Psikolog persuasi Paket ketiga
Belum lama ini saya diajak lunch seorang teman. Resto- nya agak asing, saya belum pernah mengunjungi, namun beberapa teman yang bersama kami tampaknya sudah pernah berkunjung sebelumnya. Berlima kami sampai di sana dan disambut dengan ramah khas seorang pela- yan zaman sekarang. Setiap dari kami diberi buku menu yang cukup tebal. Saya membolak-balik dan berusaha membaca keterangan setiap menu. Semuanya terlihat menarik.
Mungkin melihat saya agak kebingungan, sang pelayan mendekati saya dan menawarkan bantuannya. Saya minta dijelaskan tentang tiga paket utama yang tersedia. Pelayan menjelaskan dengan baik dan saya ber- tambah bingung karena semuanya menarik. Tiba-tiba salah seorang teman memesan paket utama nomor tiga.
Serta-merta saya langsung mengalihkan pandangan saya pada paket yang dimaksud. Cukup menarik. Tak lama kemudian teman yang lain pun memesan paket utama nomor tiga.
"Wow, janjian nih!" kata saya memancing.
"Ah, enggak juga. Tapi memang di sini menu ini paling top," jawab teman saya sambil menunjuk paket utama ketiga.
"Oooo, ya udah saya paket ketiga juga," kata saya pada pelayan. Akhirnya empat di antara kami pesan paket ketiga,
hanya satu memesan paket lain karena dia seorang vege-
tarian.
Setelah saya amati ternyata kejadian ini sering saya alami. Beberapa rekan yang saya tanya juga sering meng- alaminya. Saat seseorang bimbang dengan sesuatu dan orang lain mengambil suatu keputusan, kita cenderung mengikuti keputusan tersebut sepanjang keputusannya Dalam beberapa kasus bahkan sangat mungkin seseorang mengikuti keputusan orang lain secara emo- sional dan meninggalkan rasionalitasnya.
Manusia memiliki kecenderungan tidak mau ter- lalu repot terutama bila ia telah melihat contoh yang ada di depan mata. Orang lebih senang meniru atau menya- makan keputusannya pada orang yang telah lebih dulu membuat keputusan. Alasan lain adalah karena secara psikologis pada umumnya manusia tidak ingin terlihat berbeda atau tidak ingin terlihat lebih rendah dari rekan lainnya.
Seseorang mengikuti karena meniru atau bisa juga karena melihat hampir semua melakukan. Agar tidak terlihat aneh maka dia mengikuti yang terbanyak. Kita sering melihat acara humor di televisi yang menggam- barkan dengan tepat prinsip ini. Belasan orang dilibat- kan dalam acara ini. Belasan orang diminta untuk me- lewati suatu taman dengan merunduk, anehnya orang lain yang lewat juga ikut-ikutan merunduk tanpa sebab. Secara naluriah atau secara emosional orang mengikuti apa yang dilakukan kebanyakan orang.
Bila Anda kurang yakin, Anda bisa mengajak se- puluh orang di kantor untuk berlari dan berteriak se- saat setelah ada aba-aba dari Anda. Walaupun Anda ti- dak mengajak orang kesebelas dan kedua belas, namun mereka dengan sukarela akan ikut berlari dan berteriak juga. Tanpa sebab, tanpa logika, dan tanpa penjelasan apa pun.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar