Bahagia? Sederhana! [1]
"Mak! Emak!" teriakku dengan suara kecil, sembari memasuki area dapur. Emak tak menggubrisnya, ia masih saja sibuk mengaduk kolak pisang diatas kobaran si jago merah.
"Ya Rabbi... jangan sampai, Abah, Ifah, dan Mbak Laras tahu Ya Allah..." batinku.
"Apa to Lel?" tanya emak sambil menatapku penuh selidik. Celemek yang terpasang di badannya menjadi pusat perhatianku setelah ucapannya tadi.
"Emak kayak gak tau Leila aja" desahku.
Emak mengangguk. "Pasti kamu mau ngajak emak ke kebun untuk dengerin curhatan gaji-mu! Males emak kalo tiap hari ke kebun yang penuh duri itu. Lama-lama, kulit putih emak jadi gosong" kata emak sambil berlalu. Bangga sekali emak dengan bahasa gaulnya itu, walau kata-kata yang diucapkannya kurang tepat.
"Bukan gaji mak! Tapi gaje, alias gak jelas" kataku sambil mengikuti emak yang berjalan cepat di depan. Sesekali aku menengok ke belakang, mungkin ada yang mengikutiku, atau melihat kertas yang sudah kumal. Mungkin karena terlalu sering aku lihat-lipat-remas.....
"Apa?" tanya emak sesampainya didalam kebun lebih tepatnya sih hutan.
"Nih mak! Baca" kataku seraya menyerahkan kertas itu. Emak mengambil kertas itu. Lalu membacanya, matanya semakin lama semakin kebawah.
"Oalah... ini surat pemberitahuan undangan perpisahan kelas 9 itu tho...?" tanya emak. Emak sudah selesai membaca.
Aku harap, emak tau apa yang aku maksud. Abah, Ifah, dan Mbak Laras tidak perlu tahu soal ini. Mereka akan menyusahkan aku, dan pasti akan membuat tim SAR kewalahan. Aku tak tahan menjadi bahan candaan keluarga anehku ini.
"Emak tau kan, maksudku apa?" tanyaku penuh harap.
"Kamu mau, Emak, Abah, Ifah sama Laras ikut dateng ke acara perpisahan kamu!" ucap emak. Oh tidak.... sepertinya bukan hanya ucapan yang menjadi doa, namun pikiran juga akan menjadi doa.
"Duuuuh. Bukan mak! Kebalikannya..." kataku pasrah.
"Ohhh. Emak tahu, kamu mau, emak aja yang ikut ke acara perpisahanmu itu. Krena emaklah yang paling berharga!" ucap emak GR.
"Nah, ya, bener. Tapi kalimat terakhirnya gak usah di ikutin deh" saranku. Beruntung, emak tahu apa maksudku. Namun, keberuntungan itu tak berselang lama.
"Emak.... Laeli...." suara abah samar-samar terdengar. Emak kaget, terlebih aku. Wajah abah menyembul dari batang-batang jagung yang berlomba meninggi. Abah baru saja pulang dari mushola dekat rumah, ia memilih jalan pulang lewat hutan ini.
"Abah denger gak?" tanyaku penuh harap. Tanganku mengepal-ngepal.
"Denger apa to Lel? Abah kan baru aja pulang" jawab abah keheranan.
Aku bersyukur. Numun, belum juga 1 menit aku bahagia. Abah berkata lagi.
"Oh iya. Abah mau ngomong. KEMARIN, ABAH LIHAT ADA SURAT UNDANGAN PERPISAHAN SEKOLAH KAMU. ABAH MAU IKUT" sungguh, tak ada yang kaget dengan suaranya yang melengking dan keras itu. Terlebih aku.
Ya Rabbi... apa-apan ini??
Aku ingin menyembunyikan semua ini dari keluargaku. Agar mereka tidak mengetahui semua ini. Namun, Tuhan seolah berkata lain. Tuhan tak setuju dengan sikapku. Dan memberitahukan semua itu ke keluargaku.
##############
*.BERSAMBUNG.*
Gimana? Bagus ga? itu emang judulnya sedikit aneh.... Ini kurang kerasa sih, nanti yg ke 2, baru kerasa dengan judulnya ituh...
So, tunggu yeasy!!
Takoooooo!!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagusss
Astagaaa
apaaa?
Sumpah keluarganya bikin ngakak, hehe, nyinggung ngg? maaff
nggak ko. Nggak nyinggung. aks mlah seneng (entah knp)
hihii makasih kakk karena gamarah hehe
bagus kakkk >_< kak follback ya
ok
lucuuu
Feelnya dapet, aku aja sampai ketawa >~< Ups!
:)
bagus kak,,seruu bangett,,aku aja sampe serius bangett