Karina Rohadatul 'Ais

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Perayaan Akhir Tahun

Perayaan Akhir Tahun

Ketika akhir tahun dan kita kembali berjumpa. Banyak perayaan akhir tahun yang menunggu untuk disapa. Kebahagiaan sepanjang tahun itu disimpan untuk dihabiskan saat perayaan akhir tahun. Salah satunya, hari ibu. 

Dulu, saat menjelang hari ibu, setiap tahunnya aku menyiapkan sesuatu dan menulis surat untuk Ibu. Sebagai tanda cinta dan sayangku untuk Ibu. Ibu selalu memelukku erat dan menangis terharu. Aku juga jadi ikut menangis. Setiap tanggal itu, 22 Desember. Aku merasa bahagia dan merasa bersyukur karena aku memiliki ibu seperti ibuku. 

Menurutku, ibu ini seperti matahari dan aku dunianya. Aku akan gelap dan dingin tanpa cahayanya yang tidak pernah mengharap balas dan hangatnya. Aku ingin selalu menggenggam sampai aku menghilang dari bumi ini. Ibu, seperti penjaga abadiku. Aku mengharap abadi bersamanya. Beribu doaku adalah agar terus bersama Ibu, bersama kehangatan yang diberikan ibu.

Kalau setiap tahunnya, perayaan akhir tahunku dibanjiri tangisan bahagia dan terharu. Tahun 2014 berbeda. Yang ada di hadapanku bukan lagi ibu yang akan memelukku, tetapi ibu yang tidur di ranjang ruangan yang baunya aku benci setengah mati. Sudah satu bulan sejak Ibu dirawat, hari itu, 22 Desember 2014. Aku tetap menyiapkan sesuatu. Tahun ini, aku membelikan ibu bunga dan menulis surat untuk Ibu. Doa untuk ibu aku tulis di selembar kertas itu, doa berpengharapan agar ibu tidak merasakan sakit lagi. Doa agar ibu cepat pulang. Memeluk Ibu dan mengucapkan kalimat sayang untuk Ibu. 

Malam pun tiba. Angin semakin dingin, terasa sekali di kulitku. Aku pergi untuk makan dengan kakakku, Mas Kaka. Di jalan kembali ke kamar Ibu, aku mendebatkan soal udang asam manis lebih enak daripada udang goreng. “Udang goreng, tuh, bikin seret!” aku menyampaikan argumentasiku. “Udang asam man-” Mas Kaka belum sempat melanjutkannya. Namun sudah tergantikan oleh tangisan dari dalam kamar Ibu. Mas Kaka berlari, aku mengikutinya. Bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Apa yang membuat Tante Tun, kakak ibuku, tidak sadarkan diri seperti itu?.

Ayah menyepadankan wajahnya kepadaku dan Mas Kaka. “Maaf, Ibu sudah berpulang.” Wajah Ayah sudah dibanjiri tangisan. Kalimat yang diutarakannya membuat dadaku sesak. Aku mencoba mencerna apa yang sedang terjadi ini. Mas Kaka menangis. Ayah menangis. Aku ... bingung. Aku tidak menikmati momen itu untuk menangis. Aku diam, berdiri memandangi Ibu yang baru saja ditinggal dokter beserta alat-alatnya. Aku tidak bermaksud ‘pulang’ yang itu. Aku tidak mengharapkan Ibu tidak merasakan sakit lagi dengan cara ini. Tuhan, bukan ini maksud doa yang kupanjatkan. Sejak tahun 2014, untukku hari ibu bukan hanya untuk mengenang perjuangan ibu, tetapi juga untuk memperingati hari kematian Ibu. 

 

Biografi

Karina Rohadatul 'Ais atau yang kerap disapa Karina lahir di Ibu Kota Indonesia, Jakarta pada tanggal 24 April 2006. Saat ini ia menempuh pendidikan di MAN 2 Jember. Karina dapat dihubungi melalui : [email protected] (G-mail) & 087875102120 (Whatsapp)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post