Pak Erfan, Seorang Pembangun Insan Cendikia yang Kusayangi
Assalamu’alaikum teman-teman semua. Yups, di bulan ini ada hari istimewa apa lagi sih? Jadi gini teman-teman, setiap tanggal 25 November diperingati Hari Guru Nasional. Hari dimana kami sebagai murid mengenang jasa-jasa guru yang telah mengajarinya. Mereka yang sudah bersusah payah membantu, mendukung, dan membimbingnya agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Mendekati hari guru, saya teringat akan kejadian 2 tahun yang lalu. Kala itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika kelas 5 SD, wali kelas saya bernama Erfan Kusworo . Beliau adalah orang yang baik dan taat pada agama. Beliau mengajar di sekolahku baru 2 tahun. Sebelumnya beliau mengajar di Sekolah Dasar di daerah Ambulu. Pada saat pertama kali mengajar, beliau mengajari kami tentang kedisiplinan dan kesopanan. Seperti, cara menghormati guru, melaksanakan kewajiban, dan mematuhi semua tata tertib sekolah supaya tercipta sekolah yang aman, tertib, dan bermartabat.
Meskipun beliau orang yang disiplin, tetapi beliau juga guru yang humoris. Ada saja yang beliau lakukan untuk membuat kami tertawa. Misalnya, ketika kami sedang tegang mengikuti pelajaran, beliau melawak. Saat pelajaran olahraga, Pak Erfan sering mengajak kami makan bersama. Makanannya kita bawa dari rumah masing-masing dengan menu wajib 4 sehat 5 sempurna. Sesekali kami ditraktir oleh Pak Erfan. Kami makan bersama dengan hati riang gembira. Pak Erfan juga sering kali mengajak kami membuat youtube. Dalam videonya kami menyanyi dan menari.
Pada suatu ketika, kami mendapat kabar bahwa Pak Erfan mengalami sakit hepatitis A. Kami sedih sekali, karena beliau tidak masuk selama 6 hari. Kami ingin sekali menemuinya. Kami pun berinisiatif untuk menjenguk beliau. Akhirnya, ketika pulang sekolah, saya dan teman-teman sekelas datang ke rumah beliau. Beliau sangat senang karena kami menjenguknya.
Selama Pak Erfan sakit, suasana kelasku berubah. Kawan-kawan selalu membuat gaduh. Beberapa kali kami ditegur oleh bapak dan ibu guru yang lain. Dalam situasi seperti ini, kami pun jadi rindu ingin bertemu Pak Erfan.
Setelah Pak Erfan kembali sehat, kami sangat senang. Kami menyambut beliau dengan menghias kelas. Ketika Pak Erfan memasuki kelas, beliau terkejut karena kelas terlihat begitu indah. Kami bersyukur karena Pak Erfan telah sembuh dari penyakitnya sehingga beliau bisa kembali mengajari kami.
Ada sebuah kisah menarik lagi tentang Pak Erfan, guru kesayangan kami. Pada hari ulang tahunnya, kami mengadakan sebuah pesta ulang tahun untuknya. Tanpa sepengetahuan beliau, kami merencanakan sebuah pesta yang sederhana. Kami menggunakan uang kas kami untuk membelikan beliau sebuah hadiah dan kue ulang tahun. Mata Pak Erfan sampai berkaca-kaca saat membuka kado dari kami. Beliau langsung memakai jam tangan yang kami hadiahkan sambil berkata terbata-bata.
Semenjak Pandemi Covid-19, kami tidak dapat lagi bertemu dengan guru-guru kami. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online atau daring, sehingga kami hanya bisa berjumpa dengan guru kami di dunia maya. Hal itu membuatku rindu dengan guru dan teman-teman.
Pandemi Covid-19 berlangsung lama. Hal itu membuatku menyadari bahwa peran penting guru yang selama ini dengan sabar mendidik dan mengajariku ternyata tak dapat tergantikan oleh handphone. Beliau tak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membekali kami dengan kedisiplinan dan kesopanan. Tanpa guru, pastilah saya dan teman-teman hanya menjadi generasi yang bodoh.
Setelah dua tahun berlalu, aku pun lulus sekolah dasar. Aku bersyukur sekali dan sangat berterima kasih kepada guru-guru yang sudah berjuang untuk mendidikku agar menjadi generasi muda yang cerdas. Salah satunya adalah Pak Erfan, yang merupakan salah satu guru favoritku. Guru-guru yang sudah berjuang untuk mendidikku agar menjadi generasi muda yang cerdas.
Suatu kabar gembira pun datang kepadaku. Namun, kabar itu sudah kudapatkan lebih awal, akan tetapi saya memberitahunya terlambat. Pada saat hari kelulusan saya memberi tahu kepada guru-guru yang sering sekali bercanda gurau denganku. Kabar gembira itu cukup membuat terkejut beberapa guru dan kepala sekolah loh. Saya diterima menjadi peserta didik baru di sebuah sekolah yang luar biasa sekali dan menjadi bagian dari siswa-siswi kelas akselerasi. Yups, kelas dua tahun.
Di dalam pengumuman itu, kepala sekolahku memberikanku ucapan selamat, begitu juga para guru. Suara riuh tepuk tangan juga menghiasinya. Walaupun ada beberapa temanku yang tak tahu apakah akselerasi itu. Saya sangat berterima kasih kepada guru yang sudah mengajariku hingga di titik ini. Titik dimana namaku sedikit melambung dan membanggakan orang tuaku.
Walaupun kini saya sudah tidak lagi menuntut ilmu di sana, terkadang ada beberapa guru yang menanyakan kabarku lewat adikku. Akhirnya saya mendapatkan waktu luang untuk mengunjungi tempatku menuntut ilmu dulu. Air mata ini sudah sangat membendung di mataku. Melihat tempat-tempat yang dulu sering kali kukunjungi. Kulihat sosok guru yang sedang mengajar. Guru favoritku, Pak Erfan. Setelah beliau selesai mengajar, saya pun menghampiri beliau. Kami berbincang-bincang sebentar tentang bagaimana keadaanku sekarang, sedang menekuni apa. Kami berbincang untuk beberapa waktu saja. Sangat minimal sekali waktunya, namun begitu berharga.
Terima kasih untuk para guru yang telah mengajariku. Saya akan selalu mengingat jasa-jasamu yang tak bisa kami balas. Guru, engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa. Jasa-jasamu akan selalu kukenang sepanjang hidupku, Terima kasih Guruku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar