang berkilat itu licin dan susah dipegang, dan James tidak berani mencengkeram lebih keras lagi. Alih-alih gerakan mulus seperi sapu terbangnya, James merasa berayun ke depan dan ke belakang ketika kedua kaki belakang si Hippogriff naik dan turun seirama sayapnya. Namun, lama kelamaan Buckbeak mulai terbang dengan stabil. James menikmati perjalanannya mengelilingi padang rumput dan lautan yang indah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post